Share

Bab 70

last update Last Updated: 2024-09-18 21:56:36

Surya menyugar rambutnya begitu mengingat Vita sedang mengandung anak mereka. Hubungannya dengan Vita tidak seperti pacaran pada umumnya yang melakukan sentuhan fisik hanya dengan berpegangan tangan atau berpelukan. Mereka mulai melakukan hubungan suami istri sejak Surya menyatakan keseriusannya ingin menikah dengan Vita. Membuat gadis yang sangat mencintai Surya itu pun mau menyerahkan kehormatannya pada sang kekasih padahal belum ada ikatan halal di antara mereka.

Keduanya beberapa kali melakukan check-in di hotel sepulang kerja atau saat malam mingguan. Biasanya Surya menggunakan pengaman atau melepaskan di luar. Namun satu hari Surya mengajak Vita berhubungan tanpa pengaman karena sudah tidak tahan lagi. Karena terlalu menikmati, dia lupa menarik diri dan melepaskan benihnya di rahim Vita hingga kini tumbuh janin di sana. Itulah yang mendorong Vita ingin cepat menikah dengan Surya.

“Beb, mau ke mana?” tanya Vita saat suaminya beranjak dari tempat tidur.

“Mau merokok. Asem mulutk
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kokoro No Tomo
3 bab loh, Kak
goodnovel comment avatar
Dwi Astuti
nah jdi senang baca ya krna bab y banyak yaaa .walaupun cuma 2..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 71

    Bakda Asar, Satrio dan Isha meninggalkan vila. Satrio mengenakan kemeja, blazer, dan celana bahan berwarna krem, sementara Isha mengenakan gamis semi formal berbahan satin yang warnanya senada dengan sang suami. Dress code pesta sore itu memang warna krem sesuai yang tertera di undangan.Meskipun riasan Isha hanya sederhana karena merias sendiri, dia tetap terlihat cantik alami. Isha diam-diam belajar merias wajah agar tidak membuat malu suaminya bila diajak bepergian. Setidaknya dia bisa mengaplikasikan dasar riasan dengan benar dan tidak terlihat berlebihan. Satrio memang tak peduli apa kata orang, tapi Isha peduli.Wajah Isha sekarang jadi lebih cerah dan terawat karena Satrio pernah mengajaknya ke salon kecantikan untuk mengecek kondisi kulit dan melakukan perawatan wajah. Sejak itu, dia jadi rutin menggunakan berbagai macam krim dan serum agar wajahnya terlihat lebih bersinar. Semua itu Isha lakukan demi Satrio. Dia juga ingin secantik Gwen yang kulit wajahnya terlihat kinclong d

    Last Updated : 2024-09-19
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 72

    Isha tak langsung menjawab pertanyaan Satrio karena memikirkan jawaban yang tepat. “Aku penasaran saja bagaimana Bang Satrio yang orang biasa, bisa kenal sama orang-orang kaya seperti mereka. Biasanya ‘kan orang-orang kaya hanya bergaul dengan yang dari kalangan mereka saja,” cakapnya seraya memandang suaminya yang sedang fokus mengemudi.Satrio mengulum senyum, lantas mengerling sekilas pada Isha. “Tidak semua orang kaya seperti itu, Dek. Kebetulan teman-teman Abang itu low profile semua. Mereka mau berteman dengan berbagai kalangan dan tidak pernah membeda-bedakan dari mana asalnya,” jelas pria berambut ikal itu.“Jangan-jangan Bang Satrio sekolah di sekolahan elit jadi bisa berteman baik sama mereka?” Isha tampak masih belum percaya dengan penjelasan yang diberikan sang suami.Bukannya menjawab, Satrio malah tertawa. “Tidak semua orang kaya sekolahnya di sekolah elit, Dek. Banyak kok yang di sekolah negeri,” timpalnya setelah berhenti tertawa.“Mungkin karena aku sekolahnya tidak d

    Last Updated : 2024-09-19
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 73

    Isha membalas tatapan sang suami. Entah bagaimana Satrio bisa tahu apa yang ada di hatinya. Apakah Satrio sekarang sudah bisa membaca pikiran?“Jangan sok tahu, Bang. Memangnya Bang Satrio bisa melihat isi hatiku?” kilahnya.“Kalau tahu apa yang jadi ganjalan di hati Dek Isha, Abang tidak akan bertanya, Dek.” Satrio menghela napas panjang. Dia tampak frustrasi karena istrinya tidak mau jujur.“Dek, kita sudah jadi suami istri selama tiga bulan. Sedikit banyak Abang jadi lebih mengenal pribadi Dek Isha. Abang tahu saat Dek Isha bahagia, marah, kesal, jujur, bohong hanya dengan melihat wajah Dek Isha,” papar pria berambut ikal itu.“Karena itu Abang mohon dengan sangat, keluarkan apa yang ada di hati Dek Isha biar Abang tidak merasa bersalah. Abang merasa gagal jadi suami karena tidak bisa membuat Dek Isha bahagia,” imbuhnya dengan wajah sendu.“Bang Satrio tidak salah, aku saja yang overthinking. Maaf karena sudah membuat hubungan kita jadi tidak nyaman, Bang,” lontar Isha yang jadi me

    Last Updated : 2024-09-20
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 74

    “Apa masih harus aku jawab, Bang?” Isha menatap lekat suaminya.Satrio mengangguk. “Biar Abang merasa lebih tenang, Dek,” jawabnya.Isha tersenyum pada pria yang sudah menghalalkannya itu. “Insya Allah aku sudah lebih percaya sekarang, tapi namanya manusia pasti ada rasa takut dibohongi meskipun persentasenya kecil. Maaf kalau apa yang aku katakan ini mengecewakan Bang Satrio karena aku tidak mau ada yang ditutupi lagi,” tuturnya.Pria berambut ikal itu pun membalas senyum sang wanita. “Abang ngerti, Dek. Abang akan melakukan yang terbaik biar Dek Isha bisa percaya penuh sama Abang,” timpalnya.“Makasih sudah mau mengerti, Bang.” Isha kemudian mencium pipi sang suami. Saat dia akan menjauhkan diri, Satrio menahan lantas menyatukan bibir mereka.Keesokan harinya, sejoli itu kembali turun saat matahari sudah tinggi. Satrio benar-benar memanfaatkan waktu mereka untuk memadu cinta sesuka hati. Tanpa harus menahan diri dan merasa malu karena bangun kesiangan. Asih tidak tampak di dapur, t

    Last Updated : 2024-09-20
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 75

    “Berani meninggalkan Abang ya. Awas kalau ketangkap, Abang hukum Dek Isha nanti!” Satrio kemudian mengejar istrinya yang berlarian seperti anak kecil. Isha tampak sangat gembira karena suaminya tak mampu mengejar dia. Padahal pria berambut ikal itu sengaja tak mengerahkan semua tenaganya untuk mengejar Isha. Dia ingin wanitanya itu menikmati kebebasan yang selama ini jarang didapatkan.Isha akhirnya berhenti berlari saat dia sudah merasa capek. Dia berdiri sambil berkacak pinggang menunggu sang suami menyusulnya. Saat itu barulah Satrio menghampiri istrinya dan langsung merangkul bahunya. “Abang bisa tangkap ‘kan sekarang. Tunggu hukuman dari Abang nanti malam.” Satrio mengedipkan sebelah mata pada sang belahan jiwa.Isha mencebik. “Ya jelas bisa menangkap soalnya aku berhenti berlari. Coba kalau enggak, pasti Abang ga bisa nangkap aku,” cakapnya dengan pongah.“Mau coba lagi? Ga butuh waktu lama, Abang pasti bisa menangkap Dek Isha. Tadi itu Abang sengaja ngalah, Dek.” Satrio berala

    Last Updated : 2024-09-21
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 76

    “Assalamu’alaikum.” Satrio mengucap salam begitu membuka pintu vila.“Wa’alaikumussalam,” sahut beberapa orang yang duduk di ruang tamu.“Den Bisma, itu Den Bhumi dan Neng Isha sudah pulang,” lontar Asih yang ikut duduk di ruang tamu. Dia dan suaminya ada di sana karena menemani pria yang tadi dipanggil Bisma.Seorang pemuda yang duduknya membelakangi pintu seketika menoleh. Dia sontak tersenyum lantas berdiri menghampiri Satrio dan memeluknya. “Kak Bhumi, akhirnya kita ketemu lagi. Kenapa ga pernah pulang?” ucapnya.“Bisma, lepas. Ga usah lebai gini.” Satrio mendorong pemuda yang wajahnya mirip dengannya itu.“Kak Bhumi, kenapa nikah ga bilang-bilang? Ini istri Kakak?” Pria bernama Bisma itu lalu beralih pada Isha. “Kakak ipar, kenalkan aku Bisma. Aku adiknya Kak Bhumi.” Dia tersenyum sambil mengulurkan tangan kanan.Isha menoleh pada Satrio sebelum menyambut uluran tangan pria yang mengaku adik suaminya. Sesudah Satrio mengangguk, dia baru menjabat tangan Bisma. “Saya Isha,” ucapnya

    Last Updated : 2024-09-21
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 77

    “Woi, kalem, Kak.” Bisma menimpali kakaknya dengan tenang. “Oke, aku akan bekerja sama. Jadi aku boleh menginap di sini ‘kan, Kak? Aku juga mau lebih mengenal kakak ipar,” ujarnya.Satrio mendesah. “Yang penting kamu jangan mengacaukan rencanaku,” timpalnya.“Siap, Bos.” Bisma melakukan sikap hormat dengan wajah ceria.“Aku ke kamar dulu.” Satrio kemudian bangkit dan beranjak dari sofa.“Buatkan aku keponakan yang lucu ya, Kak.” Teriakan Bisma itu sama sekali tak dipedulikan Satrio yang terus berjalan ke lantai dua. Menyusul sang istri tercinta.Satrio membuka pintu kamar dengan pelan tanpa mengetuk terlebih dahulu. Maksudnya ingin mengejutkan sang istri, tapi malah melihat Isha sudah terlelap dengan mengenakan setelan piama panjang. Istrinya pasti sangat lelah karena langsung tidur tanpa menunggunya. Pria berambut ikal itu kemudian menutup dan mengunci pintu. Dia tersenyum saat melihat pakaian tidurnya sudah disiapkan oleh sang istri dan diletakkan di atas tempat tidur. Hal itu memb

    Last Updated : 2024-09-22
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 78

    “Dek, nanti kalau Bisma ngomong macam-macam, ga usah ditanggepin ya. Dia orangnya suka usil,” pesan Satrio pada Isha sebelum mereka keluar dari kamar.“Memangnya dia menginap di sini, Bang?” Isha tampak terkejut.Satrio mengangguk. “Iya. Dia memang kadang suka menginap di sini kalau lagi suntuk. Pokoknya ingat pesan Abang tadi ya! Kalau bisa menghindar dari dia lebih baik,” tukasnya.“Kenapa harus menghindar, Bang? Adik Bang Satrio itu bukan orang jahat ‘kan?” Isha merasa heran mendengar ucapan suaminya.“Dia memang tidak jahat, tapi suka usil, Dek. Abang tidak mau Dek Isha diusili sama Bisma,” timpal Satrio sambil menatap istrinya.“Ya, udah. Kita turun sekarang, Bang. Aku ga enak sama Bi Asih karena selalu bangun siang selama di sini.” Isha melihat sekali lagi penampilannya di cermin sebelum keluar kamar. “Ga perlu, ga enak, Dek. Bi Asih sama Mang Ujang pasti juga paham.” Satrio kemudian menggandeng tangan Isha begitu keluar dari kamar.“Kaya keponakanku bakal segera launching nih

    Last Updated : 2024-09-23

Latest chapter

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 220 (TAMAT)

    “Bu, kita kabur aja yuk! Aku ga tahan hidup di sini.” Vita mengeluh pada ibunya saat mereka berbaring sebelum tidur. Lina menatap lekat putrinya meskipun dalam cahaya remang-remang. “Ga usah aneh-aneh, Vit. Apa kamu lupa kemarin ada yang kabur terus ketangkap? Sekarang dia dimasukkan ke ruang isolasi. Kamu mau hidup di ruangan sempit, gelap, pengap, dan ga bisa keluar sama sekali?” “Lebih baik aku mati saja daripada dikurung di sana, Bu,” timpal Vita dengan bibir mengerucut. “Ya sudah, kalau gitu terima aja apa adanya!” tukas Lina. “Tapi aku capek banget kalau kaya gini tiap hari, Bu. Kulitku jadi cokelat, kukuku juga rusak semua. Sia-sia perawatan yang aku lakukan selama ini,” keluh Vita. “Vit, kita seperti ini sekarang karena siapa? Kamu ‘kan! Kalau kamu ga mendorong Isha dari tangga, Satrio ga akan semarah itu sama kita. Ya sudah, sekarang kamu terima aja konsekuensinya!” Lama-lama Lina merasa kesal pada Vita yang selalu dia banggakan. “Kita dibiarkan hidup sama Satrio sudah

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 219

    Kondisi Abi setiap hari semakin membaik. Berat badannya terus naik karena rutin minum ASI sang ibu. Paru-parunya sudah berfungsi dengan baik, hingga tak perlu alat bantu pernapasan lagi. Jantungnya pun detaknya sudah normal. Pada hari ke-6, Abi pun keluar dari NICU, tapi belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Dokter masih harus mengobservasi kondisi Abi setelah tidak berada di inkubator. Sebenarnya di hari ketiga paska-operasi, Isha sudah diperbolehkan pulang. Namun karena tak tega meninggalkan Abi sendiri di sana, dan repot kalau harus bolak-balik ke rumah sakit untuk memberikan ASI-nya, akhirnya Isha tetap tinggal di ruangan rawat inapnya. Satrio yang bolak-balik karena dia tetap harus pergi ke kantor untuk melakukan tanggung jawabnya sebagai presdir Digdaya Grup. Marni juga setiap hari ke rumah sakit, membawakan baju ganti untuk Isha, Satrio, dan Abi, lalu pulangnya membawa baju mereka yang kotor untuk dicuci di rumah. Selain baju, dia juga membawakan jamu pelancar ASI untuk Isha

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 218

    “Sudah, tapi nanti saja aku kasih tahu kalau semua kumpul biar sekalian jelasin arti namanya.” Satrio menjawab rasa penasaran adiknya. Nila berdecak. “Terus selama Kak Bhumi belum ngasih tahu namanya, kita manggilnya apa dong? Masa Baby sih?” protes gadis yang masih kuliah semester akhir itu. “Kalau begitu panggil saja Abi. Itu nama panggilan yang diambil dari nama tengahnya,” sahut Satrio setelah berpikir beberapa saat. “Iya, deh. Suka-suka, Kak Bhumi, aja. Lagian sok misterius banget namanya sampai ga mau nyebutin.” Nila merasa gemas pada kakak sulungnya itu. “Bukannya sok misterius, tadi aku dah bilang ‘kan alasannya,” tukas Satrio. “Terus kapan rencanamu mau ngadain akikah buat Abi?” Kali ini Krisna yang bertanya. “Sunahnya tujuh hari ‘kan, Pa? Tapi aku belum tahu nanti pas itu Abi sudah bisa pulang atau belum. Menurut Papa sebaiknya gimana?” Satrio memandang papanya. “Tidak harus tujuh hari tidak apa-apa bisa setelah empat belas atau dua puluh satu hari. Tapi kalau kamu mau

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 217

    Isha langsung diberi ucapan selamat oleh Baskoro, Bisman, Bayu, Marni, dan Kasno begitu dia dibawa ke kamar oleh petugas. Wanita yang baru menjadi ibu itu mengucapkan terima kasih atas perhatian dan doa-doanya mereka. Baru setelah itu Satrio mendekati sang istri yang duduk menyandar pada bagian atas brankar yang dinaikkan dan diatur posisinya sampai Isha merasa nyaman. “Makasih ya, Dek, sudah bertahan dan berjuang bersama anak kita. Terima kasih sudah melahirkan jagoan di keluarga kita,” lontar Satrio sambil menggenggam tangan sang istri tercinta. Dia duduk di kursi samping brankar, menghadap belahan jiwanya itu. Isha mengangguk. Wajahnya yang masih tampak pucat tersenyum. “Bang Satrio udah ketemu anak kita?” Dia berusaha tetap tegar dan tenang walaupun sang putra saat ini menjalani perawatan yang intensif. Pria yang kini mengenakan kemeja biru muda dengan lengan digulung sampai siku itu, menggeleng. “Belum, Dek. Katanya kalau mau ketemu harus ke NICU. Abang maunya ke sana sama Dek

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 216

    Satrio sontak berdiri kala melihat dokter keluar dari ruang operasi. Dia gegas menghampiri dokter tersebut. “Bagaimana operasinya, Dok? Lancar ‘kan?” tanyanya tak sabar. Dokter itu tersenyum. “Alhamdulillah lancar. Kondisi Ibu sejauh ini stabil, tapi putra Bapak harus mendapatkan perawatan intensif karena lahir prematur dan berat badan lahirnya rendah,” jawabnya. Satrio menghela napas lega meskipun kondisi sang anak masih belum bagus. Setidaknya istri dan anaknya selamat. “Alhamdulillah. Berarti saya boleh menemui istri dan anak saya sekarang, Dok?” tanyanya lagi. Sang dokter menggeleng. “Untuk saat ini belum, Pak. Ibu masih di ruang pemulihan untuk diobservasi. Kalau putra Bapak nanti bisa ditemui di NICU, sekarang masih ditangani oleh dokter anak,” jelasnya. Bahu Satrio meluruh karena tidak bisa menemui istri dan anaknya. “Kalau begitu sebaiknya saya menunggu di mana, Dok? Di sini atau di kamarnya?” Dia kembali bertanya. “Di sini boleh. Di kamar juga boleh. Nanti kalau Ibu seles

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 215

    “Vit, ada tamu tuh. Sana buka pintunya!” titah Lina yang sedang tiduran di sofa depan televisi pada putrinya setelah mendengar bel rumah berbunyi.“Siapa sih? Ganggu aja orang lagi santai!” Meskipun menggerutu, Vita tetap melangkah menuju pintu depan. Keningnya mengerut kala melihat beberapa sosok pria berbadan tinggi, kekar, dan mengenakan pakaian serba hitam. Sejujurnya dia takut melihat para pria di hadapannya yang tampangnya tampak menyeramkan dan sama sekali tak ramah.“Kalau kalian mencari Bang Satrio dan Mbak Isha, mereka tidak ada di rumah!” Vita bicara dengan ketus untuk menutupi ketakutannya.“Siapa, Vit?” Lina menyusul ke depan karena penasaran dengan tamu yang datang.“Ga tahu, Bu!” Vita menggeleng.Lina terkesiap melihat orang-orang yang bertamu. Dia langsung menelan ludah dan mendekat pada putrinya. “Mereka bukan debt collector yang mau nagih utang Satrio atau Isha ‘kan?” bisiknya.“Mana kutahu, Bu. Sejak tadi mereka cuma diam. Ga ngomong apa-apa,” balas Vita juga dengan

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 214

    Bayu mendekat pada Satrio yang sedang makan siang dengan para pejabat daerah dan pengusaha lokal—yang datang di acara pembukaan anak perusahaan Digdaya Grup. "Pak, saya baru dapat kabar kalau Bu Isha jatuh dari tangga dan sekarang sedang dalam perjalanan ke rumah sakit," bisiknya usai mendapat pesan dari Marni. Satrio sontak menghentikan makan lalu mengelap mulut dengan sapu tangan. "Segera siapkan helikopter. Kita pulang ke Jakarta sekarang!" perintahnya juga dengan berbisik. "Baik, Pak." Bayu menjauh lalu melakukan koordinasi dengan yang lain untuk mengatur kepulangan sang atasan. Di setiap kantor anak perusahaan Digdaya Grup memang ada helipad untuk memudahkan transportasi para petinggi perusahaan bila ada kepentingan yang mendesak. Meskipun mengkhawatirkan keselamatan istri dan calon anaknya, Satrio tetap berusaha bersikap tenang di hadapan yang lain. Dia minta maaf pada para pejabat dan pengusaha yang semeja dengannya karena tidak bisa menemani makan siang sampai selesai. Tak l

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 213

    “Mau ke mana, Bi?” tanya Vita saat melihat ART Isha akan menaiki tangga.“Saya mau manggil Ibu untuk makan siang, Mbak,” jawab Marni.“Bi Marni, lakukan pekerjaan lain saja. Biar aku yang panggil Mbak Isha.” Vita menawakan diri.“Tapi Bapak sudah pesan kalau saya sendiri yang harus manggil Ibu di kamar, Mbak.” Marni tak mau begitu saja menerima tawaran adik tiri Isha itu.Vita tampak mengernyit. “Kenapa memangnya?”“Soalnya Bapak minta saya membantu Ibu waktu turun tangga karena Bapak khawatir Ibu jatuh atau kepleset.” Marni mengungkapkan alasannya.“Kalau cuma bantu Mbak Isha turun tangga, aku juga bisa, Bi. Sudah sana Bi Marni siapin aja makannya, aku yang akan manggil Mbak Isha.” Vita meminta ART itu pergi.“Biar saya yang manggil Ibu, Mbak. Makanannya sudah siap semua kok di meja makan. Lebih baik Mbak Vita panggil bapak dan ibunya atau langsung ke ruang makan saja.” Marni tetap bersikeras memanggil Isha.“Kenapa sih ga mau dibantu, Bi? Takut saya ngapa-ngapain Mbak Isha?” tukas Vi

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 212

    Vita kembali ke rumah Baskoro setelah dokter mengizinkan dia pulang dari rumah sakit. Sejak Vita dirawat sampai pulang, Surya selalu memberi perhatian walau sering diabaikan oleh sang istri. Namun pria itu tak mau menyerah begitu saja untuk mengambil hati istri yang pernah disakitinya. Walaupun Surya sudah menunjukkan perubahannya, Vita tetap bersikeras untuk bercerai. Sejak awal Surya memang tidak mau berpisah dengan istrinya. Dia ingin mempertahankan pernikahan mereka. Surya menunjukkan kesungguhannya dengan meninggalkan Ike dan tidak pernah berhubungan lagi dengan teman kuliahnya itu. Dia juga janji akan bekerja di perusahaan yang direkomendasikan oleh Satrio demi masa depan mereka meskipun harus tinggal di luar Pulau Jawa. Orang tua dari kedua belah pihak sudah berusaha menasihati dan menengahi permasalahan antara Vita dan Surya. Namun Vita tetap pada pendiriannya. Dia ingin bercerai dari Surya. Vita sudah tidak bisa percaya lagi pada suaminya jadi percuma kalau tetap bersama t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status