Tiffany bertatapan dengan Bronson, lalu Bronson mengisyaratkan kepada Tiffany untuk bekerja sama dengannya. Tiffany berdeham dan berucap, "Tapi Bu, pingsan karena flu juga cukup parah. Belakangan ini aku sibuk mempersiapkan resepsi, jadi aku nggak sempat jaga kamu. Aku suruh Ayah yang gantikan aku."Niken menegaskan sembari mengernyit, "Aku nggak perlu dijaga dia. Masih ada Xavier ...."Sean menyela, "Maaf, Bibi Niken. Aku membutuhkan Xavier."Niken tidak bisa berkata-kata. Jadi, dia harus dijaga oleh Bronson yang tidak tahu malu ini? Niken menarik napas dalam-dalam.Saat hendak menentang lagi, Sean berkata, "Kalau Bibi Niken nggak tenang dijaga Paman Bronson, biar aku yang jaga kamu. Bagaimanapun, kamu itu calon mertuaku. Tapi, aku perlu mencari tahu tentang penyakitmu ...."Sean menambahkan sambil mengernyit, "Aku ingat sepertinya di perpustakaan kota ada ...."Ucapan Sean membuat Niken panik. Dia tahu Sean adalah orang yang hebat. Sean pasti bisa menyelidiki penyakit Niken dengan mu
Michael tidak menyangka akan bertemu dengan Tiffany dan Sean dalam situasi seperti ini. Dia mengerutkan alisnya sambil menatap Tiffany dengan dingin dengan satu mata yang tersisa, lalu melirik Sean. "Tumben sekali kalian datang kemari?"Sean juga mengerutkan alisnya. "Kakak.""Jangan panggil aku kakak, aku nggak pantas menerimanya!" Michael mendengus dingin sambil menunjuk matanya yang rusak. "Ini adalah utang yang kalian berdua berikan padaku!"Tiffany yang masih larut dalam kesedihan, langsung terpancing emosi saat mendengar perkataan Michael. Tangan gadis itu mengepal kuat di sisi tubuhnya, matanya merah menatap Michael."Kamu bilang mata itu adalah utang dari kami? Michael, kami sama sekali nggak pernah berutang apa pun padamu! Kamu sendiri yang janji sama kami, kalau kamu berani menyentuhku lagi, maka kamu harus menerima konsekuensinya!""Itu adalah pilihan ayahmu. Dia yang lebih memilih kepentingan bisnis di Grup Tanuwijaya daripada matamu! Coba pikirkan baik-baik, apakah kami ya
Michael menunjukkan ekspresi penuh kebingungan. "Kalau begitu, beri aku sedikit petunjuk, Ayah. Aku benar-benar nggak mengerti, kenapa kita harus menghadiri pernikahan itu?""Untuk menonton pertunjukan." Ronny tertawa dingin seraya menutup matanya, lalu mengetukkan jarinya di atas meja teh dengan ritme yang lambat."Michael, mungkin kamu nggak tahu. Bahkan banyak orang juga nggak tahu. Dulu, dalang di balik kecelakaan mobil yang menewaskan orang tua Sean ... adalah seseorang bermarga Rimbawan."Michael masih tidak mengerti sepenuhnya. "Marga Rimbawan?""Benar." Ronny tertawa kecil, nada bicaranya penuh dengan ejekan. "Dunia ini memang penuh dengan kebetulan.""Meskipun Sean bisa memaafkan ayah angkat Tiffany atas insiden pembakaran itu, apakah dia bisa memaafkan ibu kandung Tiffany yang merencanakan kematian orang tuanya sendiri?"Mata Michael tiba-tiba membelalak. "Jadi, maksudmu ... Paman dan Bibi ...."Namun, ekspresinya kembali mengerut setelah merenung beberapa saat. "Tunggu, Ayah
Setelah berpisah dengan Michael, Sean menggenggam tangan Tiffany dan berjalan masuk ke dalam kediaman Keluarga Tanuwijaya.Di dalam, Darmawan sedang bermain catur dengan Sanny.Berbeda dengan sebelumnya yang selalu mengenakan topeng, kini Sanny tampaknya sudah mulai terbiasa dengan tatapan orang-orang. Dia hanya menutupi wajahnya dengan sehelai kain tipis."Kamu ini terlalu banyak berpikir." Darmawan menghela napas sambil menatap papan catur di depannya. "Kalau sudah menerima keadaan, hiduplah dengan baik. Jangan terlalu membebani pikiranmu."Sanny mengerutkan alisnya sedikit, tetapi tetap diam. Sementara itu, Sean menggandeng Tiffany masuk ke dalam ruangan. "Kakek, Kakak."Darmawan menoleh dan tersenyum, "Kalian datang ngantarin undangan, bukan?"Sean mengangguk, lalu meletakkan dua undangan pernikahan di atas meja. "Satu untuk Kakek, dan satu lagi untuk Kakak. Aku cuma ingin menikah sekali dalam hidupku, jadi aku sangat berharap kalian bisa datang."Bukan karena dia ingin pamer atau
Saat di rumah Keluarga Tanuwijaya tadi, Darmawan hampir berlutut dan memohon pada Tiffany agar orang tuanya bisa menjaga Sean dengan baik. Namun, kenyataannya bisnis dan koneksi Sean di luar negeri ....Mark pernah mengatakan bahwa kekuatan bisnis Sean hanya lebih lemah sedikit daripada Keluarga Japardi. Dia juga bilang bahwa Sean adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa mengendalikan bisnisnya dari Kota Aven, mengelola segalanya dari kejauhan, dan tetap berkembang pesat."Di Elupa, banyak orang menyebutnya sebagai seorang genius. Namun bagi kakeknya, Sean hanyalah seorang pria yang membutuhkan dukungan mertuanya agar bisa bertahan.Tiffany menggigit bibirnya, lalu menoleh ke arah Sean. "Kamu nggak kesal Kakek salah paham padamu?"Sean tersenyum tipis dan menggeleng pelan. "Aku lebih suka kalau semua orang mengira aku bangkit karena pengaruh orang tuamu."Tiffany tertegun. "Kenapa?"Tatapan pria itu dalam dan teduh, bibirnya melengkung dengan senyum samar. "Dengan begitu, semua o
Dua hari kemudian, pernikahan megah Tiffany dan Sean diadakan di hotel paling mewah di Kota Aven, Hotel Prosper. Demi pernikahan mereka, Mark bahkan secara khusus melakukan renovasi darurat pada hotel tersebut.Di hari pernikahan, Tiffany sudah bangun sejak pukul empat pagi.Saat penata rias sedang merias wajahnya, Julie dan Zara malah asyik bercanda sambil saling mengomentari bentuk tubuh masing-masing. Sambil bercanda, mereka juga sibuk meminta satu sama lain untuk mengencangkan tali gaun pendamping pengantin yang mereka kenakan.Tiffany yang duduk diam di meja rias, tak bisa bergerak karena harus dirias. Akhirnya, dia hanya bisa mengeluh dengan nada kaku, "Kalian berdua berisik sekali!""Hanya kali ini saja!"Julie menoleh ke arah Tiffany dan menyeringai, "Hari ini kamu yang menikah, jadi kami boleh berisik.""Lain kali kalau aku yang menikah, pasti aku nggak bakal punya waktu buat ribut sama dia. Jadi, waktu itu kamu bisa menikmati ketenangan."Zara mengernyitkan dahi, "Kenapa haru
Tiffany juga tak bisa berbuat apa-apa. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah menemani ibunya dengan baik di sisa waktu yang dimilikinya ....Beberapa wanita itu masih sibuk bercanda di dalam kamar ketika Sean datang bersama rombongan pengiring pria. Sebelum hari pernikahan, Julie dan Zara sengaja mencari beberapa trik iseng di internet untuk mengerjai pengantin pria.Salah satunya adalah menyembunyikan sepatu pengantin wanita.Julie yang licik mengikat salah satu sepatu Tiffany di kakinya. Dengan gaun pengantin yang lebar dan menjuntai, tidak ada yang bisa melihat bahwa di balik rok itu tersembunyi sebuah sepatu.Namun, rencana yang begitu matang tetap saja tak bisa luput dari pandangan tajam Sean.Dengan satu tatapan darinya, Mark langsung menangkap Julie dan menekannya ke ranjang, sementara tangannya dengan cekatan menyelinap ke balik gaunnya dan mengambil sepatu yang tersembunyi.Namun, Mark dan Julie sama sekali tak menyangka bahwa Zara dan Charles telah bersiap dengan kamera
Suasana di dalam gereja begitu khidmat dan penuh kehangatan.Pastor yang mengenakan jubah emas, berdiri di tengah altar dengan senyum di wajahnya sambil menatap kedua mempelai yang berdiri di hadapannya."Sean, apakah kamu bersedia menikahi Tiffany dan menjadikannya istrimu? Berbagi hidup dengannya dalam ikatan suci pernikahan?""Baik dalam keadaan sakit maupun sehat, dalam kemiskinan maupun kekayaan, dalam keindahan maupun saat sudah kehilangan pesona, dalam keberhasilan maupun kegagalan? Apakah kamu berjanji untuk mencintai, menghibur, menghormati, dan melindunginya? Serta tetap setia kepadanya sepanjang hidupmu?""Aku bersedia.""Tiffany, apakah kamu bersedia menikahi Sean dan menjadikannya suamimu? Berbagi hidup dengannya dalam ikatan suci pernikahan?""Baik dalam sakit maupun sehat, dalam kemiskinan maupun kekayaan, dalam keindahan maupun saat sudah kehilangan pesona, dalam keberhasilan maupun kegagalan? Apakah kamu berjanji untuk mencintai, menghibur, menghormati, dan melindungin
Malam itu, Tiffany baru saja menjemput kedua anaknya ke dalam mobil, Arlo sudah mulai merengek ingin makan paha ayam untuk makan malam. Berbeda dengan Arlene yang sering manja, Arlo jarang sekali mengungkapkan apa yang dia suka atau inginkan kepada Tiffany.Oleh karena itu, ketika putranya akhirnya mengajukan permintaan, Tiffany tentu saja ingin mengabulkannya.Setelah keluar dari taman kanak-kanak, Tiffany langsung mengemudikan mobil menuju pasar bahan segar. Saat membeli paha ayam, Tiffany teringat dengan paha ayam panggang yang dimasakkan Sean saat makan siang di tempat Zion.Tiffany telah merindukan rasa itu selama lima tahun.Sudah lima tahun dia tidak kembali ke Kota Aven, selama itu juga dia tidak pernah merasakan rasa itu lagi. Begitu pula dengan Arlo dan Arlene, kedua anak kecil itu juga belum pernah mencicipinya.Setelah ragu cukup lama, akhirnya Tiffany memutuskan untuk membeli bumbu yang sama seperti yang digunakan Sean tadi siang untuk memanggang ayam."Mama, malam ini mak
"Hmm." Zion mengangguk dengan serius. Tatapannya yang menatap kejauhan tampak tegas dan penuh ketulusan. "Sebelum bertemu dengan Pak Randy hari ini, aku nggak akan melakukan hal yang dianggap sebagai tindakan tak tahu terima kasih. Bagaimanapun, aku dibimbing langsung oleh guruku dulu.""Sebenarnya, aku juga nggak ingin melakukan sesuatu yang bisa menyakiti guruku. Tapi, hari ini kehadiran Pak Randy membuatku sadar. Nyawa seseorang jauh lebih penting daripada perasaanku terhadap guruku."Tangan Tiffany yang memegang kemudi sedikit menegang.Zion masih menatap luar jendela, seolah-olah pandangannya menembus pemandangan di luar dan melihat sesuatu yang lebih jauh."Pak Sean juga bilang, mungkin dulu guruku nggak benar-benar ingin menjebakmu. Mungkin niatnya hanya ingin memberiku kesempatan untuk bersinar.""Dia memikirkan semuanya dengan sangat matang, tapi satu-satunya hal yang tidak dia pertimbangkan adalah nyawa pasien.""Kalau saja waktu itu Dokter Julie nggak datang untuk membantu,
Setelah makan siang yang menyenangkan, Tiffany berbincang sebentar dengan Randy dan Zion. Tak lama kemudian, mereka pun berangkat menuju Kota Kintan.Randy naik mobil Conan. Zion awalnya ingin ikut bersama mereka agar tidak menjadi nyamuk bagi Tiffany dan Sean. Namun, Sean tetap menyuruhnya duduk di kursi penumpang depan di mobil Tiffany."Di antara kami berdua sudah ada banyak nyamuk, tambah satu lagi nggak masalah kok," ujar Sean.Tiffany melirik Sean dengan kesal, lalu duduk di kursi pengemudi dan menyalakan mesin mobil.Sean duduk di kursi belakang. Begitu mobil mulai melaju, dia langsung bersandar dan tertidur."Pak Sean nggak bisa tidur nyenyak semalam." Dari kaca spion, Zion menatap wajah Sean yang tertidur dengan tenang, lalu menghela napas pelan."Sebelum kamu datang, Pak Conan sempat tanya apakah Pak Sean ingin istirahat sebentar. Dari percakapan mereka, aku baru tahu kalau semalam Pak Sean hampir nggak tidur hanya untuk meminimalkan dampak dari kejadian ini untukmu.""Meskip
Patut diketahui bahwa Sean tidak pernah memasak. Hanya dia yang tahu betapa sulitnya saat belajar memasak paha ayam bersama koki?Itu adalah masa di mana Sean mengalami penghinaan paling banyak sepanjang hidupnya. Namun, melihat ekspresi Tiffany yang begitu bahagia seperti ini, rasanya semua usaha itu sepadan.Tak butuh waktu lama, satu paha ayam sudah habis. Di bawah godaan rasa yang telah lama dirindukan, Tiffany kembali ke sifat aslinya. Sama seperti lima tahun lalu, si pecinta kuliner kecil.Zion, yang duduk di seberangnya sampai melongo. Apakah ini benar-benar Tiffany yang dia kenal? Dokter Tiffany yang selalu dingin dan menjaga jarak dari orang lain?Selama ini, Tiffany jarang makan bersama rekan kerja. Kalaupun ikut, dia hanya makan sedikit, lalu pergi dengan alasan sibuk.Bahkan saat makan siang di rumah sakit, dia selalu menjadi orang yang makan paling lambat dan paling tidak bersemangat.Dia tidak pernah tahu bahwa Tiffany bisa makan dengan begitu lahap, bisa makan secepat in
Tiffany terkejut hingga tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat. Sean berhasil menemukan pasien dari kasus 2 tahun lalu?Melihat ekspresi terkejut Tiffany, Randy pun merasa emosional. "Sebenarnya, aku juga sangat terkejut. Aku selalu berpikir operasi 2 tahun lalu sangat sukses. Aku sama sekali nggak tahu ada kejadian seperti ini di baliknya.""Setelah operasi itu selesai, aku langsung pindah ke luar negeri. Aku nggak tahu apa yang terjadi di negara ini setelahnya.""Tapi, 2 hari yang lalu, Pak Sean menghubungiku. Dia bilang operasi yang kujalani dulu berkaitan dengan seorang dokter yang perlu kuselamatkan. Tentu saja, aku bersedia membantu.""Apalagi, demi mengundangku ke sini, Pak Sean sampai memberiku hadiah yang sangat besar."Tiffany benar-benar tidak bisa berkata-kata. Saat dia menyetir ke sini, pikirannya penuh dengan pertanyaan. Bagaimana cara membuat Zion lebih kuat? Bagaimana cara meyakinkan dia untuk mengabaikan hubungannya dengan Filda dan berdiri di depan publik saat k
"Arogan sekali!""Ya! Sudah salah, tapi masih bisa bicara dengan begitu percaya diri!""Cuma karena punya prestasi, dia merasa dirinya hebat?"Cemoohan para dokter muda semakin keras.Filda justru mengernyit dalam-dalam, menatap ke arah Tiffany pergi. Matanya menyipit tajam. Wanita ini ... kenapa dia sama sekali tidak panik atau takut?....Saat Tiffany mengendarai mobilnya menuju klinik kecil Zion, Sean dan Conan masih belum pergi.Ketika dia turun dari mobil dengan tergesa-gesa, Zion sedang makan bersama Sean, Conan, dan seorang pria asing yang belum pernah Tiffany lihat sebelumnya.Di luar klinik, ada tanda "tutup" yang tergantung. Keempat pria itu berjongkok di lantai di depan klinik, memanggang daging sambil minum alkohol.Tiffany termangu melihat pemandangan di depan. Butuh beberapa detik baginya untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Situasi macam apa ini?Di rumah sakit, Sanny sedang bersama pria berbahaya seperti Michael. Tiffany sampai merasa panik melihatnya. Namun, di sini
Filda yang sudah beruban tampak menyipitkan matanya, lalu secara refleks menoleh untuk melihat Tiffany. Tiffany juga sedang menatapnya.Dua wanita itu saling berhadapan. Satu dengan tatapan dingin dan tajam, sementara yang satu lagi dengan ekspresi datar dan tenang.Saat mata mereka bertemu, Tiffany tersenyum lembut pada Filda. "Kamu menghalangi jalanku."Filda tertegun sejenak. Saat itu juga, dia baru sadar bahwa saat mendengar Tiffany menyebutkan ada seseorang yang menjebaknya, tubuhnya secara refleks menegang dan berdiri di depannya.Menyadari hal itu, dia segera menyingkir ke samping. Para dokter muda yang berada di sekitarnya ikut membuka jalan untuk Tiffany."Terima kasih." Tiffany tersenyum, lalu berbalik dan berjalan keluar.Setelah dia mengambil beberapa langkah, tiba-tiba Filda sadar dan buru-buru memanggilnya, "Dok Tiff!"Tiffany menghentikan langkahnya, lalu menoleh dengan senyuman tipis. "Ada apa?"Filda menatap ke arah yang dituju Tiffany. "Kamu mau ke mana? Arah yang kam
"Cuma masalah sepele begini?" Sanny menggeleng. "Tapi kalau Sean tahu, dia pasti akan sangat marah. Di matanya, orang tua adalah sosok yang seperti dewa dan dewa nggak mungkin berbuat kesalahan."Setelah mengatakan itu, dia melambaikan tangannya. "Baiklah, aku sudah mengerti maksudmu. Aku akan memberi tahu Sean pada waktu yang tepat."Michael menundukkan kepalanya, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu. Namun, pada akhirnya dia hanya terdiam.Jika dia tidak salah ingat, sebelum dia diusir dari rumah, dia pernah mendengar Ronny yang sedang mabuk berkata, "Menantu Keluarga Japardi itu memang luar biasa! Aku cuma tidur dengannya sekali, tapi nggak pernah bisa dilupakan!""Sayangnya, perempuan itu terlalu kejam. Jangankan tidur, menyentuhnya pun aku nggak berani ...."....Meskipun Tiffany merasa Sanny tahu membedakan mana yang baik dan buruk, saat melewati meja perawat, dia tetap meminta perawat untuk lebih memperhatikan kondisi Sanny.Perawat yang duduk di meja resepsionis melirik Tiffany
Sebenarnya, Tiffany sangat ingin menyusul Sean dan Conan. Bagaimanapun, mereka berdua tidak terlalu akrab dengan Zion.Namun, ketika dia mengangkat pandangannya dan melihat Michael yang duduk di samping Sanny, dia langsung mengurungkan niatnya.Meskipun saat ini Michael terlihat begitu lembut terhadap Sanny, bahkan sampai menuruti semua perkataannya, Tiffany tahu seperti apa sifat aslinya.Michael sama seperti ayahnya. Di mata mereka, hanya ada kepentingan keluarganya sendiri, tidak pernah ada yang namanya kasih sayang.Bukti paling nyata adalah bagaimana Ronny dulu rela membutakan mata Michael sendiri tanpa sedikit pun keraguan. Membiarkan pria seperti ini berada di kamar Sanny sama seperti memasang bom waktu!Tubuh Sanny masih sangat lemah. Jika Michael berniat melakukan sesuatu padanya, Sanny bahkan tidak akan sempat meminta bantuan!Tiffany menarik napas dalam, lalu menatap Michael dengan tatapan dingin. "Pak Michael, Bu Sanny perlu beristirahat dengan baik. Kalau nggak ada hal pen