Share

Bab 146

Penulis: Kokoro No Tomo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 23:27:53

“Perkenalkan saya Krisna, papanya Bhumi, ehm maksud saya Satrio.” Krisna memperkenalkan diri saat bertemu dan berjabat tangan dengan Baskoro.

“Salam kenal, Pak Krisna. Saya Baskoro, bapaknya Isha,” balas Baskoro tak kalah ramah.

“Saya Laksmi, mamanya Satrio.” Gantian wanita paruh baya berpenampilan anggun yang memperkenalkan diri pada Baskoro. Selanjutnya disambung oleh Bisma dan Nila.

Kedua keluarga itu akhirnya bertemu di ruangan privat salah satu restoran ternama setelah Satrio mengatur semuanya. Sebelum bertemu dengan keluarga Isha, pria berambut ikal itu memberi tahu keluarganya kalau selama ini dia dikenal sebagai Satrio, bukan Bhumi. Karena itu dia meminta keluarganya menyesuaikan panggilan padanya.

Setelah kedua keluarga saling bersalaman dan memperkenalkan diri, mereka mengobrol sambil menyantap hidangan yang sudah disajikan di atas meja sesuai yang dipesan oleh Satrio. Dia sengaja memesan terlebih dahulu agar tidak terlalu lama menunggu, dan dimanfaatkan oleh Lina maupun Vi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kokoro No Tomo
makasih, Kak
goodnovel comment avatar
ida
kok cuma satu bab….. semangat lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 147

    “Kayanya keluarga Bang Satrio mau menyaingi resepsiku kemarin, Bu,” lontar Vita saat mereka dalam perjalanan pulang.“Menyaingi gimana maksudmu, Vit?” tanya Lina.“Ya, mau nunjukin kalau mereka bisa mengadakan resepsi yang lebih bagus dari kita, Bu. Tadi ‘kan mamanya Bang Satrio bilang mereka bikin acaranya dua sesi. Terus juga tempatnya di hotel bintang lima. Lihat ini undangannya aja mewah gini.” Vita menunjukkan undangan resepsi yang tadi diberikan oleh Laksmi.“Ibu belum pernah lihat undangan kaya gini,” cetus Lina.“Aku juga belum pernah, Bu. Desain dan temanya memang beda dari yang lain. Ini ada kartu buat masuk sama ambil suvenir. Kalau ga bawa kartu ini, ga boleh masuk. Undangannya juga berlaku buat dua orang saja.” Vita menyebutkan isi yang ada dalam undangan.“Kalau undangannya cuma berlaku buat dua orang, ga bisa ngajak yang lain dong. Perhitungan banget sih mereka batesin jumlah orang tiap undangan. Biasanya juga satu undangan itu, satu rumah yang datang,” protes Lina.“Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 148

    Isha membelalakkan begitu mendengar tawaran dari suaminya. “Apa? Keliling Eropa, Bang?”Satrio mengangguk. “Iya. Mau ‘kan?”“Berapa hari itu?” tanya Isha kemudian.“Gimana kalau sebulan? Biar kita puas jalan-jalannya,” jawab Satrio dengan senyum di wajahnya.“Hah! Sebulan? Apa ga kelamaan, Bang?” tukas Isha.“Enggak. Banyak yang liburan lebih dari itu. Lagian Abang juga ga murni liburan, Dek. Sambil ngurus kerjaan dan ketemu sama orang di sana,” lontar Satrio.“Aku pikir-pikir dulu, Bang,” putus Isha.“Apa yang harus dipikirkan lagi, Dek? Biaya? Itu bukan masalah. Mau keliling dunia juga uang Abang masih cukup kok.” Satrio tak suka dengan keputusan istrinya.“Aku percaya Bang Satrio punya banyak uang. Tapi bukan itu yang aku pikirkan,” sanggah wanita yang sedang hamil itu.“Terus apa yang jadi beban pikiran, Dek Isha?” Satrio menyelipkan anak rambut Isha ke belakang telinga.“Aku ‘kan belum punya paspor, Bang. Lagian aku juga sedang hamil muda. Memangnya boleh pergi jauh?” Isha akhirn

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 149

    “Bagaimana kabarnya, Pak?” sapa Krisna kala bersalaman dengan Baskoro di restoran.“Alhamdulillah baik. Terima kasih, Pak, kami sudah disewakan kamar yang bagus dan diajak makan malam di sini,” balas Baskoro.“Semoga Pak Baskoro dan keluarga, nyaman dengan kamarnya,” lontar Krisna.“Alhamdulillah kamarnya sangat nyaman, Pak. Kalau kelamaan menginap di sini, saya takut jadi betah,” seloroh Baskoro yang diikuti dengan tawa.“Pak Baskoro, bisa saja. Ayo duduk, Pak. Langsung saja pilih menu yang akan dipesan,” ujar Krisna.Begitu melihat buku menu, Baskoro malah bingung mau pesan apa. Apalagi harga makanannya tidak ada yang murah. “Is, tolong kamu pesankan yang menurutmu cocok untuk bapak,” pintanya pada Isha.“Ya, Pak,” sahut Isha yang langsung memilihkan makanan untuk sang bapak. Dia tahu bapaknya tidak akan memanfaatkan kesempatan seperti ibu dan adik tirinya. Selain itu Baskoro juga takut membuang-buang makanan karena tidak cocok dengan lidahnya.“Masa milih makanan sendiri ga bisa, P

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 150

    “Mbak, ini bagian perut terlalu sesak, bisa ‘kan dilonggarkan?” Vita berkata pada karyawan sang desainer yang malam itu bertugas mengepas pakaian keluarga Isha. “Bisa, Kak. Mau dilonggarkan seberapa?” tanya karyawan tersebut. “Satu senti kanan, satu senti kiri,” jawab Vita yang perutnya sudah mulai terlihat membesar. “Kamu tambah gemuk, Vit?” Lina bertanya pada putrinya tanpa basa-basi. “Aku ‘kan lagi hamil, Bu. Wajar dong perutku tambah besar,” sahut Vita. “Iya sih. Biasanya tiga bulan itu masih belum kelihatan loh, tapi punyamu kok udah ya, Vit.” Lina mengungkapkan rasa herannya. “Hamil tiap orang ‘kan beda-beda, Bu. Apalagi aku ‘kan ga ngalamin muntah kaya Mbak Isha.” Untung Vita langsung bisa mencari alasan yang masuk akal. “Kalau orangnya kurus biasanya memang lebih cepat kelihatan, Bu. Beda kalau gemuk, kadang ga kelihatan kalau sedang hamil muda.” Karyawan yang tadi ikut menimpali. “Nah, dengar tuh, Bu, apa yang dikatakan sama Mbaknya.” Vita merasa senang karena ada yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 151

    "Masya Allah ada bidadari surga yang turun ke bumi," puji Satrio kala melihat istrinya yang sudah selesai dirias dan mengenakan gaun, hijab, serta aksesorinya. "Apaan sih, Bang. Ga usah lebai," sahut Isha dengan malu-malu."Siapa yang lebai, Dek? Abang ngomong jujur kok. Kalau Dek Isha, ga percaya tanya sama semua yang ada di sini," sanggah Satrio yang masih belum berganti pakaian karena baru saja mengecek persiapan di hall."Ga usah aneh-aneh, Bang," tegur Isha.Tiba-tiba Satrio menepuk tangan tiga kali. "Mohon perhatian semuanya!"Seketika perhatian orang-orang yang ada di kamar presidential suite tersebut tertuju pada pria berambut ikal itu."Bagaimana penampilan istri saya? Bukankah secantik bidadari?" ucapnya kemudian. Hal itu membuat Isha jadi salah tingkah dan tersipu malu."Istrimu memang secantik bidadari. Tidak diragukan lagi," sahut sang desainer kondang yang tadi ikut merapikan penampilan Isha."Ya, benar," sahut orang-orang yang di sana."Tuh, dengar 'kan apa yang mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 152

    Wajah Satrio yang awalnya semringah langsung berubah datar begitu mendengar suara wanita tadi. “Bagaimana kamu bisa masuk ke sini? Seingatku tidak ada undangan untukmu,” cecar Satrio.Wanita itu tersenyum lebar. “Kamu lupa kalau circle pertemanan kita sama? Aku tinggal datang dengan yang dapat undangan. Gampang ‘kan?” ucapnya santai.“Untuk apa kamu datang ke sini?” Satrio menatap wanita itu tajam.“Tentu saja aku ingin melihat wanita yang bisa meluluhkan hatimu," aku wanita tersebut dengan jujur. "Dia yang bersamamu di restoran waktu itu 'kan?” “Siapa wanita yang kunikahi bukan urusanmu!” timpal Satrio dengan ketus.“Tentu saja jadi urusanku. Karena dia, kamu sudah tidak mau lagi dekat denganku,” tukas wanita berpakaian seksi itu dengan penuh percaya diri.Satrio tersenyum sinis. “Dengar ya, Gwen! Dari dulu sampai sekarang aku sama sekali tidak tertarik denganmu. Aku bersikap baik padamu hanya sebagai bentuk sopan santun. Tidak lebih!” tandasnya.“Sebaiknya kamu segera pergi atau ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 153

    “Bang, beneran itu tadi Pak Presiden?” Isha berbisik pada Satrio saat sang kepala negara sudah meninggalkan pelaminan.Satrio mengangguk. “Kenapa memangnya, Dek?” “Ga nyangka aja bisa ketemu Pak Presiden. Dulu cuma bisa lihat di TV, sekarang bisa salaman, malah didoakan juga tadi,” jawab Isha dengan wajah semringah. Sebagai warga biasa tentu saja dia merasa bangga dan bahagia bisa bertemu langsung dengan presiden.Pria berambut ikal itu tersenyum. “Ke depannya kita akan sering bertemu beliau, wapres, dan menteri-menteri, Dek,” ucapnya.Isha menutup mulut dengan tangan begitu mendengar ucapan suaminya. “Beneran, Bang?” tanyanya kemudian.Satrio mengangguk. “Dek, itu tamu-tamu sudah mulai naik. Ayo, siap-siap salaman lagi.” Dia menunjuk barisan tamu yang mulai berjalan kembali. Mereka tadi dihentikan oleh satuan keamanan untuk memberi waktu pada presiden memberi selamat pada orang tua dan kedua mempelai.Sementara itu di sisi lain hall, Vita dan Surya duduk di kursi yang disediakan khu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 154

    “Pegal juga berdiri dan salaman sama banyak orang. Belum lagi harus terus tersenyum, bibir ikutan pegal,” keluh Lina begitu bertemu dengan Vita.“Ya, mau gimana lagi, Bu. Tamunya ‘kan jauh lebih banyak dari resepsiku dulu. Setidaknya Ibu ‘kan bisa salaman dan foto sama presiden dan wakilnya,” sahut Vita yang coba membangkitkan semangat sang ibu.Lina seketika tersenyum kala ingat apa yang dikatakan putrinya. “Ibu harus minta foto waktu bareng Pak Presiden dan Wakil Presiden nih sama fotografernya,” cetusnya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling hall.“Ibu, cari siapa?” kepo Vita.“Cari fotografer. Kamu lihat ga, Vit? Ibu mau cepat-cepat pamer,” aku wanita paruh baya itu.“Mungkin lagi makan, Bu. Coba tanya aja sama timnya yang lagi beresin perlengkapan mereka,” timpal Vita seraya menunjuk seorang pria dengan kemeja yang bagian belakangnya bertuliskan nama sang fotografer.“Ibu ke sana dulu ya.” Lina pun gegas bangkit dan pergi menghampiri pria tersebut.“Ibu mau ke mana itu, Vit?

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 209

    "Jangan bicara sembarangan, Vit. Kamu 'kan yang tadi minta tanganmu dilepaskan? Kamu mungkin yang malah mau menggugurkan kandungan. Pas aku lepasin tanganmu kok terus jatuh." Surya membela diri karena tak terima dituduh mencelakai Vita."Apa? Bisa-bisanya kamu malah balik menuduhku, Mas. Sejak tahu hamil, aku bersikeras mempertahankan anak ini. Jadi mana mungkin aku mau menggugurkannya," sergah Vita yang juga tak terima dituduh oleh suaminya.Surya mendengkus. "Makanya jangan suka asal tuduh! Kamu ga terima 'kan dituduh balik?""Soalnya aku ga seperti yang kamu tuduhkan, Mas," timpal Vita."Kamu pikir aku seberengsek itu sampai mau melenyapkan darah dagingku sendiri? Hilangkan pemikiran gilamu itu, Vit!" lontar Surya."Siapa tahu 'kan memang begitu biar kamu cepat bisa bersama pelakor itu!" sindir Vita.Surya mengacak rambutnya karena merasa frustrasi menghadapi Vita. Niatnya ingin memberi perhatian malah mendapat tuduhan yang menyakitkan. Saat dia akan kembali menanggapi istrinya, se

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Ban 208

    “Bagaimana keadaan istri saya, Sus?” tanya Surya saat melihat perawat keluar dari bilik pemeriksaan Vita. Setelah jatuh, wanita yang sedang hamil itu mengalami pendarahan. Dia pun langsung dibawa ke rumah sakit oleh Surya dan kedua mertuanya.“Istri Bapak masih diobservasi oleh dokter. Nanti kalau sudah selesai pemeriksaannya, Bapak, akan dipanggil. Mohon ditunggu dan tolong dibantu dengan doa karena pendarahannya lumayan banyak,” jawab sang perawat.“Baik, Sus. Terima kasih.” Surya lantas melangkah keluar dari IGD dengan lesu. Ada sesal dan rasa bersalah di hatinya begitu mendengar jawaban dari perawat tadi. Dia lalu duduk di ruang tunggu yang memang disediakan untuk keluarga pasien. “Kamu sudah menghubungi Pak Baskoro atau Bu Lina?” tanya mama Surya pada putranya.“Belum, Ma,” jawab Surya.“Kenapa belum? Sebaiknya kamu segera hubungi salah satu dari mereka biar kita ga disalahkan kalau terjadi sesuatu sama Vita dan kandungannya,” saran sang mama.“Ya, Ma.” Surya kemudian mengambil

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 207

    “Untuk sementara ini aku ga bisa ikut rapat atau ketemu kamu dulu sampai situasinya kembali kondusif, Ke. Kamu tahu ‘kan video kita jadi viral dan berimbas ke banyak hal?” cakap Surya saat Ike menghubunginya. “Makanya aku ga berani keluar dari apartemen tanpa penyamaran, Ya. Aku juga ga berani buka medsosku. Semua komennya ngatain aku yang jelek-jelek,” keluh Ike dari seberang telepon.“Sabar aja dulu, Ke. Mau gimana lagi semua udah terjadi. Memang Vita sama ibunya itu ga mikir panjang kalau melakukan sesuatu. Banyak yang kena imbas gara-gara video itu,” timpal Surya.“Oh jadi ternyata kamu diam-diam sering teleponan sama pelakor itu, Mas? Kamu juga masih terus nyalahin aku sama Ibu padahal yang jelas salah sudah selingkuh itu kamu?” tukas Vita yang tanpa sengaja mendengar ucapan suaminya. Niatnya mencari Surya untuk membicarakan soal pemecatannya, tapi malah memergoki pria itu sedang berbicara di telepon dengan Ike.Surya sontak menoleh dan langsung mengakhiri panggilannya dengan Ik

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 206

    "Vita!" teriak Surya saat melihat istrinya yang baru pulang dari kantor. Dia tadi langsung pergi menemui Satrio setelah mendapat surat pemecatan dari HRD dan tidak kembali ke kantor sesudah itu. Jadi Vita pulang sendiri dengan ojol."Kenapa sih teriak-teriak gitu, Mas? Aku ga budek ya," protes Vita begitu bertemu dengan suaminya."Gara-gara video yang direkam ibumu, aku dipecat! Puas, kamu sekarang?" Surya menatap nyalang wanita yang masih berstatus istrinya itu."Apa? Mas Surya, dipecat? Jangan bercanda, Mas!" Vita tampak terkejut dan tak percaya."Siapa juga yang bercanda? Baca ini!" Surya melempar surat pemecatannya ke wajah Vita.Wanita yang sedang hamil itu kembali terkejut. Untung tangannya refleks meraih surat tersebut hingga tidak jatuh ke lantai. Vita pun gegas membaca tulisan yang tertera di sana. "Kok bisa, Mas Surya, dipecat? Memangnya HRD tidak tahu kalau Mas Surya adik iparnya presdir Digdaya Grup?" Vita menatap suaminya."Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu! Aku tadi

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 205

    “Apa? Saya dipecat?” teriak Surya setelah manajer HRD memberikan surat pemecatan padanya.Manajer HRD itu mengangguk. “Seperti yang tertulis dalam surat itu. Walaupun sudah mencemarkan nama baik perusahaan, kamu akan tetap mendapat pesangon dan uang penghargaan,” jelasnya.“Saya mengaku kalau salah, tapi yang menyebarkan video bukan saya, Pak. Kalau jabatan diturunkan atau dimutasi ke kantor lain, saya bisa terima. Tapi saya tidak terima kalau dipecat.” Surya membela diri.“Walaupun bukan kamu yang menyebarkan, tapi video itu sudah mencemarkan nama baik perusahaan. Kemarin, HRD, para manajer divisi lain dan juga pimpinan sudah membahas kasusmu ini. Dan semua sepakat kamu dipecat,” terang sang manajer HRD.“Kalau saya dipecat, harusnya istri saya juga, Pak. Kalau bukan dia, pasti ibunya yang menyebarkan video itu. Masa cuma saya yang dipecat, yang menyebarkan tidak mendapat sanksi,” protes Surya.“Apa kamu punya bukti kalau istrimu yang menyebarkan video itu?” Manajer HRD menatap Surya

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 204

    “Kalau begitu aku pulang ke rumah orang tuaku saja, Mas. Kamu bisa jemput aku kalau sudah membuat keputusan,” tegas Vita karena suaminya terlihat ragu memenuhi syaratnya.“Vit, kalian masih suami istri dan masalah ini masih bisa diselesaikan tanpa harus pisah rumah. Sebaiknya kamu tetap tinggal di sini, pisah kamar gapapa asal masih satu rumah biar komunikasi kalian tetap mudah,” lontar mama Surya.“Mama dan Papa nanti akan bicara sama Surya. Kamu tenang saja.” Mama Surya berusaha membujuk sang menantu.“Bagaimana menurut Bapak dan Ibu?” Vita meminta pendapat kedua orang tuanya.“Memang sebaiknya kalian tetap satu rumah meskipun ada masalah, karena lari tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi keputusan tetap tinggal di sini atau ikut kami pulang itu terserah kamu. Kami tidak akan ikut campur karena kamu yang lebih tahu mana yang terbaik buat kalian,” tutur Baskoro dengan bijak.Vita menghela napas panjang. Dia menatap Surya yang duduk menyandar di sofa sambil memejamkan mata. Wajah pri

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 203

    “Jadi selama ini kamu bohongi aku, Mas? Pamitnya ketemu teman-teman kuliah buat bahas reuni, tapi ternyata reuni berdua di apartemen?” Vita membuka pembicaraan saat mereka sudah tiba di rumah orang tua Surya. Mereka sengaja bicara di sana agar kedua orang tau Surya juga tahu permasalahan yang ada, tidak hanya orang tua Vita.“Sebenarnya ada apa ini?” tanya mama Surya yang merasa penasaran karena kedua besannya tiba-tiba datang ke rumah berbarengan dengan putranya dan Vita.“Mas Surya selingkuh sama teman kuliahnya, Ma. Aku tadi memergoki mereka di apartemen selingkuhannya,” jawab Vita tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada Surya.“Apa? Selingkuh?” Mama Surya tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Begitu juga papanya.“Surya, apa benar apa yang dikatakan Vita?” Papa Surya langsung bertanya pada sang putra.“Aku khilaf, Pak,” sahut Surya sambil menunduk. Lebih baik dia mencari jawaban yang aman agar tidak mendapat amukan dari kedua orang tuanya.“Apa? Kamu bilang khilaf, Mas? Kalau

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 202

    “Ya, apa istrimu ga curiga kamu tiap hari pergi?” tanya Ike saat Surya memberi sentuhan di lehernya.Surya sontak menghentikan kegiatannya. Dia mengangkat kepala lantas menatap wanita yang berbaring di bawahnya. “Bisa ga kamu jangan ngomongin dia kalau kita sedang bersama, Ke? Bikin ilang mood aja!” protesnya.Ike tersenyum lantas mengelus wajah Surya dengan tangan kanannya. “Kenapa? Aku ‘kan cuma ngomongin apa yang ada di pikiranku,” timpalnya.“Kalau jadi istrimu, aku pasti curiga karena kamu sering pergi dari pagi sampai malam di hari libur,” sambung wanita yang mengenakan lingerie berwarna hitam itu.Surya menegakkan badan. Dia menyugar rambutnya yang berantakan karena ulah tangan Ike saat mereka tadi berciuman. “Kalau kamu ngomongin itu terus, lebih baik aku pulang saja,” ucapnya.“Eh, mau ke mana?” Ike menahan tangan Surya saat pria itu akan berdiri.“Pulang,” sahut Surya dengan dingin.“Kamu ngambek beneran, Ya?” Ike bangun lalu duduk menghadap Surya. “Ya udah, aku ga akan ngo

  • Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan   Bab 201

    “Astaghfirullah.” Isha mengucap istighfar berulang kali sambil mengelus dada. Dia syok setelah Satrio mengungkap hasil sementara penyelidikan Surya. “Dek, tolong rahasiakan ini dari siapa pun. Nanti kalau penyelidikannya sudah selesai, baru kita kasih tahu Vita dengan didampingi Bapak dan Ibu atau salah satu dari mereka karena Vita butuh dukungan dari orang terdekat untuk menghadapi dan menerima kenyataan,” pinta Satrio.Isha mengangguk. “Iya, Bang. Aku ga nyangka ternyata Surya bisa setega itu sama Vita. Padahal mereka udah pacaran lama dan belum lama nikah, tapi kok sudah selingkuh aja. Mana si Vita lagi hamil juga,” cetusnya.“Aku bisa bayangin gimana hancurnya perasaan Vita setelah tahu Surya selingkuh. Aku yang ga ngalamin aja rasanya sakit banget, apalagi dia.” Isha lantas menoleh pada suaminya. “Setiap hari aku selalu berdoa semoga Allah selalu menjaga hati dan pandangan Bang Satrio dari hal-hal yang haram. Dan kita bisa jadi pasangan tidak hanya di dunia, tapi juga di akhira

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status