Beranda / Pernikahan / Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin / Bab 147 - Pak Aksa adalah Mantan Suami Saya

Share

Bab 147 - Pak Aksa adalah Mantan Suami Saya

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Keesokan harinya.

Ocha baru saja tiba di kantor diantar oleh Yaya. Tadinya, ia mau naik ojol saja seperti biasa, tetapi adiknya itu ngotot untuk mengantar dengan alasan hari ini ia masuk siang sehingga bisa mengantarnya.

Ibu anak satu itu melangkah masuk ke gedung kantor dengan senyum di wajahnya, sekadar untuk bersikap ramah pada karyawan lain yang ditemuinya.

Maksudnya biar tidak dikira sombong.

Ocha tidak menyadari bahwa setiap mata yang memandang dari lantai dasar, lift, hingga ke departemen pemasaran--tempatnya bekerja tertuju padanya dengan penuh rasa ingin tahu.

Saat dia duduk di meja kerjanya dan mulai membuka laptop, dia baru mulai merasa ada yang aneh dengan suasana kantor.

Terlebih tak sengaja, melihat rekan satu departemennya saling berbisik sambil melihat ke arahnya.

Walau tak mendengar mereka sedang membisikkan apa? Akan tetapi, Ocha sedikit tersinggung dengan hal itu.

Bukankah sangat tidak sopan berbicara sambil melihat pada orang lain?

Tak mau mati penasara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 148 - Aku Takut, Mas!

    “Gimana maksudnya? Kamu yang salah ngomong atau kuping saya yang rusak?” Bu Rina menggaruk pelipisnya yang tak gatal. “Setahu saya, Pak Aksa memang sebelumnya memiliki istri seorang desainer. Tapi, beberapa bulan lalu berpisah karena orang ketiga. Tapi kamu bilang Pak Aksa mantan suami kamu? Maksudnya Pak Aksa punya 2 istri atau gimana? Tapi, kok gak pernah ada kabar kalau Pak Aksa nikah lagi.” Ocha tersenyum tipis, lalu mengangguk. “Iya, Bu. Jujur ... saya sebenarnya istri kedua waktu itu. Saya lebih dulu pisah dengan Pak Aksa daripada istri pertamanya, dan pernikahan kami memang diadakan tertutup dan gak ada pesta. Soal kenapa mengapa? Panjang kalau diceritakan.” “Tapi, beberapa waktu belakangan ini, kami ... maksudnya saya dan Pak Aksa memutuskan untuk rujuk dan akan menikah dalam waktu dekat.” Bu Rina masih melongo, mulutnya sedikit terbuka dengan isi kepala yang sibuk mencerna pengakuan Ocha. Dia mencondongkan badan ke arah bawahannya itu dan bertanya, “Kesimpulannya, ka

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 149 - Lu Mabuk Lagi?

    Aksa terdengar menghela napas pelan dari seberang. Dia sangat mengerti hal yang membuat calon istrinya itu cemas. “Aku sangat mengerti perasaan kamu, Cha. Masa lalu kita memang bisa dibilang rumit. Tapi, kita tidak bisa terus-menerus hidup dalam bayang-bayang itu, Sayang.” Aksa berusaha menenangkan Ocha. “Bagaimana kalau nanti orang-orang sudah tau tentang kita dan malah menghakimi kita?” tanya Ocha lagi. Nada suaranya, jelas terdengar panik. Sekali lagi, Aksa menarik napasnya dalam-dalam. “Ocha ... masa lalu adalah milik kita. Aku, kamu sudah berjuang untuk sampai di titik ini. Kita juga berhak mendapat kebahagiaan tanpa merasa takut akan penilaian orang lain tentang kita.” Ocha terdiam sejenak. “Iya, aku tau, Mas. Tapi rasanya kayak sulit untuk mengabaikan semua itu,” kata Ocha kemudian. “Kita akan menghadapinya bersama-sama. Kita gak perlu menjelaskan apa pun kepada siapa pun karena gak sem

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 150 - Ayang Marah-Marah

    Nathan berusaha memegang tangan Lala untuk meminta maaf, tetapi gadis itu mundur dan menghindar. “Gue, cuma ... pusing, La. Bukan mabuk.” Nathan masih mencoba mengelak. “Omong kosong! Lu udah janji ke gue kalau gak akan mabuk-mabukan lagi! Tapi, lihat diri lu sekarang, Nathan! Beberapa waktu lalu, lu juga balapan liar, kan? Padahal lu juga udah janji ke gue kalau gak akan ngelakuin itu. Gue gak akan pernah ngelarang lu balapan kalau emang itu hobi dan bikin lu senang, tapi balapannya di sirkuit, Nathan!”“Gue benar-benar kecewa sama lu! Lu ternyata gak bisa berubah!” tegas Lala.“La, gue ngelakuin ini karena pusing ada masalah keluarga,” ungkap Nathan, masih terus berupaya mencari pembenaran untuk dirinya sendiri.“Lu pikir masalah bisa selesai dengan mabuk-mabukan seperti itu?!”Nathan tak terima. Dia tetap berusaha membela diri. “Gue sudah bilang gak mabuk, La. Gue cuma pusing!”“Terserah, gue capek sama lu!” umpat L

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 151 - Meminta Izin Menikah

    Setelah terjebak macet cukup lama tapi tak selama terjebak masa lalu, kini akhirnya Ocha dan Aksa tiba di rumah Paul.Ocha mengatur napas sebelum turun dari mobil. Ia tak dapat menjelaskan kini seperti apa perasaannya di dalam sana? Ada rasa gugup, sedikit amarah, dan juga rasa kecewa. Sejatinya, Ocha masih kecewa pada sang papa semenjak terakhir kali mereka bertemu beberapa hari yang lalu. Ocha merasa tak terima karena telah dibohongi selama ini. Namun, Ocha juga tak bisa terlalu terlarut dalam masalah itu.Sekarang dia hanya merasa perlu meminta izin sang papa untuk melanjutkan hidup serta masa depannya dengan pria yang entah sejak kapan membuatnya jatuh cinta?Walau bagaimanapun juga, apa yang telah Paul perbuat, tetapi pria itu tetaplah ayahnya--yang selama puluhan tahun ini bersamanya.Tentu saja, sebagai anak, Ocha meminta izin sebagai bentuk menjaga keharmonisan dan menghormati tradisi kelu

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 152 - Beda Visi dan Misi

    Ocha dan Aksa berbalik, bersamaan dengan Paul yang juga melangkah mendekati mereka. Sekilas, Paul terlihat mengusap mata dari balik kacamatanya itu.Ia menatap penuh makna pada Ocha dan Aksa bergantian. “Kalau itu yang kalian inginkan, silakan,” kata Paul pada akhirnya. “Papa gak ada hak untuk melarang karena sejatinya yang akan menjalaninya adalah kalian berdua. Bukan Papa,” imbuh Paul. “Papa tentunya akan dukung apa pun keputusan kamu, Nak. Yang penting kamu bahagia.”Paul tersenyum, lantas menepuk bahu Ocha dan menatap putrinya penuh kasih sayang. “Bahagia itu kalian sendiri yang ciptakan dan Papa harap ke depannya kalian bisa menciptakan bahagia itu terus menerus.” Mendengar itu, mata Ocha tiba-tiba berkaca. Dia tak sanggup melihat tatapan sang papa yang begitu dalam dan penuh ketulusan.Terlebih, Paul juga tampak menahan air matanya. “Kemarin, jujur saja ... Papa hanya merasa takut karena selalu terbay

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 153 - Gak Pake Baju, Kak?

    Tak terasa, kini sisa seminggu lagi Ocha akan membula lembaran baru bersama dengan Aksa, lelaki yang dulunya pernah menjadi seorang suami untuknya. Akan tetapi, dipisahkan keadaan, lantas disatukan kembali oleh cinta.Persiapan pernikahan sudah cukup matang, meski terkadang mereka kerap kali berdebat gara-gara hal sepele. Namun, bisa diselesaikan dengan baik setelah salah satunya menurunkan egonya. Pagi hari, Ocha memasuki kantor dengan wajah sumringah. Di tangannya ia menggenggam beberapa undangan pernikahan yang sudah disiapkannya sejak semalam untuk dibagikan kepada rekan-rekan satu timnya di kantor.“Teman-teman, aku mau bagiin undangan. Nanti datang ya,” kata Ocha memecahkan keheningan.“Undangan apa, Cha?” tanya salah satu rekannya yang berambut panjang bergelombang itu.“Undangan pernikahan,” jawab Ocha, mulai membagikan undangan satu per satu dan untuk bagian aryawan yang belum datang, Ocha meletakka

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 154 - Jadinya Kening atau Bibir?

    Ocha menunduk dengan jari telunjuk yang saling mencubit ketika Paul mulai menjabat tangan Aksa. “Ananda Aksa Naufal Firdaus bin (Alm.) Hadid Firdaus, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya, Qiana Zhafira Rosa binti Paul William dengan mas kawin berupa 36 gram logam mulia dan uang tunai sebesar $5,365.00, dibayar tunai.” “Saya terima nikah dan kawinnya Qiana Zhafira Rosa binti Paul William dengan mas kawin berupa 36 gram logam mulia dan uang tunai sebesar $5,365.00, dibayar tunai.” Suara Aksa yang lantang dan tegas ketika mengucapkan kabul membuat hati Ocha bergetar. “Bagaimana saksi?” tanya penghulu. “Sah!” Berbeda dengan Ocha yang sedari tadi bak menahan napas akhirnya bisa menarik napas leha, Aksa justru tak sadar berdiri. “Yes!” teriaknya dengan kedua tangan yang terangkat, ditarik ke belakang. Hal itu, membuat para tamu undangan tiba-tiba tiuh tertawa dengan tingkah konyol Aksa. Tak terkecuali Ocha yang sempat menyemburkan tawa melihat pria yang bar

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 155 - Ocha ke Mana?

    “Ehem! Ehem!” Ocha yang tengah membenahi posisi dasi kupu-kupu Aksa yang terlihat sedikit miring sontak mengangkat kepala mendengar deheman keras dari Lala.“Mesra-mesraan terus! Masih siang bolong loh ini,” cecar Lala. “Ih, Lala Po panas. Nanti gue minta Nathan buat lamar lu cepat-cepat, biar gak panas lagi,” kata Ocha diselingi tawanya. “Kagak!“Serius kagak?”“Halah! Cewek itu biasanya beda isi hati beda ucapan. Paling mulutnya bilang kagak, dalam hatinya mau banget,” cibir Aksa. Lala membuang napas sedikit kasar. “Serah kalian, deh. Bebas!”“Betewe, Pak Aksa ... mulai hari ini, aku titip Ocha ya,” ujar Lala kemudian. Suasana tiba-tiba diselimuti rasa hari. “Mungkin untuk ke depan, dia akan lebih banyak bersamamu daripada denganku yang notabene adalah temannya.”“Pak Aksa harus tau kalau satu-satunya orang yang tau persis hidupnya Ocha selama ini, hanya aku. Mungkin ada satu lagi, teman kami juga

Bab terbaru

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 2

    “Aqil, sini dulu,” teriak Aksa sambil mencoba mengetuk pintu berkali-kali.Aqil kembali berlari menghampiri pintu dan menempelkan wajah kecilnya pada pintu kaca itu seolah-olah tak baru saja melakukan kesalahan.“Aqil denger suara Papa nggak, Nak?”Tak terdengar sahutan, tetapi bibir kecil Aqil terlihat bergerak menyebut kata “Papa”.Aksa berjongkok, memberikan kode pada sang putra agar membuka pintu. Hanya saja, Aqil tak melakukan apa pun. Hanya ada raut bingung nan menggemaskan di wajahnya itu. Sementara itu, Ocha berlalu ke ujung balkon, memandang ke bawah dengan gelisah. Bukan apa-apa, ia takut Aqil melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri kalau sendirian terlalu lama di kamar. “Sus Wina! Sus Wina!” teriaknya, berharap suara lantangnya itu terdengar sampai ke bawah. Namun, suasana rumah yang sepi membuat panggilannya berlalu sia-sia tanpa jawaban.“Sus Wina, ke dekat kolam renang dulu, dong.” Ocha masih berusaha memanggil pengasuh Aqil itu. Aksa kini sudah berdiri di

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 1

    Dua bulan kemudian. Aula pernikahan tampak meriah dihiasi bunga-bunga berwarna pastel yang menyemarakkan suasana di hari bahagia Nathan dan Lala. Tamu-tamu mulai berdatangan, menambah semarak momen istimewa yang sebentar lagi akan dimulai. Dengan memegang lengan sang suami, Ocha melangkah di sisi Aksa. Keduanya mengenakan busana berwarna biru tua yang senada. Ocha tampak anggun dalam balutan kebaya ber-bordir elegan, sementara Aksa mengenakan setelan jas yang rapi. Pada gendongan pria itu, ada Aqil yang mengenakan tuxedo mungil dan tampak menggemaskan. Anak itu menarik perhatian beberapa tamu yang tersenyum melihat betapa lucunya dia. Tak jauh dari Mereka, Yaya hadir bersama ibunya dengan balutan busana senada. Yaya sesekali melirik ke arah Aqil dan mengangkat tangan kecilnya untuk melambai yang dibalas senyum oleh bocah itu. Sementara itu, Laras dan Paul sudah duduk di tempat yang telah disediakan untuk keluarga dan para tamu undangan. Di belakang mereka, Fafa yang

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 233 - END

    Dahi Ocha mengerut begitu mobilnya memasuki gerbang dan melihat ada mobil yang jelas bukan mobil suaminya sedang parkir di halaman rumahnya.Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, dia pun keluar dan tak berselang lama, Aksa juga sudah datang dan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Ocha.“Mobil siapa, Sayang?” tanya Aksa sambil berjalan mendekati istrinya.Ocha mengangkat bahu menandakan ketidaktahuannya. Dia meraih tangan sang suami dan menciumnya dengan takzim. Seperti biasa, ketika pergi dan pulang kerja tak melewatkan saling memberikan pelukan hangat. Aksa mencium singkat kening, pipi, dan bibir istrinya. “Bukannya tadi kamu bilang akan pulang jam 7 malam, kok cepat?” tanya Ocha dengan tatapan menyelidik. “Loh, emang gak senang suaminya pulang cepat?”“Bukan, tapi kamu bilang sendiri tadi, kan.”“Pekerjaan udah selesai masa enggak boleh pulang? Lagian kangen si bocil.”Ocha mencebik, pura-pura kesal. “Oh

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 232 - Aksa Versi Sachet

    Dewi bangkit dari duduknya, berdalih memegang tangan sang suami. Tatapannya memelas seakan-akan meminta pembelaan. “Mas ... tapi, aku benar-benar sudah meminta agar foto itu di-take down.”Sebuah helaan napas berat dikeluarkan Denis. Dia seraya menatap sang istri dengan tajam, rahangnya mengeras menahan amarah. “Kamu, tuh, sadar nggak sih, Wi? Kamu udah bikin hidup orang lain dalam masalah tau, nggak? Apa kamu pikir setelah ini, permintaan maaf saja itu sudah cukup untuk memperbaiki semua kesalahan kamu pada mereka?”“Wi, kesalahan kamu yang kemarin saja belum tentu mereka maafkan, terus sekarang bertambah lagi.” Denis beralih duduk di sofa dengan wajah semrawut. Sambil memegangi kepala, pusing dengan kelakuan sang istri yang makin menjadi. Sambil menghampiri suaminya, mata Dewi kini berkaca-kaca. “Mas, aku ....” Dia pun berlutut, di hadapan Denis. Namun, Napasnya tercekat, seakan-akan kehilangan kata-kata.“Aku nggak akan bisa melindungi kamu ka

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 231 - Dewi?

    Makin ke sini isu yang beredar itu makin rame diperbincangkan di media. Banyak yang meminta Aksa dan Ocha segera klarifikasi untuk meredam isu yang pembahasannya justru mulai melebar ke mana-mana.“Cari tahu siapa yang pertama kali menyebarkan dan laporkan ke saya secepatnya!” perintah Aksa dengan nada tegas melalui telepon.Di kantor, tim keamanannya sudah bekerja maksimal untuk menyelidiki sumber isu yang beredar sesuai dengan permintaannya. Sementara itu, Ocha duduk di sofa sambil memperhatikan Aksa yang berdiri di dekat dinding kaca rumah mereka. Sibuk untuk menyelesaikan masalah itu. Ocha sesekali mengawasi Aqil yang entah sedang melakukan apa? Intinya dapat kolong yang bisa menampung dirinya, pasti masuk di sana.Dalam pikiran Ocha juga ada banyak hal, termasuk tertuju satu nama yang bisa mungkin menjadi sumber gaduhnya netizen di media sosial. Hanya saja, dia tidak ingin suuzan. “Aku curiga Dewi yang melakukan ini, Saya

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 230 - Gosip

    Di lain tempat pagi itu, Ocha dengan sabar terus mencoba menyuapi makan untuk putranya meskipun beberapa kali melepehkan bubur yang masuk ke mulutnya. Ocha menghela napas pelan sambil mengusap bibir Aqil yang belepotan. “Ayo, Sayang .... Makan yang banyak, ya. Biar Aqil sehat, nanti jadi anak pintar, ganteng kayak Papa kalau udah besar.” Hanya saja, bukannya membuka mulut, Aqil malah mengayunkan tangan, mencomot bubur dari sendok Ocha dan menempelkannya ke wajahnya sendiri. Seketika itu, bubur mengotori pipi mungilnya. “Ya ampun, anak gantengnya Ibu. Makanannya gak boleh dibuat mainan, ya, Sayang.” Di sebelahnya, Aksa memperhatikan sambil menahan tawa melihat tingkah lucu anaknya. Ia mengunyah sisa nasi gorengnya lalu menyelesaikan sarapannya. Sementara itu, Ocha meraih tisu dan mulai mengelap pipi Aqil yang kena bubur. “Coba sini Papa yang suapin Aqil, ya. Biar Ibu sarapan dulu aja.” Aksa mengajukan dirinya. Ocha menyerahkan sendok kecil itu pada Aksa, kemudian ia me

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 229 - Rela Mundur?

    Laras melangkah pelan memasuki ruang ICU, tempat Fafa terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya. Suara mesin detak jantung yang terus berdenyut makin menambah suasana mencekam. Laras mendekati ranjang putrinya dengan langkah gontai lalu duduk di kursi di sampingnya. Wajah Fafa tampak pucat, mata terpejam seakan-akan enggan untuk terbuka. Dengan tangan gemetar, Laras menggenggam tangan Fafa yang terasa dingin. Air matanya mulai mengalir membasahi pipi. “Fafa ... maafkan Ibu, Nak,” ucapnya dengan suara bergetar. “Semua ini kesalahan Ibu. Seharusnya yang menanggung karma kesalahan Ibu di masa lalu adalah Ibu sendiri, bukan kamu.”Laras merasakan dadanya kian sesak. Air matanya juga makin deras berjatuhan. “Ibu juga minta maaf karena terlalu keras padamu, Nak. Maafkan Ibu yang terlalu menghakimi seolah-olah enggan menerima keadaan kamu,” imbuhnya dengan suara serak.“Ibu seakan lupa kalau dulu pernah berada di p

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 228 - Teman Lama?

    Senyum Yaya tak pernah berhenti terpancar dari bibirnya ketika ia berada dalam perjalanan pulang. Hari ini, ia merasa sangat bahagia. Pertama, berhasil mengajak Lily nge-date. Kedua, Lily sudah tak cuek lagi padanya. Dan, yang ketiga ... ia cukup lega telah mengungkapkan perasaannya pada Lily.Dia menyetir dengan kecepatan standar sesekali bersenandung ria sambil mengingat obrolannya dengan Lily beberapa saat lalu.“Ada apa, Mas Yaya?” tanya Lily pelan begitu melihat Yaya keluar dari mobilnyaYaya pintu menutup pintu mobil dan menghampiri Lily sedikit canggung. Tatapannya yang serius dan penuh makna menatap Lily yang justru memandangnya penuh tanya. Pria berjaket abu-abu itu merasa harus jujur terhadap perasaannya pada Lily. Entah seperti apa hasilnya nanti, setidaknya ia sudah berusaha jujur. “Ly, aku perlu mengatakan sesuatu padamu, tapi bingung harus mulai dari mana?” Dia berkata pelan sambil menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak gat

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 227 - Gugup

    Laras jatuh terduduk di kursi terdekat, air matanya sontak mengalir deras. “Koma?” Suaranya bergetar.“Dok, Kakak saya sedang hamil, apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Ocha dengan raut cemas. Dia mengingat, tadi dia melihat ada darah yang juga merembes dari area selangkangan Fafa pasca kecelakaan.Sang dokter menarik napasnya lalu menggeleng pelan. Wajahnya menunjukkan kesedihan yang mendalam. “Benturan yang dialami pasien terlalu keras, Bu. Kami tidak bisa menyelamatkan janinnya.”Isakan Laras kembali terisak keras, nyaris histeris, tetapi Ocha buru-buru beralih menenangkannya. “Maaf, Dok. Kalau boleh tau, kira-kira Fafa akan koma sampai kapan?” Paul ikut bertanya. Hanya saja, kali ini dokter kembali menggeleng. “Kami belum bisa memastikan hal tersebut, Pak. Namun, kami akan terus memantau kondisinya selama 24 jam ke depan untuk melihat perkembangan lebih lanjut. Dan ....”“Bisa dipahami, ya, Pak, Bu?” Pertanyaan sang dok

DMCA.com Protection Status