Bab33Zoya tersenyum, ketika Ammar pergi dari ruangan. Zoya menatap Olivia dengan ejekkan."Segitunya ya, minta perhatian dari Ammar," ejek wanita itu."Kamu tidak sadar ya, kalau kamu itu, hanya dia jadikan pelampiasan kekecewaannya padaku. Kamu pikir, dia menikahimu karena cinta? Tidak Olivia ...."Olivia masih cukup begitu lemah, jadi tidak begitu ingin menanggapi ucapan Zoya."Aku benar- benar kasihan, sepertinya kamu memang terlahir sial ya. Cinta sama Dion, malah di abaikan, eh nikah sama Ammar, hanya jadi bahan pelampiasan. Huuu, kasihan ....""Pergilah! Saya butuh istirahat," pinta Olivia pada Zoya. Namun Zoya malah terkekeh, kemudian mendekati wanita itu dan berbisik."Aku bahagia sekali, melihat kamu seperti ini. Kamu pantas menderita, Olivia."Olivia tidak perduli, dia juga tidak menanggapi ucapan, serta gelak tawa Zoya.Belum sempat Zoya bersuara lagi, suara langkah kaki terdengar. Zoya menjauhkan diri dari Olivia, kemudian bertingkah layaknya kakak yang baik dan perhatian
Bab34"Olivia ...." Ammar panik dan berlari cepat. Dia menghubungi semua anak buahnya, untuk ikut mencari jejak Olivia. Sementara Zoya, mulai membersihkan jejak- jejak keterlibatannya. "Tutup semua akses Bandara!!" Ammar berteriak di telepon kepada para orang suruhannya.Lelaki itu mengemudi dengan kecepatan penuh. Tubuhnya gemetar,pikirannya kacau. Ada sesal mendalam di hatinya kini, karena lalai menjaga Olivia.Namun disaat dia sedang kacau dan panik. Zoya mengirimkannya sebuah foto, yang membuat Ammar semakin murka."Sialan! Wanita itu rupanya berani main' main sama aku," teriak Ammar.Kemudian, dia kembali menghubungi para anak buahnya."Tangkap wanita itu! Jangan biarkan dia lolos." Amarah Ammar semakin memuncak, dia benar- benar ingin sekali mengamuk.Sayangnya, jejak Olivia benar- benar lenyap. Ammar kalah, tidak bisa menemukan keberadaan Olivia begitu saja.Padahal, semua kekuatan sudah dia kerahkan.Bahkan seminggu telah berlalu, Olivia menghilang bagaikan di telan bumi. P
Bab35Karena Zanuar orang yang juga disegani, tentu saja Ammar meragu, untuk menutup area Bandara, demi menangkap Olivia.Akhirnya, Ammar memutuskan untuk memilih jalan lain, dan lebih hati- hati lagi. Agar dia tidak gagal, menangkap Olivia.Ammar juga mencari tahu, setiap pergerakkan Olivia.Dua hari kemudian, Zanuar datang langsung ke kantor Ammar, untuk bertemu dengan lelaki itu. Ammar sempat mengernyit, kenapa Zanuar menemuinya.Dilanda rasa penasaran, Ammar pun mempersilahkan Zanuar untuk masuk ke kantornya.Lelaki berusia 55 tahun itu, dengan tubuh yang masih tegap berisi, menatap Ammar dengan dingin.Dia duduk, kemudian membenarkan tata letak kacamatanya, baru melihat ke arah Ammar dengan tajam."Kamu mengirim orang, untuk memata- matai kami? Ada masalah apa, pak Ammar?" tanya Zanur.Ammar tidak heran, jika Zanur bertanya hal ini. Sebab, orang- orangnya sudah memberitahu, kalau salah satu team mereka, tertangkap anak buahnya Zanuar."Tolong sampaikan pesan saya, pada wanita yan
Bab36Olivia tersentak, ketika tangan kecil Dewa, menyentuhnya. Refleks dia menjauh, dan melihat kesekitar. 'Bagaimana mungkin, Dewa tahu keberadaannya? Apa Ammar ada di dekat sini?'Olivia langsung memundurkan langkah, memasang sikap waspada."Bu ...." Dewa kebingung, melihat sikap yang Olivia tunjukkan."Bagaimana kamu tahu saya disini?" Olivia bertanya dengan suara gemetar. Dia takut, takut kembali bertemu dengan Ammar. "Dewa kemari bersama Ayah, Bu. Ayah bilang ibu telah kembali, kenapa ibu nggak pulang ke rumah?""Dimana ayahmu?" Olivia semakin merasa cemas dan sangat khawatir."Ibu kenapa seperti ketakutan? Ayah sepertinya ada di bawah, Bu. Ayah cuma mengantar Dewa ke depan pintu kamar ibu. Ayah bilang, ayah ada keperluan masih.""Bbeenar dia gak ada disini?" "Iya."Seketika itu juga, Olivia langsung memeluk Dewa dengan erat. Air matanya tumpah, membasahi baju mungil lelaki tampan itu.Dewa juga menangis, mencurahkan kerinduannya pada Olivia. Selama ini, Ammar selalu memperli
Bab37"Bu, ada apa?" Dewa merasa heran, dengan reaksi yang ibunya tunjukkan, ketika melihat ayahnya."Dewa, tunggu ayah di bawah. Ayah harus bicara berdua sama ibu," pinta Ammar dengan tenang. Meskipun ada perasaan berat dihati.Dewa yang penurut, langsung memangguk patuh, dengan ucapan ayahnya.Tatapan Ammar, menyiratkan kemarahan yang mendalam, dan hal itu bisa dirasakan Olivia."Pulanglah bersama kami, Olivia ....""Seharusnya kita tidak perlu lagi saling mencari lagi, Pak. Anda bisa berbahagia, bersama dengan kak Zoya.""Jangan kekanak- kanakkan, Olivia. Kita ini sudah menjadi orang tua. Memangnya kamu tidak kasihan sama Dewa?"Olivia terdiam."Ini bukan hanya tentang saya, tentang kita, tapi tentang anak kita, Olivia. Tentang Dewa, yang masih butuh kasih sayang, dia tidak tahu apa- apa, jangan hukum dia, saya mohon," lirih Ammar.Suara lelaki itu bergetar.Olivia terhenyak, bingung harus mengambil keputusan apa? Kini Dewa sudah tumbuh besar, apakah Olivia sanggup menyakiti hati
Bab38"Lama tidak berjumpa, Olivia." Dion berkata sembari mendekat. Ia menyodorkan tangannya, berharap bisa berjabat tangan dengan wanita itu.Olivia menyambut tangan itu, tanpa melihat ke arah Àmmar, yang memasang wajah masam."Baik." Wanita cantik itu mengulas senyum tipis, membuat dada Dion berdebar."Kupikir kamu tidak akan kembali lagi, Olivia. Rupanya, setelah beberapa tahun menghilang, kini kamu datang lagi, ada tujuan apa?" tanya Zoya, menatap tajam, tapi masih disertai dengan senyuman tipisnya."Olivia adalah istri saya, ibu dari anak saya. Jadi wajar, dia kembali, bahkan dia memang harus kembali. Karena kami berdua, masih punya tanggung jawab, untuk membesarkan Dewa, dengan kasih sayang orang tua yang lengkap," jelas Ammar."Hhmm, Ammar ...." Zoya menatap dalam ke arah mata hitam lelaki itu."Kamu begitu romantis, sayangnya tidak ada cinta yang tulus," desah Zoya.Ammar mengernyit."Bukan ranah kamu, untuk membahas masalah perasaan dan cinta saya. Sebaiknya tertiblah layakny
Bab39Plakk ....Tamparan keras, mendarat dipipi Zoya.Nenek Lisa menatap murka, kepada wanita itu."Dasar murahan tidak tahu malu. Kamu yang mengganggu rumah tangga cucu saya, kamu pula yang merasa tidak adil. Dasar perusak, lebih baik kamu pergi dari tempat ini, kamu tidak kami undang, tapi kamu datang kemari tanpa rasa malu sedikitpun," bentak nenek Lisa. Zoya memegangi pipinya yang terasa panas dan sakit.Matanya berair, menatap nanar kepada nenek Lisa yang begitu memancarkan kebencian kepadanya."Kalian jahat," lirih Zoya yang akhirnya langsung pergi meninggalkan tempat acara.Dion hanya terdiam, tanpa berani bersuara apapun. Nenek Lisa kembali meminta para tamu, untuk menikmati acaranya, dan dia juga minta maaf atas insiden kecil tadi.Selama berlangsungnya acara, Dion terus menerus mencuri pandang pada Olivia, yang semakin cantik dan mempesona.Semenjak perpisahannya dengan Karina yang memilih pergi mengejar karirnya, Dion merasa cukup berat menjalani hari- harinya.Apalagi ket
Bab40Semburat mentari pagi, menemani hariku yang tengah berbahagia, mengingat kejadian beberapa bulan ini.Apakah begini rasanya bahagia? Baru kali ini aku benar- benar merasakannya.Luka 6 tahun yang lalu, kini terobati dengan kebahagiaan yang teramat indah.Tidak harus dengan orang baru, orang lama pun cukup hebat dalam mengobati perasaan terluka.Kini aku berada di kantin sekolahan, menunggu anak lelakiku yang imut sedang belajar di dalam ruangannya.Namun, senyumanku seketika langsung menghilang, ketika suara berat terdengar memanggil namaku. Aku menoleh, menatap nanar pada sosok yang kini berjalan mendekat."Sudah kuduga, kamu pasti ada disini," lirihnya. "Dion, ada urusan apa, kamu mencariku?"Lelaki itu tersenyum tipis, kemudian duduk di hadapanku."Hanya ingin berbincang beberapa hal. Seharusnya, itu tidak masalahkan?" Lelaki itu menatap penuh arti kepadaku."Apakah ini penting? Aku seseorang yang sudah menikah, Dion."Dion terkekeh."Kita bicara di tempat umum, Olivia, seh
Permintaan Terakhir IstrikuPart1Hallo, aku Mala, anak tunggal dari Baskoro dan Julia. Hobbyku adalah membuat berbagai kue yang lezat dan cantik! Setelah lulus kuliah, aku tidak berniat untuk melanjutkan bekerja sesuai jurusanku. Tapi aku meminta Ayah untuk memberikan aku modal untuk membuka toko kue, sesuai cita-citaku. Untungnya Ayah selalu saja menuruti kehendakku. Sedangkan Bundaku sedikit cerewet dan tak menyukai pilihanku, bagi Bunda, jadi penjual kue itu memalukan. Tapi aku tak begitu peduli, ia lebih setuju jika aku bekerja di perusahaan besar, dengan gaji yang besar pula. Bunda Julia, dia begitu banyak memiliki teman sosialitan, dulunya ia seorang desainer terkenal, bahkan Butik yang kini ia buka pun sangat ramai pengunjung."Mala Baskoro! Kapan kamu berhenti dari cita-cita konyolmu ini?" tanya Bunda dengan berang, ketika memperlihatkan fotoku yang tengah mengantar kue pesanan pelanggan dari tokoku. Aku begitu bekerja keras merintis usahaku dari nol, aku pembuatnya, aku jug
°pov Jalu°Aku tidak akan rela, jika Rosalinda jatuh ke pelukan lelaki lain, termasuk Gunawan.Apapun caranya, aku akan merebut Rosa kembali ke pelukanku.Saat aku melihat Rosa dan Airin berada di cafe, aku pun berusaha memberanikan diri, membujuk Rosa untuk kembali.Namun, lagi-lagi kecewa yang aku terima, ia bahkan tidak menghiraukan perkataanku, padahal aku begitu mengiba kepadanya.'Aku nggak akan menyerah, Rosa. Kamu nggak mau kembali kepadaku, maka tidak ada seorang pun yang berhak memiliki mu, kecuali aku.' kupacu semangat dalam diriku lagi, untuk berjuang merebut hati Rosalinda kembali. Tentunya secara diam-diam, agar Ratih tidak tahu perasaanku yang sesungguhnya. Saat ini, aku memang tidak memiliki kekuatan apapun, selain mengikuti perintah Ratih.________"Kak, ini Jalu, aku mau kakak kasih dia pekerjaan yang memiliki jabatan baik di kantor ini," ucap Ratih pada Arjun, Kaka tirinya yang kaya raya."Apa kebisaan kamu? Sehingga meminta posisi yang layak di kantor saya?" tanya
Bab84"Ros, maaf!" lirih Liandi, dengan wajah menunduk. Aku mengulas senyum. "Iya, aku juga minta maaf, tadi membentak kamu!" sahutku."Yasudah, kita fokus kembali saja, kamu sambil cek beberapa berkas pekerjaan yang Mike tinggalkan, mana tahu ada bukti baru lagi, mengenai kecurangannya selama menjabat sebagai CEO." "Ah, kamu benar juga, aku mau cek semua berkas dulu, semoga saja ada titik terang. Lagi pula aku urung mau melaporkannya, kasihan Ibunya sebatang kara. Lagi pula, uang ratusan juta itu, sudah berada di rekeningku.""Luar biasa, aku suka kebaikan hati kamu.""Aku mah dari dulu memang baik, dari lahir malah." Aku menjawab seraya tertawa geli."Percaya diri betul," sahutnya sambil nyengir-nyengir tidak jelas.Aku hanya menanggapinya dengan senyuman, sambil mulai melihat-lihat berkas-berkas yang bertumpuk di atas meja.Semua data sih aman saja sejauh ini. Berarti memang tidak begitu banyak yang sempat ia korupsi, kurang lebih dua ratus juta saja, nggak masalah!"Sebab seratu
Bab83"Ros ...." Suara ketukan pintu dari luar kamar, menghentikan aktivitasku yang tengah asik berdandan secantik mungkin, sebab, hari ini aku akan kembali ke kantor Papah.Sekalian untuk menyaksikan penurun jabatan Mas Jalu. Ah, rasanya tidak sabar lagi, mau membuat Mas Jalu dan Ratih hancur lebur.Pastinya, hari ini akan menjadi sejarah memalukan dalam hidup mereka berdua.Aku berjalan menuju pintu kamar. "Ada apa? Mah." Aku bertanya dengan wajah mendongak di balik pintu."Sayang, buruan! Papah sudah menunggu untuk sarapan!" titah Mamah sambil mengulas senyum menatapku."Iya, Mah. Bentar lagi Ros turun, Mamah duluan saja!" ujarku. Mamah pun mengangguk, ia lalu menuruni anak tangga.Aku pun bergegas menyusulnya, untuk sarapan bersama keluarga. Moment ini, rasanya sedikit mengiris hati. 'Semoga nanti aku pun memiliki keluarga seharmonis Mamah dan Papah.' batinku, rasanya pilu membayangkan kandasnya rumah tangga, yang mati-matian aku perjuangkan."Ros, kok ngelamun? Nak. Ayo sarapan
Bab82"Rosa ..., Menantu nggak ada akhlak emang!" teriak Ibu mertua membahana keseluruh ruangan. Bahkan suaranya terngiang-ngiang mengikuti langkahku menaiki anak tangga menuju kamar. Jika saja mulut Ibu tidak setajam silet, mungkin aku tidak akan setega ini kepadanya.Bertahun-tahun aku selalu ia perlakukan kasar, namun aku tidak pernah membenci maupun marah kepadanya. Namun kali ini sudah berbeda, Ibu mas Jalu tetap saja selalu angkuh dan se'enaknya. Seakan ia lupa keadaannya seperti apa, gila harta pula."Ros ...." Suara mas Jalu memanggil namaku, ketika ia membuka pintu kamar, lalu masuk ke dalam. Aku hanya menatapnya sesaat, sambil menyandarkan tubuh di dipan yang berukir kayu jati. Mas Jalu, ia duduk di bibir ranjang, sambil menatapku datar.Aku mengernyitkan dahi. "Ada apa?" tanyaku bingung."Ros, maaf, Ibu akan tinggal bersama kita!" ucapnya pelan dengan wajah menunduk."Nggak, aku nggak setuju!" jawabku cepat. "Ibu mampir sebentar saja rumah ini sudah rame dengan ocehan, ap
Bab81"Ros, ibu butuh uang banyak. Aku boleh pinjam simpanan kamu, nggak?"Mereka tidak menjawab pertanyaaku tadi, malah mau uang?Aku hanya mengulas senyum. "Oh, emang ibu perlu uangnya untuk apa?" Aku kembali melayangkan pertanyaan.Mas Jalu seketika langsung menegang. Ia bahkan enggan melihatku lagi, entahlah."Mas ...." Aku kembali menyebut namanya."Ibu ..., dia dituduh melakukan penipuan, jadi sekarang masih di tahan di kantor Polisi. Guna melengkapi data-data penyidikan."Kok bisa di tuduh, kalau tuduhan tanpa bukti, harusnya tidak akan kuat untuk menahan Ibu.""Entahlah," jawab Mas Jalu lesu.Aku memandang ke arah Ratih, namun Ratih dengan cepat membuang pandangan dariku.'Cih, belagu kali, bentar lagi juga bangkrut si Jalu itu, siap-siap menampung para Benalu. Terlebih Ibu mertua yang sombong dan cerewetnya tidak ketulungan.' batinku tertawa geli, walau hanya bermain dengan imajinasi."Ratih, terimakasih ya! Sudah mau menolong Ibu Mertua." Aku mengucap sambil tersenyum kepada
Bab80'Ayo Rosa, bangkit dan hadapi para bedebah itu dengan cantik. Buat mereka menyesal seumur hidup, telah menyia-nyiakan ketulusan kamu.' batinku mencoba memberi semangat, meskipun konsekuensinya, aku akan hancur dan terluka. "Apa rencana kamu, Ros?" Ibu bertanya."Banyak, terutama untuk mengembalikan Mike kepada asalnya." "Besok kamu berpura- pura pergi liburan. Pasang cctv, agar lebih cepat mendapatkan bukti. Agar secepatnya pula, mengurus perceraian kalian.""Wah, ibu benar juga. Tapi ibu mertua pasti melarangku, Bu."Ibu tersenyum dan mengeluarkan dua tiket."Berikan tiket ini untuknya. Dan dia akan pergi lebih dulu, agar tidak menghalangi rencana kamu.""Ibu selalu saja banyak idenya. Makasih ya, Bu. Rosa sayang ibu." Aku memeluk lengan ibu. Setelah pulang ke rumah, setengah jam berlalu, ibu mertua pun datang bersama Davina.Wajahnya nampak terlihat tidak berdaya."Ada apa, Bu?" Aku berjalan sambil bertanya."Ada apa- ada apa? Jangan banyak tanya, saya lagi pusing.""Mend
Bab79Malam ini, Rosalinda mengajak Mike, untuk makan malam bersama. Mike pun tidak menolak, dan setuju untuk pergi.Di tengah asik mengobrol sambil makan, Rosalinda membuka suara."Sayang. Kenapa selama menikah, kita tidak saling terbuka?" "Maksud kamu apa, sayang?" Suara Mike begitu lembut."Selama ini, teman- temanku rata' rata tahu pin ATM suaminya. Tapi aku?"Rosalinda menjeda kalimatnya, menatap penuh dengan tatapan yang mudah ditebak kalimat jedanya."Mereka sangat beruntung. Tapi tidak masalah, aku nggak gila harta juga. Lagian, kamu sudah baik sama aku selama ini.""Ini sepele sebenarnya. Pin ATM aku itu, tanggal pernikahan kita.""Serius?" Mata Rosalinda berkaca- kaca."Iya, sayang."Rosalinda tersenyum bahagia, untung saja selama ini, dia tidak pernah terlihat serakah. Jadi, tentu saja Mike percaya dengannya.Besoknya, Rosalinda pergi dengan taksi, untuk mengambil semua uang, yang ada di kartu ATM milik Mike. Kartu ATM yang ada di brankas, sedangkan yang di dompetnya, mung
Bab78Rosalinda kini terdiam di dalam kamar. Kini Mike pun masuk, kemudian berlutut di hadapan Rosalinda."Sayang. Aku mohon, maafkan aku."Rosalinda diam, tidak bereaksi apapun."Sayang. Aku mohon jangan diam, aku nggak bisa kamu begini."Rosa tidak bergeming. Perasaannya hancur, dan dia kesulitan untuk memafkan.Mike menangis, memeluk kedua kaki Rosalinda. Rosalinda yang duduk disisi kasur, tetap terdiam."Jangan diamkan aku, sayang. Aku mohon, bicaralah. Apapun akan aku lakukan dan turuti, asal kamu nggak marah lagi sama aku."Rosa kini akhirnya mau menatap wajah Ammar, setelah diam saja dari tadi."Kamu mau melakukan apapun untukku?""Ya. Asal aku bisa, pasti aku turuti.""Baik. Keluarlah, bawa ibumu. Aku masih merenungi nasib seorang diri di rumah.""Tapi ...." Mike berniat protes. Namun melihat tatapan dingin Rosalinda, Mike memutuskan tetap menuruti.Mike akhirnya keluar kamar, mengajak ibunya pergi dengan alasan makan malam diluar.Disaat itulah, Rosalinda memanfaatkan keadaan