Keduanya masih asik berpangut dengan mesra. Kini tangan Basuki bergerak semakin ke atas menuju gundukan kenyal yang sangat ingin disentuhnya. Sudah sejak tadi dia menahan diri ketika melihat benda itu terpampang nyata di depannya tanpa penghalang.
"Emmmhhh.. " Asma memekik dalam ciumannya ketika tangan Basuki menangkup sebelah dadanya. Tempat yang selalu disinggahi oleh bapak sambungnya setiap mereka melakukan hal ini.Sudah tidak terhitung berapa kali pria itu menjamah dadanya. Awalnya Asma merasa risih karena tidak nyaman. Apalagi ketika semasa program lactating dulu Basuki sering membantunya pumping.Tapi lama kelamaan rasa risih itu berangsur hilang. Dia mulai menikmati remasan tangan Basuki yang terasa lembut. Pria itu juga tidak melakukan apapun setelahnya. Membuatnya percaya jika bapak sambungnya itu tidak akan berbuat macam-macam padanya.Itu memang awal dari pemikirannya yang polos. Nyatanya setelah beberapa kali Basuki membantunya, dia jAsma mendengus karena ulah Basuki, dirinya hampir terlambat untuk pergi berbelanja. Padahal dia sudah janjian dengan Mbak Wulan, tetangganya. Pasti wanita yang sedang hamil muda itu sudah menunggunya terlalu lama. Kasihan sekali."Mau kemana?" tanya Basuki yang baru saja keluar dari kamar mandi. Setelah mandi keringat bersama Asma, pria itu memutuskan untuk mandi yang kedua kalinya pagi ini. Pria itu terlihat lebih segar dan cerah. Wajar saja karena baru dikasih jatah, eh."Mau belanja." jawab Asma ketus karena masih kesal dengan bapak sambungnya.Basuki terkekeh mendapati sikap ketus Asma padanya. Gadis itu pasti masih kesal karena kejadian tadi di kamar Asma. Berada di dekat Asma memang terasa begitu nyaman. Sehingga membuat Basuki enggan melepaskannya. Apalagi dia masih ingin merasakan cairan putih yang dapat menuntaskan dahaganya itu.GrebMelihat Asma akan pergi, Basuki dengan sengaja menarik tubuh mungil itu hingga jatuh ke dalam pelukannya. Lalu membisikkan sesuatu yang membuat
Singkat cerita, saat ini Asma sedang berada di dalam pasar. Rencana yang kemarin dia buat bersama Mbak Wulan harus batal karena wanita itu tiba-tiba mengeluh sakit pada perutnya. Memang akhir-akhir ini Mbak Wulan bercerita jika dia sering mengalami kontraksi. Alhasil Asma akhirnya pergi sendiri ke warung.Namun ketika sampai di sana, warung yang biasanya menjadi tempat Asma berbelanja justru tutup. Sehingga mau tidak mau, Asma akhirnya memutuskan untuk pergi ke pasar.Jarak pasar dari rumahnya tidak begitu jauh. Namun cukup untuk membuatnya merasa lelah karena berjalan kaki. Kesal sekali rasanya Asma.Keranjang belanjaan yang dia bawa sudah hampir terisi penuh. Walau merasa lelah dan memendam kesal, Asma masih tetap berkeliling untuk mencari bahan makanan yang dia butuhkan. Hanya tinggal satu bahan lagi yang belum Asma beli.Asma memang jarang pergi ke pasar sendiri. Dia hanya sesekali akan pergi ke tempat itu jika warung Mbok Juminah tutup. Atau jika ada acara di rumahnya. Seperti ke
Suara deru motor yang cukup keras menarik perhatian Basuki yang kala itu tengah mencuci motornya di samping rumah. Dengan bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek sebatas lutut, pria itu lantas menghentikan kegiatannya begitu suara motor yang dia dengar tampaknya berhenti di depan rumahnya.Iris gelap Basuki memicing mendapati sosok pujaan hati yang baru saja turun dari motor gede milik pemuda tampan yang dia ketahui bernama Bani. Siapa yang tidak mengenal pemuda tersebut. Selain keluarganya yang kaya raya dan menjadi tempat bagi para pencari hutang, desas-desus mengenai pemuda itu santer terdengar di seluruh penjuru desa.Melihat Asma baru saja turun dari motor yang Bani kendarai, pria itu tanpa sadar meremas kain yang dia gunakan untuk membersihkan motornya. Dengan dada bergemuruh karena dilanda rasa tidak suka, Basuki melangkah mendekati kedua sejoli itu yang terlibat pembicaraan."Asma." panggil Basuki dengan nada beratnya.Asma yang
"Senangnya dalam hati... Oee.. " "Dibonceng sama Bani.. Oee.." Basuki tiba-tiba saja menyanyikan lagu milik Ahmad Dani berjudul Madu 3 dengan lirik yang sudah diganti ala versi-nya. Pria itu sengaja mengeraskan suaranya ketika melihat Asma. Asma yang tengah menyapu halaman rumahnya mendelik karena mendengar nyanyian dari bapak sambungnya itu. Sudah jelas sekali jika pria itu menyindirnya. Terang saja dia merasa kesal dibuatnya. Tapi Asma memilih untuk diam saja, selagi dia masih bisa mengontrol emosinya.Basuki mencebik karena Asma terkesan tidak peduli. Dia yang merasa kurang merasa puas dengan respon Asma, membuatnya kembali melayangkan sindirannya. Kali ini dia tidak lagi bernyanyi seperti tadi. Tetapi terang-terangan menyuarakan sindirannya pada Asma langsung."Siapa ya yang tadi ijin pergi ke warungnya Mbok Juminah bareng Mbak Wulan, tapi pulang-pulang bareng pria lain." seru Basuki kembali memantik kekesalan Asma.Asma yang m
"Bapak.. " pekik Asma terkejut saat melihat Basuki terjengkang setelah mendengar ucapannya.Di sisi lain, Basuki tampak meringis merasakan pantatnya yang tanpa sengaja mencium lantai dengan cukup keras. Rasanya benar-benar sakit sampai membuat encoknya hampir kambuh. Namun selain itu dia juga merasa sangat malu. Sakitnya memang tidak seberapa, tapi malunya itu loh.. ck.. ck..Sembari membantu Basuki duduk di kursi, Asma tak dapat menahan tawanya yang sedari tadi coba dia tahan. Reaksi dari Basuki benar-benar di luar dugaan. Saking terkejutnya sampai membuat pria itu terjengkang.Melihat Asma yang tak berhenti menertawainya, membuat Basuki jadi memberengut. Wajahnya merah dengan bibir mengerucut. Dia benar-benar malu karena bertingkah konyol di depan gadis pujaannya."Bapak kenapa bisa sampai jatuh sih." kikik Asma sembari menutupi bibirnya dengan punggung tangan. Rasanya dia tidak bisa berhenti jika mengingat apa yang terjadi pada Basuki tadi.
Asma mencibir melihat tingkah percaya diri Basuki yang setingkat dewa. Tapi kalau boleh jujur, pria itu memang terlihat semakin tampan dengan jambang-jambang halusnya yang mulai tumbuh lebat.Asma jadi panas dingin melihat brewok Basuki saat ini. Mengingatkan dirinya akan kebiasaan pria itu yang sering menggesekkan jambangnya di antara dua bakpaonya. Rasanya memang geli, tapi selalu membuat dirinya merasa ketagihan."Ihh.. Bapak apaan sih." dengus Asma pura-pura. Sebenarnya saat ini dia merasa malu karena pertanyaan Basuki barusan.Basuki terkekeh karena berhasil membuat Asma tersipu. Tingkah malu-malu gadis itu membuatnya merasa gemas.Beberapa detik kemudian, suasana di antara mereka mulai berubah serius. Beberapa kali Asma menggigit bibir bawahnya saat melihat Basuki menatapnya dengan begitu intens."Tentang ucapan kamu tadi, apa itu serius?" tanya Basuki mulai bersuara.Asma menggigit bibir bawahnya dengan wajah resah. Kedua
Asma mengerang di dalam tidurnya saat mendengar suara gaduh yang berasal dari luar kamarnya. Gadis itu mendengus, dirinya baru saja tertidur dua jam yang lalu karena Dika yang rewel. Semalam adik tirinya itu tidak kunjung tidur. Padahal dia sudah menyusuinya cukup lama.Dengan setengah hati Asma bangun dari tidurnya. Mencepol rambut panjangnya asal dan merapikan dasternya yang berantakan karena baru selesai menyusui. Kedua matanya masih terasa lengket untuk dibuka. Tapi Asma memaksakan diri untuk bangun dan melihat apa yang terjadi di luar kamarnya.Asma lalu keluar dari kamarnya dengan langkah gontai. Tujuannya saat ini adalah dapur, tempat dimana suara gaduh itu berasal.Sampai di sana, gadis itu melihat sosok bapak sambungnya yang tengah sibuk di depan kompor. Entah apa yang tengah dimasak oleh pria itu. Karena pandangan Asma terhalangi oleh punggung lebar Basuki."Bapak.. " panggil Asma pelan yang kemudian berjalan mendekati pria itu. Suaranya
Di siang hari yang terik, Asma baru saja selesai mencuci pakaian kotor yang menumpuk karena dua hari tidak dicuci. Kini gadis itu tengah menjemur pakaiannya di belakang rumah.Angin yang berhembus sepoi-sepoi tak membuat Asma merasa kepanasan di bawah terik matahari. Sehingga membuat dirinya merasa senang-senang saja untuk menyelesaikan pekerjaannya.Baru saja Asma menjemur setengah jemurannya, tiba-tiba saja Basuki datang dengan bertelanjang dada. Pria itu baru pulang dari sawah dan langsung mandi.Asma bersemu melihat tubuh atletis bapak sambungnya yang menawan. Apalagi didukung dengan wajahnya yang tampan. Kulit Basuki memang sedikit gelap dibanding dirinya karena pria itu sering berada di bawah terik matahari. Tapi hal itu justru membuat penampilan Basuki semakin sexy."Bapak udah makan siang?" tanya Asma sembari menjemur baju milik Basuki. Gadis itu berusaha bersikap tenang saat pria itu mendekatinya."Nanti saja, selesai bantu kamu
Asma yang memang telah memberikan dirinya pada Basuki tak mempunyai pilihan lain selain mengangguk.Dengan liar, Basuki mulai memainkan bukit tembam Asma. Mencium, menjilat, mengulum dan menghisapnya dengan rakus. Bahkan cairan hangat yang baru saja keluar dari inti gadis itu tak luput dari hisapannya.Asma hanya bisa melenguh merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ini dia rasakan. Entah berapa kali dia mencapai puncak karena permainan bibir dan tangan Basuki.Wajah Basuki terlihat merah padam dengan sudut bibirnya yang basah. Raut puas tampak jelas di wajah pria itu. Semua yang ada pada diri Asma benar-benar sempurna di matanya. Gadis itu menjaga dirinya dengan baik.Iris gelap Basuki semakin bernafsu melihat posisi berbaring Asma saat ini. Dimana gadis itu tengah telentang dengan kedua kaki terbuka lebar. Menampakkan bukit tembamnya yang merah merekah.Jakun Basuki naik turun melihat pemandangan indah tersebut. Gelora dalam dirinya kian membara, seiring dengan desakan kuat yang
Seorang gadis muda dengan parasnya yang cantik, tampak terbaring pasrah di bawah kungkungan pria dewasa berbadan kekar yang berparas tampan. Siapa lagi kalau bukan Asma, yang terlihat pasrah saat Basuki mendorongnya ke atas ranjang. Dalam posisi kaki yang masih menjuntai di atas lantai.Gaun pengantin yang beberapa waktu lalu melekat di tubuh Asma, kini telah berganti dengan gaun malam yang mengekspos lekuk tubuhnya. Menampilkan beberapa bagian yang menonjol karena ukurannya yang memang di atas rata-rata.Sebelumnya, sesaat setelah Basuki keluar dari kamar untuk kembali menitipkan Dika pada Sekar, Asma buru-buru meloloskan gaun pengantin yang dia kenakan dari tubuhnya. Lalu menggantinya dengan sebuah gaun malam yang diberikan oleh Rahayu.Asma pikir baju yang Rahayu berikan adalah baju-baju normal seperti pada umumnya. Namun ternyata Rahayu sengaja memberikan gaun malam yang memang telah Basuki siapkan untuk Asma. Benar-benar kerjasama yang bagus.Asma yang memang baru pertama kali in
Acara resepsi yang diadakan selama empat jam tanpa jeda iklan itu akhirnya telah selesai. Tamu undangan yang memenuhi pelataran rumah Asma yang telah disulap bak gedung tempat acara pernikahan berlangsung, kini berangsur sepi. Hanya segelintir orang yang masih bertahan di sana.Malam memang semakin beranjak larut. Dan orang-orang juga mulai mengantuk. Ingin segera terlelap di atas ranjangnya yang empuk.Seorang gadis dengan sanggul yang masih terpasang di belakang kepalanya, kini tengah terduduk di depan cermin rias bersama seorang wanita yang berdiri di belakangnya."Apa Mbak bilang.. kalau kamu tenang, semuanya pasti berjalan lancar." ujar Rahayu yang tengah sibuk melepaskan segala properti yang ada di atas kepala Asma.Asma mengulum senyum sebelum kemudian mengangguk. Dia memang sempat gugup ketika acara pengucapan janji pernikahan berlangsung. Takut Basuki salah berucap. Atau lebih parahnya lagi salah menyebut namanya. Ada-ada saja memang yang Asma takutkan."Iya, Mbak. Gugup yang
"Dika dimana?" tanya Basuki saat tidak melihat batang hidung anaknya sedari tadi pagi. Tidak melihatnya beberapa jam saja, dia sudah merindukannya. Asma yang tengah menikmati suasana pesta pernikahan mereka lantas menoleh. Dan mendekatkan bibirnya pada telinga Basuki. Suara bising sound system yang dinyalakan cukup keras membuat suaranya teredam. "Asma titipin adiknya Mbak Rahayu." jawab gadis itu. Dia tidak perlu khawatir karena adik Rahayu bisa memomong Dika dengan baik. Adik tiri yang sekarang resmi menjadi anak sambungnya itu tampak nyaman dengan pemuda remaja itu. Basuki mengangguk dan bernapas lega. Seharian ini dia memang belum sempat bertemu dengan putra kecilnya. Setelah sesi foto bersama, Dika kembali menghilang begitu saja. Sehingga kini dia tampak kebingungan mencarinya. Iris gelap Basuki melirik Asma dari ekor matanya. Jika hari-hari biasa dia terbiasa melihat gadis itu tanpa polesan make up. Di hari bahagia ini dia akhirnya bisa melihat Asma dengan riasan yang membua
Jarak wajah mereka semakin dekat. Hanya tinggal maju sedikit saja, bibir keduanya pasti akan saling bertemu. Namun seruan bernada gurauan yang MC layangkan, membuat keduanya spontan menjauhkan wajah masing-masing. Baik Asma maupun Basuki tampak kikuk dan malu karena hampir lepas kendali. Acara resepsi dimulai, dengan berbagai ritual yang harus dijalani oleh keduanya. Mulai dari penyerahan kembang mayang, ngidak endhog sampai dulangan. Acara kemudian berlanjut dengan ucapan selamat bagi pengantin dan sesi foto bersama. Banyak dari para warga yang dengan senang hati ikut berfoto bersama Asma dan juga Basuki. Sempat menjadi tanda tanya besar mengapa tidak ada keluarga dari kedua belah pihak yang datang di acara sakral tersebut. Namun setelah menyimak apa yang MC katakan, membuat pertanyaan tersebut akhirnya terjawab sudah. "Selamat ya, Asma.. Mas Basuki. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan." ujar Roni yang memang datang di acara pernikahan tersebut. Tentu saja d
Suasana khidmat tampak menyelimuti pernikahan antara Asma dan juga Basuki. Setelah mengucapkan janji pernikahan yang disaksikan oleh para saksi dan tamu undangan, maka status keduanya telah resmi menjadi sepasang suami istri.Basuki telah berdiri di atas panggung seorang diri. Menanti kedatangan Asma yang sebentar lagi akan datang menemani. Wajahnya terlihat sumringah karena baru saja melepas masa dudanya. Apalagi di pernikahannya yang ketiga kalinya ini dia mendapat seorang gadis muda yang cantik jelita. Ehem, yang muda lebih menggoda ya Pak Bas. Sstt.. lupakan ocehan author.Alunan musik gamelan terdengar, begitu Asma muncul dari balik pintu rumah yang telah dipasangi gedebog pisang yang telah dihias di sisi kanan dan kirinya. Hiasan tersebut berupa anyaman daun kelapa muda yang dibentuk seperti keris dan semacamnya. Juga terdapat hiasan janur kuning, bunga kertas dan dedaunan yang ditancapkan di batang pisang tersebut.Asma mulai berjalan mengarah ke atas panggung dengan ditemani d
Lagu berjudul Ikan Dalam Kolam yang telah dicover menjadi dangdut koplo terdengar menyemarakkan acara resepsi pernikahan Asma dan Basuki.Among tamu yang berjajar rapi di sisi kiri dan kanan pintu masuk, tampak begitu ramah saat menyambut kedatangan tamu undangan yang mulai berdatangan.Beberapa dari mereka bertugas untuk membawa bawaan dari tamu perempuan. Biasanya barang bawaan tersebut berisi beras, minyak dan juga gula. Ada juga yang membawa mie kemasan merah besar sebagai junjungannya. Sedangkan untuk tamu laki-laki, biasanya membawa sebuah amplop berisi uang yang akan langsung dimasukkan ke dalam kotak angpao. Hal semacam itu sering disebut dengan becek'an.Among tamu yang lain mengarahkan para tamu undangan menuju meja prasmanan. Dimana telah tersaji berbagai menu makanan yang bisa diambil sesuka hati. Mulai dari rawon, soto sampai sup daging tersaji rapi di atas meja panjang.Suasana resepsi yang dihadiri cukup banyak warga desa ini kian semarak saat biduan dangdut mulai naik
Asma terkikik geli dan mengajak Basuki masuk ke dalam rumah. Dirinya sudah memasak ayam goreng, tempe penyet yang dibaluri sambal terasi dan terong goreng sebagai lalapan. Salah satu menu masakan rumahan kesukaan sang calon suami. Ehem.. calon suami nggak tuh.. "Ini yang lain sudah pada makan?" tanya Basuki pada salah satu karyawan vendor yang berpapasan dengannya ketika hendak menuju dapur. Wanita itu mengangguk dan tersenyum kecil. Namanya Citra, karyawan wanita yang bertugas mendekor altar dengan bunga-bunga. "Sudah, Pak. Ndak nyangka, masakannya Dik Asma ternyata juara." serunya sembari mengacung jempol. Tak hanya dirinya, teman-temannya yang lain juga mengakui jika makanan Asma memang lezat. Asma yang mendapatkan pujian tersebut terang saja tersipu. Sedangkan Basuki justru terlihat tersenyum bangga. Dia menyenggol kecil lengan Asma yang sejak tadi diam saja. Sadar jika sang gadis tengah tersenyum malu. "Wahh.. kalau soal masakan memang calon istri saya juaranya." timpal Basu
Undangan pernikahan Asma dan Basuki telah tersebar. Tak banyak memang warga yang mendapat undangan tersebut. Selain karena Asma tidak ingin terlalu ramai, juga masih sedikit warga yang dikenal oleh keduanya. Dua hari sebelum hari H, tenda beserta alat-alat yang lain telah datang dan terkumpul di depan rumah Asma. Para pekerja mulai sibuk memasang dan mendesain dekorasi tenda pernikahan untuk Asma dan juga Basuki. Basuki hanya menyewa satu petak tenda berukuran sedang, mengingat jumlah tamu undangan yang dia undang tidak terlalu banyak. Untuk bagian konsumsi, pria itu juga menyerahkan sepenuhnya pada vendor yang dia sewa. "Pak, sarapan dulu. Dari tadi pagi Bapak belum sempet makan." seru Asma tengah menggendong Dika yang tampak rewel. Suasana rumahnya yang terbilang ramai karena lalu lalang para perias dekor, mungkin membuat bayi kecil itu merasa tidak nyaman. "Iya, sebentar lagi." Basuki menjawab seruan Asma dengan seruan juga. Pria itu terlihat sedang membantu salah seorang kary