Bab 74Setelah memastikan kalau Luqman akan memberikan hadiah mobil untuk Anisa, Anya pun segera bersiap-siap dan mengatakan kepada kedua orang tuanya itu, bahwa ia akan makan malam bersama teman-temannya.Padahal Anya pergi terlebih dahulu ke apartemen dan akan berangkat dari sana bersama dengan Nathan."Kamu cantik banget loh, Nya," puji Nathan melihat penampilan Anya yang lebih feminim daripada sebelumnya."Apa sih, Mas, aku jadi malu tau nggak?" Anya hanya tertawa kecil seraya tersipu."Aku serius, loh. Pipi kamu ini kemerahan, tapi aku suka."Lagi-lagi Anya hanya tertawa. Namun, beberapa saat kemudian ia pun balik memuji penampilan Nathan. "Kamu juga ganteng tau, Mas. ini yang bikin aku suka dari kamu sejak dulu."Giliran Nathan yang tertawa dan mereka pun segera turun ke basement, lalu masuk ke dalam mobil."Mama sama yang lainnya udah pergi lebih dulu ke restoran," ucap Nathan saat ia baru saja menerima pesan dari Diana."Jadi kita nggak mampir dulu ke rumah Tante Ratih?”"Gak
Bab 75"Apa?" Rani terkejut dan tentunya tak percaya dengan semua ini.Kalau Heba dan Nathan sudah bercerai, lantas mengapa ia tak tahu? Kamila pasti akan bercerita padanya soal apa pun yang terjadi pada Heba. Namun, sampai detik ini, Rani berani bersumpah kalau ia tak menerima kabar dari Kamila."Saya sama Heba sudah bercerai," tegas Nathan mengulang, pun sengaja menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Jadi wajar kalau mulai dari sekarang, Heba tidak ikut ke dalam acara keluarga kami."Rani berusaha untuk tenang, dan ia mengangguk lantas berpamitan karena teman-temannya yang ditunggu sejak tadi pun sudah tiba. Sepanjang acara makan malam itu, Rani kerap melirik kemeja di mana keluarga Ratih berada.Apakah benar, Heba dan Nathan sudah bercerai?Pertanyaan itu akhirnya dibawa oleh Rani sampai ia pulang ke rumah. Bukannya berganti baju, Rani malah memutuskan masuk lebih dulu ke kamar Kamila untuk mendapatkan jawaban yang sejelas-jelasnya."Ibu udah pulang?" Kamila menggeliat di
Bab 76"Mana bisa begitu, Ky!" sergah Diana sambil mengibaskan tangan. Emosinya memuncak seketika, ditambah dengan rasa bingung.Diana yakin, kalau suatu saat Anya akan menanyakan bagaimana proses pembukaan butiknya, dan menagih uang yang memang seharusnya dikembalikan dengan segera.Nicky menguap, kemudian ia duduk di sebelah Diana. "Kenapa gak bisa, Mbak? Aku yakin banget, Mbak Anya gak akan nolak kalau kita minta bantuan. Orang dia aja keliatannya sayang baget sama kita," tuturnya panjang lebar."Ya memang Anya udah sayang sama keluarga kita. Tapi yang jadi masalahnya, uang itu juga hasil minjem dari Anya! Mana bisa Mbak minjem lagi sama dia! Mau disimpan di mana muka Mbak ini, Ky!"Seketika Nicky terperangah. Rupanya Diana sudah selangkah lebih maju. Otak wanita muda itu langsung bisa memproduksi ide-ide licik. Saat itu juga, ia menggeser kursi agar bisa merapat pada Diana."Aku punya ide," bisiknya."Ide apa?" tanya Ratih lebih dulu, sudah mencium kecurigaan dari gelagat Nicky. "
Bab 77"Kamu ngapain di sini?" Anya malah balik bertanya, tak sadar telah menjauh beberapa sentimeter dari Nathan yang duduk di sebelahnya."Beli kopi," jawab Heba menunjukkan satu gelas cup kopi di tangannya. "Kalian berdua ngapain?"Pertanyaan itu kembali keluar, tetapi tentunya dengan nada biasa saja. Heba mengukir senyum miring dan terang-terangan menatap Nathan yang sepertinya salah tingkah. Mungkin lelaki itu juga panik karena tiba-tiba saja Heba ada di depannya seperti ini."Cuma makan siang aja. Kamu lupa, kalau aku sama Anya kerja di kantor yang sama?""Nggak lupa, bahkan aku akan selalu inget," sindir Heba telak. "Soal perceraian itu, gimana kalau kita berdua ketemu di pengadilan?" tantangnya.Nathan tercekat mendapat tantangan secara langsung dari Heba. Sebelumnya ia tidak menyangka, bahwa wanita yang diceraikan melalui pesan singkat, bisa terlihat tegar dan tak mengalami guncangan sedikit pun. Lelaki itu jadi penasaran, apakah Heba menangis saat menerima pesannya atau tid
Bab 78Ketegasan Nathan dalam menerima tantangan Heba, membuat Anya menghabiskan harinya dengan perasaan bahagia. Sayang sekali malam ini ia tak bisa menginap di apartemen, karena harus pulang agar Luqman tak bertanya-tanya.Sampai di rumah, Anya memeluk Anisa dengan perasaan senang yang membuncah."Kenapa, Nya? Keliatannya kamu berbunga-bunga begitu." Anisa berbalik dan meninggalkan semua bunga-bunga yang hendak ia masukkan ke dalam vas yang baru."Aku gak apa-apa kok, Ma, cuma pengen peluk Mama aja. Gak boleh, ya?" tanyanya manja."Boleh banget kok, Sayang," jawab Anisa balik memeluk Anya.Selama beberapa saat, Anya masih betah dengan posisinya. Hingga lima menit kemudian, ia naik ke lantai dua dan masuk ke kamar. Anya harus membersihkan diri. Malam ini juga, ia akan memberi tahu pada kedua orang tuanya, bahwa dirinya memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki.Lantas saat makan malam tiba, Anya benar-benar ceria. Luqman yang melihat itu sangat senang. Kebahagiaan Anya adalah ke
Bab 79Rasa penasaran akan siapa kekasih yang dimaksud oleh Anya, membawa Anisa untuk mengikuti langkah putri sambungnya. Pagi ini, diam-diam Anisa mengekori Anya yang sudah berpamitan hendak berangkat ke kantor."Maaf ya, Nya, bukan maksud Mama mau bikin kamu gak nyaman. Tapi Mama penasaran sama sosok pacar kamu itu," gumam Anisa seraya mengikuti mobil Anya dari belakang.Kendaraan roda empatnya sudah melaju sekitar sepuluh menit. Ketika mobil Anya berbelok ke arah lain yang bukan menuju ke perusahaan, debar di dada Anisa makin tak karuan."Bukannya kamu mau kerja, Nya? Kenapa malah belok ke tempat lain?"Anisa tetap memfokuskan penglihatannya, tak ingin kehilangan jejak karena di depannya sangat padat merayap. Mobil dan motor berlomba-lomba saling mendahului, berkejaran dengan waktu untuk masuk ke tempat kerja.Untuk pertama kalinya, Anisa bisa menghela napas lega saat Anya berbelok ke gedung apartemen. Sementara di depan sana, Anya sengaja memberhentikan mobil untuk menunggu Nathan
Bab 80Sepanjang hari sampai jam makan siang itu, Heba tak henti mengukir senyum di bibirnya. Ia begitu senang bisa bicara panjang lebar dengan Anisa, meski hanya lewat sambungan telepon.Sampai jam istirahat tiba, Heba mendatangi Kamila lebih dulu dan menggamit lengan sahabatnya. Baru ingin pergi ke kantin, Heba mendapatkan pesan dari Noah, bahwa sebaiknya mereka memesan makanan saja dan menghabiskan waktu istirahat di ruangan Noah.Kali ini Kamila dan Heba setuju-setuju saja dan kembali naik ke lantai atas. Sampai di sana dan telah memesan makanan lebih dulu, barulah Heba menceritakan semuanya dengan nada yang begitu riang."Ih, serius Tante Anisa telfon kamu duluan, Ba?" Kamila sampai bertanya dengan nada tak percaya. "Gak marah-marah juga?" lanjutnya masih terperangah.Heba menggeleng dan tetap tersenyum lebar seperti tadi. "Aku serius, Mil! Mama nanyain gimana kabarku, apa aku betah kerja di toko atau nggak, dan gimana keseharianku waktu di rumah!"Mendengar itu, Noah ikut senang
Bab 81"Mbak tenang dulu, Mbak," bujuk Nathan yang sudah berjongkok demi menenangkan sang kakak."Gimana Mbak bisa tenang, Than? Uang puluhan juta itu udah hilang!" teriak Diana mendramatisir keadaan.Di ambang pintu, Nicky mengulum senyum melihat akting Diana yang begitu hebat. Tak sia-sia dirinya menghasut. Nicky yakin, kalau rencananya akan berhasil."Kita bisa usut orangnya kok, Mbak. Jangan khawatir, aku pasti bantuin sampai masalah ini selesai." Nathan berkata pelan, merasa iba pada Diana.Sementara Diana menepis tangan Nathan yang mencoba untuk meraihnya. Satu hal yang dilakukan oleh Diana secara konsisten adalah menangis dan terus meracau soal uang.Nathan pun bingung, lantaran ia tahu uang untuk membuat butik itu adalah uang yang dipinjamkan oleh Anya. Oleh karena itu, Nathan segera menghubungi Anya untuk memberi tahu semuanya.Lelaki itu pun keluar dari kamar Diana, dengan ponsel yang sudah menempel di telinga kanan."Halo, Sayang, maaf banget aku gak ngabarin kamu lebih dul
Bab 134Memaafkan dan memilih melanjutkan hidup, adalah pilihan terbaik bagi Heba dan Noah. Semenjak datang ke rumah Anisa dua bulan lalu, hubungan mereka sudah semakin membaik. Perlahan tapi pasti, Luqman juga sudah bersedia untuk ditemui, meski pertemuan itu sendiri harus selalu diadakan di rumahnya.Soal Anya dan Nathan, mereka belum resmi bercerai. Anya yang sudah mendapatkan kewarasannya, mengatakan kalau ia memang sangat mencintai Nathan dan tak bisa melepaskan lelaki itu, meski Nathan sudah menghujaninya dengan berbagai macam pengkhianatan.Tak ada satu pun yang bisa membuat Anya berubah pikiran, termasuk Heba yang sempat datang ke rumah sakit jiwa untuk menjenguk kakak tirinya. Di sana, Anya malah berkata kalau Heba tak boleh mengurusi hidupnya. Maka dari itu, Heba tak pernah menemui Anya secara langsung, dan hanya menanyakan bagaimana kondisi perempuan itu melalui perawat.Sementara untuk rumah tangga Heba sendiri, semuanya berjalan lancar. Heba tengah menikmati hari-hari men
Bab 133"Kita ke rumah Mama Anisa sekarang," ucap Noah setelah Heba menceritakan ulang apa yang dikatakan oleh Anisa barusan."Tapi, Mas, gimana sama kita berdua?" tanya Heba bingung dan tak enak hati.Bukan hal yang aneh bagus kalau mereka sampai keluar dari hotel tengah malam begini. Apa kata orang? Semua orang yang melihat keduanya meninggalkan hotel dengan langkah tergesa, pasti akan berpikir macam-macam. Heba tak mau keluarga suaminya mendapatkan pandangan buruk karena masalah yang tengah dihadapi oleh Anisa."Masih ada malam-malam selanjutnya untuk kita berdua," jawab Noah dengan senyum.Noah berlalu, mengambilkan baju hangat serta sehelai kerudung untuk dikenakan oleh sang istri. Sementara itu, Heba masih diam di tempat. Ia tak mau merepotkan, tetapi mustahil juga andai dirinya pergi seorang diri ke rumah Anisa untuk melihat apa yang terjadi di sana."Ayo, Sayang," ajak Noah menggenggam hangat tangan sang istri, sehingga Heba mengangguk dan mengikuti langkah suaminya.Berjalan
Bab 132Kebaya putih gading yang dilengkapi dengan kerudung serta untaian bunga melati, berhasil membuat penampilan Heba begitu memukau. Heba tampil sangat cantik dan manglingi, membuat Kamila tak henti memotret sahabatnya dari berbagai sudut."Udahlah, Mil, aku malu," gumam Heba seraya menatap ke sekeliling yang diisi oleh seorang fotografer dan dua staf wedding organizer, serta seorang MUA yang memang disewa oleh Heba untuk mempercantik dirinya di hari paling membahagiakan ini."Sorry, Ba, aku gak bisa berhenti, habisnya kamu cantik banget!" Kamila kembali mengangkat layar ponselnya dan mengarahkan benda tersebut ke wajah Heba, kemudian kembali memotretnya.Jika disimak lebih jauh, Kamila ini memang sangat heboh dan tampak lebih sibuk dari sang fotografer. Heba sampai menggelengkan kepala. Kendati sudah meminta agar Kamila duduk saja, tetapi sahabatnya itu tak mendengar sama sekali.Kamila baru bisa duduk dengan tenang, saat pembawa acara di ballroom hotel meminta Noah untuk duduk d
Bab 131Suara tangis bayi mengakhiri perjuangan Anya yang sejak tadi mengikuti instruksi dari dokter yang membantu persalinannya. Perempuan itu memejamkan mata, merasakan lelah luar biasa karena ia telah melalui proses persalinan secara normal.Ya, Anya sejak awal kehamilan, Anya sudah bersikeras ingin melahirkan bayinya dengan cara normal, lantaran ia berpikir dirinya bisa dianggap sebagai seorang ibu sepenuhnya, jika menempuh cara tersebut. Padahal, proses apa pun yang dilalui oleh seorang ibu, tak bisa dibandingkan satu sama lain. Baik normal maupun caesar, keduanya sama-sama mempertaruhkan nyawa.Sementara di luar ruangan, Nathan sudah menunggu dengan perasaan sangat cemas. Ia tak bisa masuk ke dalam lantaran tak akan kuasa melihat banyak darah. Lelaki itu hanya menunggu seorang diri dengan sedikit rasa kesal, lantaran Ratih dan kedua saudaranya tak kunjung datang ke rumah sakit.Nathan telah berdiri. Ia ingin melihat bagaimana anaknya yang baru saja lahir. Sejenak ia mengintip, d
Bab 130Tinggal di sebuah rumah besar adalah kebahagiaan untuk Ratih dan keluarganya. Harapan mereka menjadi kenyataan. Berkat naiknya Nathan menjadi pemegang perusahaan, kehidupan mereka pun berubah secara drastis.Sekarang, Ratih dan dua anaknya tinggal di sebuah rumah yang letaknya berada di perumahan elit. Tak ada tetangga julid, tak ada tatapan iri, dan itu membuat Ratih semakin jumawa."Hari ini aku mau ke luar kota, Ma," ucap Diana pada sang ibu."Mau ngapain lagi? Kamu baru aja pulang," sahut Ratih menatap curiga pada putri sulungnya.Diana sering mengatakan kalau ia tengah mencoba untuk menjalin bisnis dengan temannya yang kaya raya. Sudah berbulan-bulan Diana sering pergi ke luar kota dengan alasan serupa, tetapi tak ada satu pun hasil yang terlihat dari kerja kerasnya itu.Ya, Diana membohongi ibunya. Ia tak pergi ke luar kota, melainkan malah bergabung dengan teman-teman barunya di sebuah klub malam. Di sana, Diana menghamburkan uangnya demi menyenangkan beberapa lelaki ya
Bab 129Seorang perempuan melihat datar kepergian Noah dan keluarganya dari rumah Anisa. Perempuan itu kemudian menutup kasar gorden panjang nan tebal, menyebabkan kamarnya menjadi temaram, padahal hari masih sore dan matahari masih menampakkan cahaya di atas langit."Heba udah bahagia," gumamnya seakan tak terima atas lamaran adik tirinya.Semua hantaran yang dibawa oleh orang tua Noah, jelas membuat Anya merasa iri. Dulu saat Nathan melamar dirinya, lelaki itu memang membawa banyak sekali barang mahal, tetapi uangnya berasal dari kantong Anya."Kenapa nasib Heba bisa jauh lebih baik daripada aku?" tanya Anya seraya hilir mudik di kamarnya.Tak seorang pun yang tahu, kalau rumah tangganya dengan Nathan kerap diterpa oleh ujian yang tak ada habisnya. Di awal pernikahan, sikap Nathan sangat baik dan lembut. Lelaki itu memenuhi semua keinginan Anya tanpa terkecuali.Akan tetapi, setelah Nathan memegang penuh perusahaan milik Luqman, suaminya itu menjadi dingin dan ketus. Nathan juga ser
Bab 128Shanti dan Pratama kebingungan melihat putra semata wayang mereka terus mengukir senyum sejak masuk ke dalam rumah. Dua paruh baya itu sampai saling pandang dan sama-sama mengerutkan kening."Aku punya kabar bahagia," ucap Noah setelah duduk di depan kedua orang tuanya.Gambaran bahagia itu memang terlihat jelas dan mampu mengalihkan semua kebiasaan Noah. Anak lelaki mereka tiba-tiba duduk tanpa mengucap salam atau mencium tangan, membuat Shanti dan Pratama kembali saling pandang."Kabar bahagia apa? Soal perusahaan?" tanya Pratama penasaran."Bukan, Pa," jawab Noah tak langsung menjelaskan semuanya, karena ia malah tertawa salah tingkah."Kenapa, sih? Jangan bikin Mama sama Papa penasaran," tegur Shanti sambil berdecak tak sabaran."Heba suka sama aku, dan dia bilang mau nikah sama aku," ungkap Noah, benar-benar tak bisa menghentikan senyum di bibirnya."Kamu serius?" Shanti adalah orang pertama yang memberikan reaksi terkejut. Perempuan paruh baya itu sampai terkesima dan be
Bab 127Tawaran dari Noah berhasil membuat jantung Heba seakan hendak meledak. Perempuan itu mendadak diam, tetapi kedua matanya melirik Noah sesekali.Menikah? Tawaran itu bukan sesuatu yang mudah untuk diangguki dalam hitungan detik. Sebelumnya, Heba punya pengalaman buruk soal pernikahan. Perempuan itu tentu tak mau sembarangan lagi. Semuanya harus dipikirkan baik-baik."Maaf, Pak, apa boleh saya kasih jawaban nanti?" tanya Heba takut-takut."Boleh," jawab Noah seraya mengangguk lagi, kemudian lelaki itu kembali mengemudikan mobilnya.Noah mengantar Heba dengan selamat sampai ke rumah. Turun dari mobil usai berpamitan dan mengucapkan terima kasih, lebih dulu Heba memastikan mobil Noah menjauh dari area rumahnya. Barulah setelah itu, ia masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa."Aku harus kasih tau Kamila!" ucap Heba terburu-buru mengambil ponselnya di dalam tas, dan menghubungi Kamila saat itu juga."Mil!" panggilnya setelah panggilan mereka terhubung.Di toko yang masih ramai o
Bab 126Noah menghentikan langkah. Barusan itu, kalimat yang keluar dari mulut Kamila terdengar oleh kedua telinganya. Noah mematung, mulai bertanya-tanya mengapa ia tak tahu kalau Heba sempat merasa cemburu pada perempuan yang datang kepadanya?Tatapan lelaki itu tertuju lurus, dan Heba sadar akan hal tersebut. Heba mengeluh, dan menoleh pada Kamila seraya melayangkan tatapan protes. Dari tatapannya itu, harusnya Kamila sadar, kalau saat ini Heba tengah kesal padanya.Akan tetapi, Kamila malah mengangkat bahu seolah-olah ia tak salah. Kamila tak bermaksud bicara di depan Noah tentang semuanya. Namun, kalau sampai atasan mereka mendengar, ya itu namanya sudah takdir."Gara-gara kamu, nih!" Heba berkata tanpa suara.Heba berdeham dan menarik senyum saat Noah berdiri di hadapannya dan Kamila. Sebisa mungkin Heba bersikap seolah tak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka."Siang, Pak, gimana pendapat Bapak soal toko saya sama Kamila?" tanya perempuan itu, benar-benar berusaha mengalih