Michael seketika tersadar. Dia melirik Tiffany dengan dingin dan bertanya, "Kenapa? Kamu nggak menyambutku?"Meskipun berusia 20 tahun, wajah Tiffany masih terlihat seperti gadis berusia 15 tahun. Meskipun demikian, tubuhnya justru seksi. Sekalipun memakai celemek, lekukan tubuhnya tetap terlihat jelas.Michael telah bertemu banyak wanita. Harus diakui bahwa paras dan tubuh Tiffany termasuk dalam sepuluh besar. Terutama matanya yang jernih. Cahaya matahari yang menyinari dari jendela pun membuat Tiffany tampak makin bening.Keindahan ini membuat Michael lupa pada semua yang terjadi di antaranya dengan Tiffany sebelum ini. Michael mendekat. "Pagi-pagi sudah pakai begini. Kamu mau rayu siapa?"Tiffany kebingungan. Memangnya apa yang dia pakai? Dia cuma pakai pakaian rumah dan celemek. Faktanya, jika ada pria yang menaksir seorang wanita, meskipun wanita itu hanya memakai karung, mereka tetap akan tergoda.Michael pun yakin Tiffany sedang menggodanya. Tanpa sungkan sedikit pun, dia mendek
Sean memeluk Tiffany dan menghiburnya. Sesaat kemudian, Tiffany baru merasa lebih tenang. Kemudian, Sean berkata dengan nada datar, "Chaplin, lepaskan dia."Chaplin mengernyit dan menolak, "Nggak mau! Aku ingin membunuhnya!"Ketika mendengar respons lantang ini, tubuh Michael tak kuasa bergidik. Sean pun terkekeh-kekeh. "Dia kakakku, nggak boleh dibunuh. Tapi, kamu boleh memukulnya.""Oh, oke." Chaplin mengiakan, lalu meninju wajah Michael. Michael benar-benar menyesal karena tidak membawa pengawal kemari."Aku nggak nyangka kamu bakal datang pagi-pagi untuk membuat masalah. Sepertinya kamu terlalu senggang," ujar Sean sambil menggerakkan kursi rodanya ke ruang makan. Tiffany bergegas bangkit dan mengikuti untuk membantu.Sementara itu, Michael telah dilepaskan oleh Chaplin. Dia mengelus wajahnya yang sakit, lalu duduk di sofa. "Kamu juga membuat masalah larut malam. Aku datang kemari cuma untuk membalasmu."Semalam, Michael sedang tidur dengan nyenyak saat Grup Maheswari mendapatkan p
Sean tertawa. "Kalau butuh bantuan, kamu seharusnya merendah sedikit. Bersikap yang baik dan minta maaf pada Tiffany. Dengan begini, mungkin aku bakal membantumu."Sebenarnya Ronny tidak bodoh. Dia tahu putranya tidak pintar dalam negosiasi bisnis. Pesanan yang direbut oleh Sean semalam sebenarnya adalah milik Grup Ronny. Karena ingin mengukuhkan posisi Michael di perusahaan, Ronny menyerahkan pesanan itu kepadanya.Sebagai seorang ayah, sekalipun Michael hanya lumpur tak berguna, Ronny harus membuatnya menjadi tembok yang kokoh. Alhasil, satu hari sebelum tanda tangan kontrak, proyek malah direbut oleh tim Sean.Bahkan setelah mendapatkan pesanan itu, Sean membayar beberapa wartawan surat kabar untuk menjadikan berita ini berita utama. Dari pukul 12 malam, berbagai kantor media sibuk memberi selamat kepada Sean dan memujinya. Tujuannya supaya Ronny tahu orang di balik Grup Maheswari adalah Sean.Sean ingin membuat Ronny dan Michael datang dan meminta bantuan padanya. Lagi pula, bisnis
Sebelum Tiffany menghabiskan susu kedelainya, Ronny membawa masuk Michael yang pergi dengan marah tadi."Sean, maaf karena aku nggak mendidik Michael dengan baik. Aku mewakilinya minta maaf padamu dan Tiffany," ucap Ronny dengan ekspresi menyesal.Sean tersenyum. Meskipun tahu permintaan maaf ini palsu, setidaknya Ronny lebih serius dalam sandiwaranya daripada Michael.Tiffany meletakkan gelasnya tanpa merespons. Setahunya, paman kedua Sean ini punya sikap yang dingin dan serius. Tiffany sampai tidak berani berkata-kata saat berhadapan dengannya. Ronny memiliki karisma yang bisa membuat orang takut.Jelas-jelas mereka sekeluarga. Darmawan memang berwibawa, tetapi terkesan jauh lebih lembut daripada Ronny."Paman Ronny, aku nggak ngerti kamu bilang apa," ujar Sean sambil menyunggingkan bibirnya. "Kak Michael saja bilang dia nggak buat salah dan nggak perlu minta maaf."Suara Sean terdengar rendah dan lantang. Ini membuat sorot mata Ronny menjadi suram. Ronny sontak menarik Michael dan m
"Rekam dia. Aku mau bukti sebagai jaminan. Kalau Kak Michael masih berani macam-macam dengan Tiffany lain kali ...." Sean menyesap tehnya dengan santai.Kemudian, Sean melirik Ronny dari sutra hitamnya dan meneruskan, "Kalau kejadian seperti ini terulang lagi, aku bakal menyebarkan rekaman ini ke internet."Usai berbicara, Sean tidak lupa menambahkan pukulan untuk Ronny. "Gimana, Paman? Kamu rasa ideku ini bagus nggak?"Ronny menggertakkan giginya. Namun, nada bicaranya tetap dipenuhi belas kasih. "Sangat bagus. Michael memang bodoh. Dia juga pelupa. Dengan cara ini, dia nggak mungkin lupa lagi."Sean tersenyum tipis. "Paman Ronny memang bijaksana."Chaplin pun mengambil ponselnya, lalu mengarahkannya ke wajah Michael. "Lihat kemari!""Lihat bapakmu!" maki Michael sambil menggertakkan giginya. Ini jelas-jelas adalah penghinaan besar! Kalau sampai video ini tersebar, bagaimana dia bisa berkarier lagi di masa depan? Dia juga akan kehilangan teman! Namun ...."Cepat minta maaf pada Tiffan
Begitu mendengarnya, Michael akhirnya tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dia menggertakkan gigi dan menyerbu ke depan. "Kamu mempermainkan kami ya?"Ronny menarik Michael dengan tenang. "Sean, kamu nggak seharusnya begini. Aku pamanmu. Selain itu, aku yang mendapat pesanan itu duluan. Kamu tiba-tiba merebutnya begitu saja. Aku mengerti ambisimu. Tapi, agak kelewatan kalau kamu menolak kerja sama ini, 'kan?"Ronny menarik napas dalam-dalam. "Begini saja. Aku bakal mengalah sedikit. Kamu 60%, aku 40%. Gimana?""Aku mau 70% dan 30%," sahut Sean yang tersenyum tipis."Kamu ini!" Michael menggertakkan giginya. Grup Ronny awalnya bisa mendapat 100% dari pesanan ini. Kini, pesanan itu direbut oleh Sean dan Sean meminta pembagian 70 serta 30 persen? Bukankah ini namanya memberi uang kepada Sean."Sepakat." Ronny memejamkan matanya dan berdeham. "Aku akan suruh orang membuat kontrak sekarang juga. Hari ini kita tanda tangan kontrak.""Oke." Sean tersenyum tipis. "Kalian sudah boleh pergi."Tata
"Coba kamu pikirkan. Grup Ronny dan Grup Maheswari kerja sama untuk mengerjakan proyek ini, atau proyek ini direbut oleh Grup Maheswari yang lebih enak didengar?" tanya Ronny.Michael tidak memahami lika-liku di dunia bisnis. Dia hanya tahu dirinya diperlakukan tidak adil."Tapi ...."Ronny sontak memelototinya. "Lain kali lebih cerdas sedikit! Orang luar nggak peduli berapa persen keuntungan yang kita dapat. Mereka cuma tahu Grup Ronny dan Grup Maheswari bekerja sama." Michael mencebik. "Tapi, kita tetap saja rugi.""Hehe." Ronny terkekeh-kekeh dan memicingkan matanya. "Grup Maheswari yang mengambil pesanan ini dan menandatangani kontrak. Jadi, kalau ada yang salah dengan kualitasnya, Sean yang akan dimintai pertanggungjawaban. Ini akibat dari mengambil keuntungan dariku."Sambil berbicara, Ronny menyalakan sebatang rokok. "Ketika saat itu tiba, akan ada berita tentang kualitas pakaian Grup Maheswari yang nggak memenuhi standar."....Ketika Tiffany dan Sean sama-sama tiba di Grup Ma
Setiap patah yang dilontarkan para wanita itu sungguh menyayat hati Tiffany. Tangannya yang memegang gelas mulai bergetar. Dia semula merasa senang karena punya suami yang begitu pintar berbisnis. Siapa sangka, malah ada yang mengatainya seperti ini di belakang.Namun, yang dikatakan mereka tidak salah. Sejak Tiffany menjabat sebagai presdir, dia tidak pernah melakukan apa pun untuk Grup Maheswari.Bahkan, ketika Sean sibuk bernegosiasi semalam, Tiffany sibuk dengan urusannya sendiri. Sesudah Sean meraih kesuksesan, Tiffany malah menikmati pujian dan hasilnya begitu saja. Sepertinya ... dia memang tidak berguna."Bu ... Bu Tiffany!" panggil seseorang yang tidak sengaja membenturnya. Seketika, suasana di ruang pantri pun menjadi hening.Tiffany menyapa staf itu, lalu memasuki ruang pantri. Para wanita yang menggosipi Tiffany tadi pun hanya bisa berdiri di tempat sambil menatapnya. Penampilan mereka cukup modis, berbeda dengan Tiffany.Di bawah tatapan para wanita itu, Tiffany mengambil
"Ahhhhh!!!""Sakit sekali!!!"Di ruang bawah tanah klinik Charles, Zara dikurung dalam ruangan sempit seperti penjara. Dia memegang kepalanya dengan kesakitan, berguling-guling di lantai.Meskipun dipisahkan oleh pintu besi yang tebal, Tiffany bisa merasakan keputusasaan dan penderitaan dalam jeritannya yang menyayat hati.Wajah Tiffany menjadi pucat. Dia menatap Charles dan bertanya, "Apa ... nggak ada cara lain?""Nggak ada." Charles memejamkan mata. Wajahnya terlihat agak pasrah. "Kita sudah melakukan banyak cara untuk memblokir sinyal di sini, tapi kita masih belum bisa memotong semua sinyal seperti yang kita lakukan di pegunungan."Dengan ekspresi serius, Charles membolak-balikkan dokumen di tangannya. "Cip yang ditanam di otaknya sudah terlalu lama hingga hampir menyatu dengan darahnya. Sangat sulit untuk dikeluarkan.""Satu-satunya cara untuk menghentikan rasa sakitnya dan membebaskannya dari kendali mereka ...." Charles menutup dokumen. "Adalah dengan menghancurkan terminal kon
Julie berlari ke depan dan meraih kerah baju Samuel, lalu mengayunkan tinjunya dengan keras.Samuel pun melawan dan menghindar. Julie terus mengikutinya dan terus menghujaninya dengan tinju."Awas!" Saat keduanya sudah dekat dengan tebing, Tiffany segera menarik lengan Julie. Sementara itu, Julie menarik Samuel. Keduanya tergantung di tebing.Di bawahnya adalah jurang yang curam. Namun, kekuatan Tiffany terlalu kecil. Dia sama sekali tidak bisa menarik kedua orang itu."Biar aku saja." Mark menggantikan posisi Tiffany. Dia memegang tangan Julie dan menariknya ke atas.Charles dan Zara juga membantu. Namun, Julie dan Samuel sama-sama terluka. Karena kejadian ini, acara terpaksa dihentikan lebih awal."Perjalanan kali ini benar-benar nggak lancar." Setelah duduk di bus yang akan kembali ke Kota Aven, Lucy bersandar di jendela sambil mengeluh.Hari pertama kebakaran. Hari kedua mendaki gunung, lalu Julie dan Samuel hampir jatuh dari tebing."Lain kali sebelum mengadakan acara, harus lihat
Suasana sunyi senyap. Semua orang yang ada di lereng gunung berhenti bergerak. Yang terdengar hanya suara angin dan kicauan burung.Julie membuka mulutnya, terkejut melihat Samuel yang berlutut di depan Zara. "Samuel, kamu....""Julie, maafkan aku." Samuel menatapnya dengan wajah penuh penyesalan."Dulu aku kira aku menyukaimu. Aku kira aku akan selalu menyukaimu dan menjagamu .... Sampai akhirnya aku bertemu Zara."Samuel menatap Zara dengan tatapan yang serius dan penuh ketulusan. "Setelah bertemu Zara, aku baru sadar, di dunia ini ada gadis yang begitu memesona. Dia cantik, imut, lembut. Julie, jangan salahkan aku karena nggak setia. Kamu benaran nggak mirip dengan wanita."Samuel bahkan enggan untuk menatap Julie lebih lama. "Selain cantik, sifat dan cara berpikirmu terlalu seperti pria. Mungkin ini karena kamu tumbuh tanpa didikan ibu.""Jangan bicara omong kosong!" Julie maju dengan cepat dan langsung meraih kerah baju Samuel. "Coba kamu ulangi perkataanmu lagi!"Kehilangan ibu se
Zara menatap Tiffany sambil tersenyum manis. Matanya melengkung karena bahagia. Dia memberi tahu, "Aku sudah dikendalikan orang selama 13 tahun. Selama ini, aku hampir nggak punya teman."Zara menjelaskan, "Aku berteman sama Penny juga karena S bilang dia orang yang pendendam dan suka memanfaatkan kekuasaan untuk menindas orang lain. Orang seperti itu lebih mudah dimanfaatkan dan bersedia bekerja keras untukku. Itu sebabnya aku berteman dengannya."Zara menghela napas, lalu menatap Tiffany dengan tatapan serius dan tulus. Dia melanjutkan, "Tiffany, kamu adalah orang pertama yang benar-benar ingin aku jadikan teman."Tiffany terpaku sejenak, lalu menggaruk kepalanya sambil tersenyum canggung. Dia membalas, "Haruskah aku bilang aku merasa sangat terhormat ...."Ketika kebakaran besar terjadi kemarin, sebenarnya Tiffany tidak berpikir apa-apa saat menyelamatkan Zara. Dia hanya merasa bahwa bagaimanapun juga, itu adalah nyawa seseorang.Sebagai seseorang yang bercita-cita menjadi dokter, j
Julie melirik Samuel dengan dingin, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Mark yang berusaha menahan tawanya pun menatap Zara. Dia bertanya dengan santai, "Nona Zara, kamu nggak bisa makan sendiri ya?"Zara tetap bersandar lemah di sofa. Dia membalas dengan nada lembut, "Tubuhku nggak kuat. Bukannya kamu tahu kalau aku baru saja mengalami kebakaran tadi malam?"Usai berkata demikian, Zara melirik Samuel dengan ekspresi manis. Dia memuji, "Samuel, kamu benar-benar baik. Lihatlah, orang lain cuma bisa mengejekku. Tapi, kamu benar-benar peduli padaku."Tiffany kehabisan kata-kata. Kalau saja dia tidak tahu bahwa semua ini hanyalah kepura-puraan Zara, dia mungkin sudah muntah di tempat.Samuel malah terlihat salah tingkah. Wajahnya memerah saat dia menggeleng sambil menimpali, "Zara, jangan memujiku seperti itu. Ini memang kewajibanku."Julie langsung berdiri dengan raut wajah dingin. Dia pergi sambil membanting pintu dengan keras. Zara tersenyum puas dan bahkan sempat mengedipkan mata ke arah
"Jadi ...." Sean menarik napas dalam-dalam. Kedua tangannya memegang wajah Tiffany dengan lembut. Dia menatapnya penuh kesungguhan, lalu bertanya, "Kalau aku bilang, ke depannya aku akan kasih Zara lebih banyak perlindungan, apa kamu akan marah?"Tiffany tertegun sebelum bertanya, "Perlindungan yang kamu maksud itu apa?""Aku mau ... memperlakukannya seperti adik sendiri," jawab Sean.Sepasang mata Sean yang dalam menatap Tiffany dengan tulus dan serius. Dia melanjutkan, "Aku nggak bisa memikirkan cara lain yang lebih baik untuk menebusnya. Jadi aku berpikir, gimana kalau kita menganggapnya sebagai adik kita? Kita akan menjaga dan melindunginya sampai dia nikah.""Kerugian yang ditimbulkan kakakku padanya, memang seharusnya ditebus oleh diriku yang adalah adiknya," tambah Sean.Tiffany menggigit bibir dan tidak bisa langsung menjawab apa-apa. Sebenarnya dia bisa memahami keinginan Sean. Namun ... dia tidak bisa melupakan bagaimana dulu Zara sangat ingin mendekati Sean, bahkan berusaha
Tiffany duduk di ruang tamu. Dia menyaksikan Charles melakukan akupunktur pada Zara selama beberapa waktu sebelum akhirnya menguap kecil dan naik ke lantai atas.Saat itu sudah lewat pukul 1 dini hari. Berhubung siang tadi Tiffany tidur cukup lama di dalam bus, di waktu seperti ini barulah dia mulai merasa sedikit mengantuk.Pada jam seperti ini, Sean pasti sudah tertidur. Dengan perasaan sedikit bersalah, Tiffany membuka pintu kamar perlahan. Saat ini, dia sebenarnya tidak tahu bagaimana cara menghibur Sean atau membuatnya berhenti memikirkan banyak hal.Setelah menyelesaikan rutinitas malam dengan cepat, Tiffany berjalan menuju ranjang dengan langkah hati-hati dan memeluk pinggang pria itu yang kokoh dan berotot."Sayang ...," bisik Tiffany pelan sambil memejamkan mata, diikuti dengan sebuah helaan napas kecil.Selama ini, Sean selalu membantu Tiffany dan menyelesaikan semua masalah yang dihadapinya, baik yang besar maupun kecil. Sementara itu, bagian yang bisa dibantunya untuk Sean
Zara tersenyum manis dengan mata yang melengkung. Dia menambahkan, "Gimana kalau besok aku biarkan kamu menciumku di depan semua orang? Biar harga dirimu kembali deh."Sebenarnya, ini ide yang cukup bagus. Samuel masih ingat betapa memalukannya dia saat dihajar oleh Mark terakhir kali. Akhirnya dia hanya mendengus kesal, tanpa coba mendekat lagi.Charles sedang duduk di sofa. Dia menyilangkan kakinya sambil berkomentar, "Dasar penakut dan hidung belang." Setelah itu, Charles melirik Tiffany dan bertanya sambil mengangkat alis, "Selera temanmu cuma begini?"Tiffany hanya bisa terdiam. Dia tahu, Julie menjalin hubungan dengan Samuel mungkin hanya karena kesal atau ingin balas dendam.Namun, Tiffany baru menyadari bahwa Samuel ternyata orang yang begitu tidak bisa diandalkan .... Hanya dengan beberapa kata dari Zara, dia langsung luluh."Sudahlah, jangan marah lagi," ujar Zara sambil tersenyum lembut pada Samuel. Dia melanjutkan, "Kamu pulanglah dan istirahat. Aku jamin dia nggak akan mel
Seisi vila jatuh dalam keheningan. Tiffany, Zara, dan Charles yang menyaksikan kehebohan ini hanya bisa melongo. Di sisi lain, wajah Samuel sudah terlihat sangat masam.Julie menepis tangan Mark dan berseru, "Gila kamu! Aku hanya pacaran normal, apa maksudmu dengan merusak diri? Kamu sudah menolakku, kenapa aku nggak boleh ...."Mark menggertakkan gigi. Matanya terlihat berapi-api.Julie menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Dia terlihat putus asa dan sedih saat berkata, "Mark, aku benar-benar nggak tahu apa maumu! Selama 19 tahun aku hidup, ada berbagai pemuda yang mengejarku. Tapi, aku nggak pernah meladeni mereka. Aku mengakukan cinta padamu karena ingin berada di sisimu dan menjagamu ...."Julie menarik ingusnya. Pada akhirnya, dia tidak menceritakan masalah ginjalnya.Air mata jatuh berderai di pipinya. Julie menggertakkan gigi dan melanjutkan, "Kamu menolakku. Kamu menyuruhku untuk menghargai orang yang ada di depanku."Julie melirik ke arah Samuel dan berucap lagi, "Jadi, aku men