“Saya tidak tahu, Pak. Mungkin Pak Wira tengah berada di rumah sakit sekarang,” sahut sekuriti yang berjaga di luar. Dia adalah ayahnya Wira yang bernama Subroto, lelaki itu terkenal dengan ketegasan dan kedisplinan para pekerja termasuk dirinya sendiri yang tidak pernah telat untuk berangkat bekerja. Walau pun itu adalah perusahaan miliknya sendiri, tetapi dia tidak mau melakukan yang namanya telat bahkan libur bukan diakhir pekan, makanya hal tersebutlah yang membuat dia harus terbaring dua bulan lamanya lantaran sakit, dia adalah orang terlalu gila berkerja. “Siapa yang sakit?” Subroto mengerinyitkan alisnya.Dia memang pulang tanpa memberikan kabar kepada keluarganya, bahkan lelaki tersebut menginap di hotel supaya keluarganya itu terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba. “Dia sekertaris baru Pak Wira yang bernama Riana, mungkin sudah sekitar tiga hari dia dirawat di sana. Pak Wira setiap hari selalu menyempatkan diri ke sana untuk menjenguknya,” sahutnya. “Wanita yang bern
“Masa tidak ada?!” Wira mendekati sang ayah, dia ikut membongkar seluruh isi laci tersebut. “Apa kamu lupa menaruhnya?!” Subroto terlihat panik, sebuah dokumen untuk proyek besar hilang sekarang. “Tidak. Aku tidak mungkin melupakan dokumen itu!” Wira tidak kalah panik, dia sekarang sangat bingung ke mana dokumen tersebut berada. Wira dan Subroto mencari di sekeliling ruangan kerja Wira, mereka mencari di setiap tempat tanpa melewatkan satu sudut pun karena takut kalau map tersebut terjatuh, selama satu jam mereka masih mencari, tetapi tetap tidak menemukan map berwarna merah tersebut, membuat Subroto yakin kalau ada tikus yang masuk ke dalam untuk mencuri dokumen ini. “Cepat kita ke ruangan keamanan!” Subroto bergegas berlari keluar untuk menuju ruangan CCTV, diikuti oleh Wira di belakangnya. Brak! Pintu didorong kasar oleh Wira, lelaki itu memang berlari lebih cepat dari sang ayah lantaran perbedaan usia yang lumayan jauh. “Cepat putar rekaman dan cari orang yang terlihat mencur
“Apa maksud Anda, Pak? Saya membantu pencuri?! Pencuri itu siapa dan apakah saya mengenalnya?!” Kiki memberikan banyak pertanyaan, dia merasa semakin bingung dengan tuduhan yang diberikan kepadanya sekarang.“Dia Riana,” sahut Subroto.Kiki terkejut mendengar nama Riana disebut, bahkan dia tidak tahu di mana Riana dirawat, tetapi kenapa bisa mereka malah dituduh mencuri oleh bos besar yang berada di depannya ini. Sedangkan Wira, lelaki itu terkejut ayahnya menuduh Riana dengan yakin, padahal tadi berkata hanya akan mencurigainya saja, bukan malah menuduh dengan mengatakan kalau memang benar Riana lah pelakunya.“Pa, bukannya Papa bilang hanya akan mencurigai mereka saja? Berarti hanya menjadikan mereka tersangka saja, bukan malah mengatakan mereka adalah pelakunya! Lagi pula rekaman itu belum tentu dia sedang mencuri!” Wira menyuarakan protes tentang tuduhan ayahnya tersebut.“Wira, kamu tahu sedang berbicara kepada siapa sekarang?!” Subroto menatap sang anak dengan sorot mata dinginn
“Aku tahu pasti kamu yang mengambil map merah itu! Kalau bukan kamu, ya, siapa lagi? Karena kamu ‘lah yang terlihat paling mencurigakan beberapa hari ini!” Kiki menunjuk wajah Lia, dia sangat tahu kalau wanita itu lah yang mengambil map dari gerak-gerik yang terlihat selama ini. “Buat apa juga aku mengambil map itu?” Lia sengaja bertanya seperti itu, supaya Kiki tidak lagi menuduhnya. “Mana kutahu! Hanya kamu yang mengetahuinya atau mungkin karena ingin sengaja menjatuhkan Riana, kan kamu sangat membencinya. Entah apa kesalahannya kepadamu, sehingga kamu menjadi membenci wanita baik itu!” Kiki menggerutu dengan mata memerah, dia ingin sekali menerjang wanita tersebut tetapi tidak memiliki tenaga sama sekali. “Memangnya kenapa kalau aku yang mengambilnya?! Ya, aku mengambil map itu! Lalu apa? Kamu mau mengatakannya kepada mereka? Mana mungkin mereka mempercayai dirimu itu!” Lia bergegas menjauh dari Kiki, wanita itu memilih meninggalkan Kiki karena merasa kesal sampai akhir Kiki mas
“Apa maksudmu?!” Wira tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Reynald tentang Riana. “Masa Anda tidak mengerti, Pak? Setiap orang akan berubah seiring berjalannya waktu, sama halnya Riana yang Anda kenal dulu. Jadi sekarang dia bukanlah Riana yang Anda kenal dulu, tapi Riana yang berbeda," ucap Reynald menjelaskan. “Iya. Kau memang benar, orang pasti bisa berubah!” Subroto membenarkan perkataan Reynald, diiringi dengan anggukan oleh para karyawan wanita yang masih berada di sana. “Tt-tapi aku sangat yakin kalau Riana tidak berubah!” ucap Wira dengan terbata. Dia masih berusaha menolak perkataan Reynald. “Wira, kamu tidak bisa terus-menerus menolak semua perubahan Riana! Memang benar perkataan mantan suaminya itu, karena dia pernah menjadi suami sekaligus tinggal bersama selama lima tahun lamanya. Kamu tahu, hanya seorang suami lah yang mengetahui baik-buruknya istri, begitu pun sebaliknya.” Subroto menepuk pundak Wira, dia berusaha menyadarkan lelaki tersebut untuk mnerima kenyataan
"Tapi ada bukti dan saksi yang mengatakan kalau Riana lah yang mencuri bersama dengan Kiki," ucap Subroto tidak ingin mengatakan siapa saksi yang bersaksi atas Riana lah yang mencurinya."Aku tidak percaya hal itu, Pa! Mana mungkin Riana yang mencurinya dan buat apa juga dia melakukan hal itu?!" Desi berkata dengan nada tinggi, dia tidak terima suaminya itu menuduh Riana wanita yang menurutnya adalah wanita baik-baik."Saksi dan bukti sudah ada, lagi pula map ini kami temukan di kamar Riana. Tepatnya di bawah pakaiannya terselip." Subroto mengambil map yang berada di balik punggungnya, dia memperlihatkan kepada Desi kalau Riana benar-benar seperti yang dia katakan.Riana yang melihat hal seperti itu, dua mengetahui kalau Subroto tidak menyukai dirinya dan dari pengalaman yang dia dapatkan di rumah Reynald, percuma membela diri pasti lelaki itu akan bersikeras mengatakan kalau dia lah yang mencuri map tersebut dari bukti, saksi bahkan penemuan map yang tidak pernah dia lihat sekali pun.
“Iya. Ini restoran sekarang adalah milik Anda, karena Anda adalah ahli waris yang sah! Oh, iya, perkenalkan saya adalah Mutia, manajer di restoran ini.” Mutia mengulurkan tangannya, untuk memperkenalkan diri kepada bos barunya tersebut.Riana hanya menerima uluran tangan itu dalam diam, dia masih mencerna situsi yang ada, dia masih tdak menyangka kalau kedua orang tuanya memiliki restoran yang mewah dan besar seperti ini. Apakah memang benar ini adalah milik kedua orang tuanya? Dia masih tidak mempercayainya, karena menganggap semua ini hanya mimpi.“Bu Riana?” Mutia menyentuh Riana pelan, karena sedari tadi dia mengajak bicara tetapi tidak ada sahutan yang terdengar.“Eh, ii-iya!” Riana tergagap, dia terkejut karena tadi sempat melamun.“Apa Anda mau berkeliling untuk melihat restoran ini?” Mutia menawarkan untuk berkeliling, sebenanrnya Pak Edo menyuruhnya untuk mengajak Riana berkeliling dan memperkenalkan dengan bawahan yang lain.“Boleh. Tapi barangku ini di taruh di mana?” Rian
“Tidak perlu Paman melakukannya, biarkan saja!” Riana tidak mau sang paman membalas apa yang telah orang-orang itu lakukan kepadanya.“Kenapa? Mereka ‘kan sudah jahat kepadamu, jadi biarkan aku yang mengurusnya. Kamu hanya perlu melihat saja tanpa perlu mengotori tanganmu itu!” Edo geram dengan ke’empat orang itu, dia ingin memberikan pelajaran kepada mereka semua. Walau Subroto sedikit sulit karena dia seorang pemilik perusahaan besar dan terkenal, tetapi dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membalas perbuatan mereka semua.“Tidak papa! Aku sudah ingin berusaha ikhlas saja dengan perbuatan mereka, apa lagi ayahnya Wira, aku tidak mau melakukan sesuatu yang buruk kepada dia. Karena Tante Desi, istrinya sangat baik kepadaku selama ini dan juga Wira ....” Riana tidak meneruskan kalimatnya.“Apa Ibu Riana menyukai Wira? Maaf kalau saya ikut campur pembicaraan ini!” tebak Mutia. Karena dia tahu kalau seseorang membicarakan seorang lelaki dengan wajah yang memerah, berarti orang itu menyu