Berhari-hari berlangsung biasa saja kegiatanku di sekolah dan dirumah sama seperti biasanya. Hingga suatu ketika saat di sekolah guru mengumumkan agar semua siswa kelas 12 agar berperan aktif dalam perayaan hari ulang tahun berdirinya sekolah tepatnya ke-76 tahun . Semua siswa kelas 12 harus berperan aktif dalam acara ini mengingat kami sebagai kakak kelas jadi harus bisa memberikan contoh bagi adik kelas yang lain.
Acaranya akan dilaksanakan dua minggu lagi, berbagai perlombaan diselenggarakan untuk memeriahkan hari ulang tahun sekolah. Ada perlombaan drama, puisi, beragam perlombaan seni mulai dari tarik suara sampai dengan menari, dan juga beragam acara kecil untuk memeriahkan acara tersebut.
Seperti biasa aku tidak suka ambil bagian, namun kali ini aku dipilih untuk mengikuti lomba menyanyi dan akan bernyanyi diiringi Doni sebagai pemusiknya.
Aku tidak bisa menolak permintaan itu karena guru wali kelas sendiri yang menyuruhnya dan juga siswa yang lain menyuruh ku untuk bernyanyi, mereka mengetahui aku memiliki suara bagus waktu itu tak sengaja aku sedang bernyanyi di rumah dan beberapa siswa sekolahku melintasi depan rumahku, dan tak sengaja merekam dan mendengarkan ku menyanyikan lagu sampai habis, dengan suara sedikit husky dan juga merdu, mereka memberikan rekaman itu ke wali kelas kami. Dan keesokan harinya aku dipanggil ke ruang guru dan ditanya apakah itu benar-benar suaraku.
Dengan begitu aku harus bernyanyi di depan banyak orang bersama murid baru bernama Doni. Aku hanya bisa pasrah lagipula aku tidak memperdulikan itu.
Guru wali kelas memasuki kelas dengan membawa buku tebal dan juga beberapa lembar kertas berisi formulir untuk setiap siswa yang akan melaksanakan atau mengikuti kegiatan untuk melaksanakan perayaan ulang tahun SMA yang ke-76. Aku sudah memastikan bahwa aku akan diajukan menjadi salah satu yang mengikuti lomba.
“Selamat pagi semuanya anak-anak?”
“Selamat pagi ibu” jawab para siswa/siswi sekolah tersebut.
“seperti yang telah kalian dengarkan apa yang telah diumumkan oleh kepala sekolah di lapangan tadi, untuk memeriahkan acara ini ibu harapkan bagi kelas ini agar mengikuti seluruh kegiatan tanpa terkecuali. Sekarang kita akan melaksanakan pemilihan dan ibu akan menghunjuk siapa-siapa saja yang akan melaksanakan pertandingan, dan juga nanti kalian menunjuk siapa saja teman kalian yang kalian anggap berpotensi agar kelas kita mendapatkan banyak kemenangan pada setiap lomba, Mengerti?”
“mengerti Ibu” jawab seluruh siswa.
“Baiklah disini ibu akan memanggil namanya satu persatu. Untuk lomba menari, Siti, Nurhaliza, MAwar, Flora, Ruth, Jesika, Florida dan Khadijah. Selanjutnya untuk acara vokal grup dari semua yang mengikuti kurikuler musik ya!. Berikutnya untuk lomba CCA Fransiskus dan Petra.” Begitu seterusnya hingga kepada acara tarik suara yaitu duet atau solo ibu guru mengumumkan kami berdua yaitu aku dan Doni.
“Baiklah untuk lomba duet atau solo ibu memilih Axel dan Doni, bagaimana doni setuju?”
Doni pun menjawab ibu guru dengan senang hati “baik bu saya bersedia”.
“Karna ibu tau informasi katanya Doni bisa bernyanyi saat masih di sekolah lamanya, untuk Axel gimana setuju dengan keputusan ibu? bagaimana yang lainnya apa ada yang mau menggantikan Axel?”
“Tidak bu tidak usah suara Axel kan bagus bu” jawab sebagian siswa. Aku melihat Doni seperti heran kalau aku pandai bernyanyi.
“Baiklah kalau begitu lomba menyanyi ibu serahkan kepada Axel dan Doni ya”
“Baik bu” jawabku dengan singkat.
“Kamu pandai nyanyi juga ya Axel kenapa ga bilang-bilang kalo bisa nyanyi hehe”
“Kan ga ditanya ngapain dijawab,” aku menjawabnya dengan nada datar.
“Dan untuk siswa nanti yang belum kebagian nanti silahkan di ikuti kegiatan kecil hiburan ya nanti kalian saja yang mendata!” Baiklah ibu rasa itu saja ibu beri waktu sebentar untuk diskusi apa yang akan kalian tampilkan untuk acara nanti!”
“Baik bu” jawab siswa kemudian diikuti dengan siswa yang mulai membentuk kelompok sesuai dengan kegiatan yang diikuti. Aku dan Doni yang merupakan anggota untuk melaksanakan lomba tarik suara solo atau duet hanya terdiam di meja yang sama.
Kemudian Doni memulai dengan mengajakku berbicara, ”Axel gimana kita bisa latihan kapan kamu mau nggak ke rumah aku atau aku kerumah kamu?”.
“Aku ga bisa pergi kemana-mana selain di rumah aja, ga suka pergi keluar rumah” jawabku dengan nada yang cukup datar.
“ya sudahlah nanti aku aja yang ke rumah kamu gimana? oh iya alamat rumah kamu dimana biar nanti aku ke rumah kamu!”
“Aku tinggal di sekitar kompleks desa Suka Damai nanti liat aja pagar rumah yang berwarna hijau muda! tanya aja nanti kalo misalnya ada orang disana pasti kenal rumah saya”
“Oke nanti aku usahakan datang ya” jawabnya dengan singkat. “Ya sudah saya gabung dengan teman yang lain ya mau tau apa yang dibahas mereka,” kemudian dia pergi ke grup lain dan berbincang disana dengan teman yang lainya.
Aku tetap saja masih asik dengan diriku sendiri, aku hanya membaca komik harianku favoritku, meskipun sudah berulang kali kubaca aku sekedar hanya mengingat masalalu yang telah ku jalani dengan almarhum Doni. Kisah persahabatan yang kubaca di komik harianku selalu membuatku merasakan kehadirannya di sisiku.
Persiapan hanya dua minggu saja untuk mempersiapkan semuanya. Doni si murid baru mendatangi ku ke rumah setelah pulang sekolah. Dia dengan kendaraan roda dua bermerek Honda memarkirkan kendaraannya di samping rumahku. Aku yang memandangi dia dari lantai dua kamarku tidak menyangka dia akan datang hanya untuk latihan. Dia mengetuk pintu rumah, ibuku membuka pintu dan berkata “siapa ya? “ Doni pun menjawab “saya teman sekelas Axelio bibi, saya mau latihan nyanyi untuk acara ulang tahun sekolah” “O teman Axel ya, ya sudah masuk saja sebentar bibi akan panggilkan Axel dulu di kamarnya”. “Baik bibi”. “Axel, nak itu ada teman kamu lo di depan dia udah nunggu itu” “iya Bu sebentar” “Kamu ada teman ko ga bilang sama ibu sih, kan ibu bisa sering nyuruh dia kesini nemenin kamu” “Dia cuman teman sekelas ga lebih ko bu, lagian dia murid baru ko” “Ya gapapa dong nanti kalau lama-kelamaan kan bisa jadi akrab juga, siapin minuman buat kalian ya” Aku menuruni tangga berdua dengan ib
Dengan diadakan acara ini semua siswa siswi di sekolahku merasa gembira, terutama saat kepala sekolah mengatakan bagi yang memenangkan lomba akan dijadikan sebagai utusan dari sekolah untuk melaksanakan lomba festival yang akan dilaksanakan untuk menyambut tujuh belas agustus. Bagi para pemenang lomba bernyanyi juga akan berkesempatan untuk menyanyikan lagu bertema kebangsaan di depan bapak bupati.Doni tampaknya begitu semangat. Kemudian ketika dia menanyakan sesuatu pada ku saat berada di dalam kelas mengenai perasaan ku jika bisa menang lomba ini.“Bagaimana menurutmu apakah kita bisa memenangkan pertandingan ini?”“Mungkin saja bisa” dengan wajah biasa saja namun dalam hati ‘ya pastilah’ .
Hari menjelang siang matahari sudah berada pada posisi menunjukkan pukul 12.00 wib. Langit begitu cerahnya tanpa dihiasi awan sedikitpun. Aku menatap langit dari jendela kamarku yang berada di lantai dua. Entah mengapa aku sangat senang sekali memandangi langit, tidak ada alasan yang pasti membuatku senang sekali memandangi langit, mungkin saja aku suka dengan warna biru dan juga terkadang hatiku tenang rasanya bila memandang langit yang indah ini, tapi terkadang juga karena aku sedang sedih, atau sedang merasa marah dan muak, atau meratapi kekalahanku seolah aku menanti jawaban dari angkasa biru. Sekarang aku adalah siswa di salah satu sekolah di desa ku tempat kepindahan ku dari Lampung. Di desa aku kerap dipanggil dengan sebutan Axel. Nama lengkap ku adalah Axelio Felix.Setelah sekian tahun aku pindah dari Lampung Barat, aku tak juga kunjung menemukan seseorang yang dapat kujadikan teman ba
Hari ini aku akan pergi bersekolah, aku pergi mengendarai sepeda seorang diri. Aku tak menghiraukan orang lain aku dengan seragam rapi berangkat menuju sekolah, hampir tidak ada senyum terpampang di wajah ku dan juga aku kebanyakan menunduk jika ada orang terutama orang yang sudah tua..Setiba di sekolah aku memarkirkan sepeda seperti biasanya, aku melangkah da menapaki menuju ke ruangan kelas. Disana aku melihat ada anak murid baru, tampak dia juga sepertinya pindahan dari kota juga. Anak-anak di ruangan kelas mengerumuninya. Mereka berbisik-bisik terutama siswi nya, seolah mereka membicarakan aku dan melirik ke arah ku, dan seorang siswi angkat bicara “kalo murid yang satunya baik ramah mau diajak bicara, ko yang satu lagi enggak ya”, kemudian mereka tertawa. Aku dengan sikapku yang biasa saja tak menghiraukannya.Murid baru itu
Dengan diadakan acara ini semua siswa siswi di sekolahku merasa gembira, terutama saat kepala sekolah mengatakan bagi yang memenangkan lomba akan dijadikan sebagai utusan dari sekolah untuk melaksanakan lomba festival yang akan dilaksanakan untuk menyambut tujuh belas agustus. Bagi para pemenang lomba bernyanyi juga akan berkesempatan untuk menyanyikan lagu bertema kebangsaan di depan bapak bupati.Doni tampaknya begitu semangat. Kemudian ketika dia menanyakan sesuatu pada ku saat berada di dalam kelas mengenai perasaan ku jika bisa menang lomba ini.“Bagaimana menurutmu apakah kita bisa memenangkan pertandingan ini?”“Mungkin saja bisa” dengan wajah biasa saja namun dalam hati ‘ya pastilah’ .
Persiapan hanya dua minggu saja untuk mempersiapkan semuanya. Doni si murid baru mendatangi ku ke rumah setelah pulang sekolah. Dia dengan kendaraan roda dua bermerek Honda memarkirkan kendaraannya di samping rumahku. Aku yang memandangi dia dari lantai dua kamarku tidak menyangka dia akan datang hanya untuk latihan. Dia mengetuk pintu rumah, ibuku membuka pintu dan berkata “siapa ya? “ Doni pun menjawab “saya teman sekelas Axelio bibi, saya mau latihan nyanyi untuk acara ulang tahun sekolah” “O teman Axel ya, ya sudah masuk saja sebentar bibi akan panggilkan Axel dulu di kamarnya”. “Baik bibi”. “Axel, nak itu ada teman kamu lo di depan dia udah nunggu itu” “iya Bu sebentar” “Kamu ada teman ko ga bilang sama ibu sih, kan ibu bisa sering nyuruh dia kesini nemenin kamu” “Dia cuman teman sekelas ga lebih ko bu, lagian dia murid baru ko” “Ya gapapa dong nanti kalau lama-kelamaan kan bisa jadi akrab juga, siapin minuman buat kalian ya” Aku menuruni tangga berdua dengan ib
Berhari-hari berlangsung biasa saja kegiatanku di sekolah dan dirumah sama seperti biasanya. Hingga suatu ketika saat di sekolah guru mengumumkan agar semua siswa kelas 12 agar berperan aktif dalam perayaan hari ulang tahun berdirinya sekolah tepatnya ke-76 tahun . Semua siswa kelas 12 harus berperan aktif dalam acara ini mengingat kami sebagai kakak kelas jadi harus bisa memberikan contoh bagi adik kelas yang lain.Acaranya akan dilaksanakan dua minggu lagi, berbagai perlombaan diselenggarakan untuk memeriahkan hari ulang tahun sekolah. Ada perlombaan drama, puisi, beragam perlombaan seni mulai dari tarik suara sampai dengan menari, dan juga beragam acara kecil untuk memeriahkan acara tersebut.Seperti biasa aku tidak suka ambil bagian, namun kali ini aku dipilih untuk mengikuti lomba menyanyi dan akan bernyanyi diiringi Doni sebagai pemusiknya.
Hari ini aku akan pergi bersekolah, aku pergi mengendarai sepeda seorang diri. Aku tak menghiraukan orang lain aku dengan seragam rapi berangkat menuju sekolah, hampir tidak ada senyum terpampang di wajah ku dan juga aku kebanyakan menunduk jika ada orang terutama orang yang sudah tua..Setiba di sekolah aku memarkirkan sepeda seperti biasanya, aku melangkah da menapaki menuju ke ruangan kelas. Disana aku melihat ada anak murid baru, tampak dia juga sepertinya pindahan dari kota juga. Anak-anak di ruangan kelas mengerumuninya. Mereka berbisik-bisik terutama siswi nya, seolah mereka membicarakan aku dan melirik ke arah ku, dan seorang siswi angkat bicara “kalo murid yang satunya baik ramah mau diajak bicara, ko yang satu lagi enggak ya”, kemudian mereka tertawa. Aku dengan sikapku yang biasa saja tak menghiraukannya.Murid baru itu
Hari menjelang siang matahari sudah berada pada posisi menunjukkan pukul 12.00 wib. Langit begitu cerahnya tanpa dihiasi awan sedikitpun. Aku menatap langit dari jendela kamarku yang berada di lantai dua. Entah mengapa aku sangat senang sekali memandangi langit, tidak ada alasan yang pasti membuatku senang sekali memandangi langit, mungkin saja aku suka dengan warna biru dan juga terkadang hatiku tenang rasanya bila memandang langit yang indah ini, tapi terkadang juga karena aku sedang sedih, atau sedang merasa marah dan muak, atau meratapi kekalahanku seolah aku menanti jawaban dari angkasa biru. Sekarang aku adalah siswa di salah satu sekolah di desa ku tempat kepindahan ku dari Lampung. Di desa aku kerap dipanggil dengan sebutan Axel. Nama lengkap ku adalah Axelio Felix.Setelah sekian tahun aku pindah dari Lampung Barat, aku tak juga kunjung menemukan seseorang yang dapat kujadikan teman ba