"Masya Allah ada bidadari surga yang turun ke bumi," puji Satrio kala melihat istrinya yang sudah selesai dirias dan mengenakan gaun, hijab, serta aksesorinya. "Apaan sih, Bang. Ga usah lebai," sahut Isha dengan malu-malu."Siapa yang lebai, Dek? Abang ngomong jujur kok. Kalau Dek Isha, ga percaya tanya sama semua yang ada di sini," sanggah Satrio yang masih belum berganti pakaian karena baru saja mengecek persiapan di hall."Ga usah aneh-aneh, Bang," tegur Isha.Tiba-tiba Satrio menepuk tangan tiga kali. "Mohon perhatian semuanya!"Seketika perhatian orang-orang yang ada di kamar presidential suite tersebut tertuju pada pria berambut ikal itu."Bagaimana penampilan istri saya? Bukankah secantik bidadari?" ucapnya kemudian. Hal itu membuat Isha jadi salah tingkah dan tersipu malu."Istrimu memang secantik bidadari. Tidak diragukan lagi," sahut sang desainer kondang yang tadi ikut merapikan penampilan Isha."Ya, benar," sahut orang-orang yang di sana."Tuh, dengar 'kan apa yang mereka
Wajah Satrio yang awalnya semringah langsung berubah datar begitu mendengar suara wanita tadi. “Bagaimana kamu bisa masuk ke sini? Seingatku tidak ada undangan untukmu,” cecar Satrio.Wanita itu tersenyum lebar. “Kamu lupa kalau circle pertemanan kita sama? Aku tinggal datang dengan yang dapat undangan. Gampang ‘kan?” ucapnya santai.“Untuk apa kamu datang ke sini?” Satrio menatap wanita itu tajam.“Tentu saja aku ingin melihat wanita yang bisa meluluhkan hatimu," aku wanita tersebut dengan jujur. "Dia yang bersamamu di restoran waktu itu 'kan?” “Siapa wanita yang kunikahi bukan urusanmu!” timpal Satrio dengan ketus.“Tentu saja jadi urusanku. Karena dia, kamu sudah tidak mau lagi dekat denganku,” tukas wanita berpakaian seksi itu dengan penuh percaya diri.Satrio tersenyum sinis. “Dengar ya, Gwen! Dari dulu sampai sekarang aku sama sekali tidak tertarik denganmu. Aku bersikap baik padamu hanya sebagai bentuk sopan santun. Tidak lebih!” tandasnya.“Sebaiknya kamu segera pergi atau ak
“Bang, beneran itu tadi Pak Presiden?” Isha berbisik pada Satrio saat sang kepala negara sudah meninggalkan pelaminan.Satrio mengangguk. “Kenapa memangnya, Dek?” “Ga nyangka aja bisa ketemu Pak Presiden. Dulu cuma bisa lihat di TV, sekarang bisa salaman, malah didoakan juga tadi,” jawab Isha dengan wajah semringah. Sebagai warga biasa tentu saja dia merasa bangga dan bahagia bisa bertemu langsung dengan presiden.Pria berambut ikal itu tersenyum. “Ke depannya kita akan sering bertemu beliau, wapres, dan menteri-menteri, Dek,” ucapnya.Isha menutup mulut dengan tangan begitu mendengar ucapan suaminya. “Beneran, Bang?” tanyanya kemudian.Satrio mengangguk. “Dek, itu tamu-tamu sudah mulai naik. Ayo, siap-siap salaman lagi.” Dia menunjuk barisan tamu yang mulai berjalan kembali. Mereka tadi dihentikan oleh satuan keamanan untuk memberi waktu pada presiden memberi selamat pada orang tua dan kedua mempelai.Sementara itu di sisi lain hall, Vita dan Surya duduk di kursi yang disediakan khu
“Pegal juga berdiri dan salaman sama banyak orang. Belum lagi harus terus tersenyum, bibir ikutan pegal,” keluh Lina begitu bertemu dengan Vita.“Ya, mau gimana lagi, Bu. Tamunya ‘kan jauh lebih banyak dari resepsiku dulu. Setidaknya Ibu ‘kan bisa salaman dan foto sama presiden dan wakilnya,” sahut Vita yang coba membangkitkan semangat sang ibu.Lina seketika tersenyum kala ingat apa yang dikatakan putrinya. “Ibu harus minta foto waktu bareng Pak Presiden dan Wakil Presiden nih sama fotografernya,” cetusnya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling hall.“Ibu, cari siapa?” kepo Vita.“Cari fotografer. Kamu lihat ga, Vit? Ibu mau cepat-cepat pamer,” aku wanita paruh baya itu.“Mungkin lagi makan, Bu. Coba tanya aja sama timnya yang lagi beresin perlengkapan mereka,” timpal Vita seraya menunjuk seorang pria dengan kemeja yang bagian belakangnya bertuliskan nama sang fotografer.“Ibu ke sana dulu ya.” Lina pun gegas bangkit dan pergi menghampiri pria tersebut.“Ibu mau ke mana itu, Vit?
Vita sependapat kalau hidup itu tidak hanya butuh cinta karena yang paling penting punya harta. Kalau modal cinta tanpa harta, gimana mau bahagia? Terbukti sekarang, dia harus menahan diri kalau ingin sesuatu karena Surya tak bisa memenuhi keinginannya. Salahnya juga dahulu memaksa Surya membeli rumah biar setelah menikah menikah bisa tinggal di rumah sendiri. Nyatanya sampai sekarang malah rumah yang dibeli belum jadi.Wanita yang sedang hamil muda itu menghela napas. “Belum tentu juga Bang Satrio mau nikah sama aku, Bu,” ucapnya kemudian.“Pasti maulah. Buktinya pas digerebek sama Isha langsung mau dia. Asal warga kompak minta kalian nikah, pasti Satrio mau. Ibu benar-benar menyesal. Harusnya kamu yang datang ke kontrakan Satrio, bukan Isha.” Lina kembali menyesali apa yang sudah dia lakukan beberapa bulan yang lalu.“Ibu ‘kan yang merencanakan semuanya, aku cuma ikut saja. Waktu itu kita sengaja pergi ke rumah Mas Surya sampai malam biar Mbak Isha tidak bisa masuk rumah. Ibu yang
Satrio sontak menghentikan kegiatannya, lantas balas menatap sang belahan jiwa. “Astaghfirullah. Bukan seperti, Dek. Jangan salah paham,” sanggahnya cepat. “Kayanya Abang pernah cerita kalau Abang naksir Dek Isha sudah lama. Jauh sebelum kita digerebek warga. Abang pindah ke kontrakan yang dekat sama rumah Bapak ‘kan biar bisa sering melihat dan ketemu Dek Isha. Cuma memang Abang ga mau terang-terangan kelihatan lagi pedekate,” beber Satrio. “Alasan Abang mau menikah dengan Dek Isha tentu saja karena cinta. Kalau ga cinta, Abang ga akan mau. Mending Abang diusir dari kontrakan daripada dipaksa menikah sama orang yang ga Abang cintai,” sambung pria berambut ikal itu. Dia meraih kedua tangan istrinya lalu menggenggamnya erat. “Dan secara kebetulan, kriteria yang disyaratkan Kakek ada dalam diri Dek Isha. Demi Allah, Abang cinta sama Dek Isha sejak pertama kali Abang melihat Dek Isha. Sebenarnya Abang sedang menyusun rencana untuk melamar Dek Isha, eh malah sudah keduluan digerebek wa
“Beb, aku ingin kita extend satu hari lagi di sini,” ucap Vita pada suaminya saat mereka duduk menyandar di tempat tidur sambil menonton televisi.“Memangnya kamu sudah bilang sama Mbak Isha atau Bang Satrio?” Surya balik bertanya.Vita menggeleng. “Maksudku kita pakai uang sendiri, Beb. Kalau bilang sama Mbak Isha pasti ga dibolehin sama dia. Ntar aku dibilang ga tahu diri.”Surya menghela napas panjang. “Beb, ingat ‘kan kita harus nabung buat biaya lahiran? Nambah menginap semalam di sini itu lumayan lho harganya. Belum untuk makan. Kalau kamu masih mau extend, ya bilang sama Mbak Isha atau Bang Satrio, siapa tahu mereka mau membantu,” timpalnya.Vita mengerucutkan bibir. “Harusnya kita ga usah nikah dulu kalau kondisi ekonomi belum stabil. Mau apa-apa selalu ga ada uang,” keluhnya.Rahang Surya seketika mengeras. Dia mencengkeram lengan Vita dan membuat istrinya itu menatapnya. “Kamu menyesal nikah sama aku? Siapa yang dulu minta dinikahi cepat-cepat dan minta beli rumah? Aku udah
“Maksudmu apa, Vit? Jangan sembarangan bicara! Ibu saja terakhir bertemu Surya tadi malam dan tidak bicara apa-apa.” Lina memandang putri kandungnya dengan tatapan heran.“Ibu memang ga bicara sama Mas Surya, tapi sama aku,” tukas Vita.“Terus gimana ceritanya kamu bisa nyalahin Ibu?” Kerutan di kening Lina semakin dalam.“Gara-gara Ibu ngomong menyesal menjebak Mbak Isha dengan Bang Satrio, dan juga kebahagiaan bisa didapat dengan harta bukan cinta. Aku jadi bilang sama Mas Surya kalau harusnya kami ga nikah dulu sebelum keadaan ekonomi stabil, ga kaya sekarang mau apa-apa ga punya uang. Setelah itu Mas Surya marah dan pergi ninggalin aku,” jawab Vita.“Lagian kenapa kamu ngomong seperti itu sama Surya, Vit? Bukannya kamu yang minta cepat-cepat nikah sama minta dibeliin rumah? Kamu juga selalu ga mau keluar uang kalau mau apa-apa. Wajar kalau Surya marah,” timpal Lina yang tak mau disalahkan begitu saja.“Tapi itu ‘kan gara-gara Ibu ngomong lebih baik aku nikah sama Bang Satrio darip
"Jangan bicara sembarangan, Vit. Kamu 'kan yang tadi minta tanganmu dilepaskan? Kamu mungkin yang malah mau menggugurkan kandungan. Pas aku lepasin tanganmu kok terus jatuh." Surya membela diri karena tak terima dituduh mencelakai Vita."Apa? Bisa-bisanya kamu malah balik menuduhku, Mas. Sejak tahu hamil, aku bersikeras mempertahankan anak ini. Jadi mana mungkin aku mau menggugurkannya," sergah Vita yang juga tak terima dituduh oleh suaminya.Surya mendengkus. "Makanya jangan suka asal tuduh! Kamu ga terima 'kan dituduh balik?""Soalnya aku ga seperti yang kamu tuduhkan, Mas," timpal Vita."Kamu pikir aku seberengsek itu sampai mau melenyapkan darah dagingku sendiri? Hilangkan pemikiran gilamu itu, Vit!" lontar Surya."Siapa tahu 'kan memang begitu biar kamu cepat bisa bersama pelakor itu!" sindir Vita.Surya mengacak rambutnya karena merasa frustrasi menghadapi Vita. Niatnya ingin memberi perhatian malah mendapat tuduhan yang menyakitkan. Saat dia akan kembali menanggapi istrinya, se
“Bagaimana keadaan istri saya, Sus?” tanya Surya saat melihat perawat keluar dari bilik pemeriksaan Vita. Setelah jatuh, wanita yang sedang hamil itu mengalami pendarahan. Dia pun langsung dibawa ke rumah sakit oleh Surya dan kedua mertuanya.“Istri Bapak masih diobservasi oleh dokter. Nanti kalau sudah selesai pemeriksaannya, Bapak, akan dipanggil. Mohon ditunggu dan tolong dibantu dengan doa karena pendarahannya lumayan banyak,” jawab sang perawat.“Baik, Sus. Terima kasih.” Surya lantas melangkah keluar dari IGD dengan lesu. Ada sesal dan rasa bersalah di hatinya begitu mendengar jawaban dari perawat tadi. Dia lalu duduk di ruang tunggu yang memang disediakan untuk keluarga pasien. “Kamu sudah menghubungi Pak Baskoro atau Bu Lina?” tanya mama Surya pada putranya.“Belum, Ma,” jawab Surya.“Kenapa belum? Sebaiknya kamu segera hubungi salah satu dari mereka biar kita ga disalahkan kalau terjadi sesuatu sama Vita dan kandungannya,” saran sang mama.“Ya, Ma.” Surya kemudian mengambil
“Untuk sementara ini aku ga bisa ikut rapat atau ketemu kamu dulu sampai situasinya kembali kondusif, Ke. Kamu tahu ‘kan video kita jadi viral dan berimbas ke banyak hal?” cakap Surya saat Ike menghubunginya. “Makanya aku ga berani keluar dari apartemen tanpa penyamaran, Ya. Aku juga ga berani buka medsosku. Semua komennya ngatain aku yang jelek-jelek,” keluh Ike dari seberang telepon.“Sabar aja dulu, Ke. Mau gimana lagi semua udah terjadi. Memang Vita sama ibunya itu ga mikir panjang kalau melakukan sesuatu. Banyak yang kena imbas gara-gara video itu,” timpal Surya.“Oh jadi ternyata kamu diam-diam sering teleponan sama pelakor itu, Mas? Kamu juga masih terus nyalahin aku sama Ibu padahal yang jelas salah sudah selingkuh itu kamu?” tukas Vita yang tanpa sengaja mendengar ucapan suaminya. Niatnya mencari Surya untuk membicarakan soal pemecatannya, tapi malah memergoki pria itu sedang berbicara di telepon dengan Ike.Surya sontak menoleh dan langsung mengakhiri panggilannya dengan Ik
"Vita!" teriak Surya saat melihat istrinya yang baru pulang dari kantor. Dia tadi langsung pergi menemui Satrio setelah mendapat surat pemecatan dari HRD dan tidak kembali ke kantor sesudah itu. Jadi Vita pulang sendiri dengan ojol."Kenapa sih teriak-teriak gitu, Mas? Aku ga budek ya," protes Vita begitu bertemu dengan suaminya."Gara-gara video yang direkam ibumu, aku dipecat! Puas, kamu sekarang?" Surya menatap nyalang wanita yang masih berstatus istrinya itu."Apa? Mas Surya, dipecat? Jangan bercanda, Mas!" Vita tampak terkejut dan tak percaya."Siapa juga yang bercanda? Baca ini!" Surya melempar surat pemecatannya ke wajah Vita.Wanita yang sedang hamil itu kembali terkejut. Untung tangannya refleks meraih surat tersebut hingga tidak jatuh ke lantai. Vita pun gegas membaca tulisan yang tertera di sana. "Kok bisa, Mas Surya, dipecat? Memangnya HRD tidak tahu kalau Mas Surya adik iparnya presdir Digdaya Grup?" Vita menatap suaminya."Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu! Aku tadi
“Apa? Saya dipecat?” teriak Surya setelah manajer HRD memberikan surat pemecatan padanya.Manajer HRD itu mengangguk. “Seperti yang tertulis dalam surat itu. Walaupun sudah mencemarkan nama baik perusahaan, kamu akan tetap mendapat pesangon dan uang penghargaan,” jelasnya.“Saya mengaku kalau salah, tapi yang menyebarkan video bukan saya, Pak. Kalau jabatan diturunkan atau dimutasi ke kantor lain, saya bisa terima. Tapi saya tidak terima kalau dipecat.” Surya membela diri.“Walaupun bukan kamu yang menyebarkan, tapi video itu sudah mencemarkan nama baik perusahaan. Kemarin, HRD, para manajer divisi lain dan juga pimpinan sudah membahas kasusmu ini. Dan semua sepakat kamu dipecat,” terang sang manajer HRD.“Kalau saya dipecat, harusnya istri saya juga, Pak. Kalau bukan dia, pasti ibunya yang menyebarkan video itu. Masa cuma saya yang dipecat, yang menyebarkan tidak mendapat sanksi,” protes Surya.“Apa kamu punya bukti kalau istrimu yang menyebarkan video itu?” Manajer HRD menatap Surya
“Kalau begitu aku pulang ke rumah orang tuaku saja, Mas. Kamu bisa jemput aku kalau sudah membuat keputusan,” tegas Vita karena suaminya terlihat ragu memenuhi syaratnya.“Vit, kalian masih suami istri dan masalah ini masih bisa diselesaikan tanpa harus pisah rumah. Sebaiknya kamu tetap tinggal di sini, pisah kamar gapapa asal masih satu rumah biar komunikasi kalian tetap mudah,” lontar mama Surya.“Mama dan Papa nanti akan bicara sama Surya. Kamu tenang saja.” Mama Surya berusaha membujuk sang menantu.“Bagaimana menurut Bapak dan Ibu?” Vita meminta pendapat kedua orang tuanya.“Memang sebaiknya kalian tetap satu rumah meskipun ada masalah, karena lari tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi keputusan tetap tinggal di sini atau ikut kami pulang itu terserah kamu. Kami tidak akan ikut campur karena kamu yang lebih tahu mana yang terbaik buat kalian,” tutur Baskoro dengan bijak.Vita menghela napas panjang. Dia menatap Surya yang duduk menyandar di sofa sambil memejamkan mata. Wajah pri
“Jadi selama ini kamu bohongi aku, Mas? Pamitnya ketemu teman-teman kuliah buat bahas reuni, tapi ternyata reuni berdua di apartemen?” Vita membuka pembicaraan saat mereka sudah tiba di rumah orang tua Surya. Mereka sengaja bicara di sana agar kedua orang tau Surya juga tahu permasalahan yang ada, tidak hanya orang tua Vita.“Sebenarnya ada apa ini?” tanya mama Surya yang merasa penasaran karena kedua besannya tiba-tiba datang ke rumah berbarengan dengan putranya dan Vita.“Mas Surya selingkuh sama teman kuliahnya, Ma. Aku tadi memergoki mereka di apartemen selingkuhannya,” jawab Vita tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada Surya.“Apa? Selingkuh?” Mama Surya tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Begitu juga papanya.“Surya, apa benar apa yang dikatakan Vita?” Papa Surya langsung bertanya pada sang putra.“Aku khilaf, Pak,” sahut Surya sambil menunduk. Lebih baik dia mencari jawaban yang aman agar tidak mendapat amukan dari kedua orang tuanya.“Apa? Kamu bilang khilaf, Mas? Kalau
“Ya, apa istrimu ga curiga kamu tiap hari pergi?” tanya Ike saat Surya memberi sentuhan di lehernya.Surya sontak menghentikan kegiatannya. Dia mengangkat kepala lantas menatap wanita yang berbaring di bawahnya. “Bisa ga kamu jangan ngomongin dia kalau kita sedang bersama, Ke? Bikin ilang mood aja!” protesnya.Ike tersenyum lantas mengelus wajah Surya dengan tangan kanannya. “Kenapa? Aku ‘kan cuma ngomongin apa yang ada di pikiranku,” timpalnya.“Kalau jadi istrimu, aku pasti curiga karena kamu sering pergi dari pagi sampai malam di hari libur,” sambung wanita yang mengenakan lingerie berwarna hitam itu.Surya menegakkan badan. Dia menyugar rambutnya yang berantakan karena ulah tangan Ike saat mereka tadi berciuman. “Kalau kamu ngomongin itu terus, lebih baik aku pulang saja,” ucapnya.“Eh, mau ke mana?” Ike menahan tangan Surya saat pria itu akan berdiri.“Pulang,” sahut Surya dengan dingin.“Kamu ngambek beneran, Ya?” Ike bangun lalu duduk menghadap Surya. “Ya udah, aku ga akan ngo
“Astaghfirullah.” Isha mengucap istighfar berulang kali sambil mengelus dada. Dia syok setelah Satrio mengungkap hasil sementara penyelidikan Surya. “Dek, tolong rahasiakan ini dari siapa pun. Nanti kalau penyelidikannya sudah selesai, baru kita kasih tahu Vita dengan didampingi Bapak dan Ibu atau salah satu dari mereka karena Vita butuh dukungan dari orang terdekat untuk menghadapi dan menerima kenyataan,” pinta Satrio.Isha mengangguk. “Iya, Bang. Aku ga nyangka ternyata Surya bisa setega itu sama Vita. Padahal mereka udah pacaran lama dan belum lama nikah, tapi kok sudah selingkuh aja. Mana si Vita lagi hamil juga,” cetusnya.“Aku bisa bayangin gimana hancurnya perasaan Vita setelah tahu Surya selingkuh. Aku yang ga ngalamin aja rasanya sakit banget, apalagi dia.” Isha lantas menoleh pada suaminya. “Setiap hari aku selalu berdoa semoga Allah selalu menjaga hati dan pandangan Bang Satrio dari hal-hal yang haram. Dan kita bisa jadi pasangan tidak hanya di dunia, tapi juga di akhira