Share

Menyingkirkan Citra

Penulis: rafanalfa6819
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-13 10:00:27

***

Sementara di rumah Anita, Citra berkali-kali mengetuk pintu dengan tidak sabaran. Mendengar ketukan yang mulai tidak beraturan, Haryati panik dan takut jika ada orang jahat yang mencoba menganggu mereka lagi.

"Kemana kamu, Nit?" gumam Haryati gelisah. Dia ingin berjalan menuju ruang tamu, tapi kakinya sedikit merasa kesulitan untuk berjalan lebih jauh. Dia berhenti di ambang pintu kamar, kakinya terasa kebas dan terpaksa wanita tua itu kembali ke ranjangnya dengan menahan rasa nyeri yang sangat luar biasa.

"Anita!" teriak Citra sembari terus menggedor pintu.

"Citra?" Haryati bermonolog. "Untuk apa lagi dia kesini? Ck, keturunan Guntur memang tidak punya sopan santun!"

Haryati mengatur debaran napasnya dengan kembali berbaring. Mendengar suara Citra membuat wanita tua itu sedikit merasa lebih tenang. Setidaknya bukan orang asing yang datang, atau orang-orang menakutkan suruhan Cahyo.

Melihat sosok Citra bersandar di pintu rumahnya, Anita segera keluar dari dalam taksi setelah memba
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
rafanalfa6819
Siap, Kak. Tunggu lanjutannya ya
goodnovel comment avatar
Rusmiati Tati
lanjut Thor..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Balasan Awal untuk Sea

    ***Haryati mengusap sudut matanya yang berair ketika melihat Anita yang tengah menangis di depan pintu yang tertutup."Sejak kapan Nenek berdiri di sini? Ayo istirahat, maaf kalau Anita sering keluar akhir-akhir ini, Nek." Anita mengamit lengan Haryati dan membawa wanita tua itu untuk duduk di ruang tamu. Dia sedikit paham, mungkin neneknya merasa jenuh berada di dalam kamar seharian tanpa beraktifitas apapun."Mau Nita buatkan teh hangat?""Tidak perlu, duduklah! Ada yang ingin Nenek bicarakan," pinta Haryati lembut. "Di depan ada Citra?"Anita mengangguk. Dia menundukkan kepala tanpa berani menatap Haryati. Entah mengapa, melihat satu-satunya keluarga yang dia punya justru membuat hati Anita ingin menjerit."Sudah kuusir, Nek. Nenek tenang saja," sahut Anita lemah. "Setelah rumah ini terjual, aku pastikan kita hidup tenang, Nek."Haryati menggenggam jemari Anita dengan sedikit gemetar. Usianya yang menjelang senja membuat tubuhnya terasa sangat lemah."Tidak perlu menjual rumah ini

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menghancurkan Batu dengan Air

    ***"Ak ... aku, kenapa Ayah begitu membela Anita? Bukankah wanita itu pantas mendapatkan semua ini? Dia sudah merebut Mas Bagas, Yah ... dia ... dia yang sudah membuat hatiku sakit!" Gagap Sea mencoba menjawa semua ucapan Tomi. "Dia hanyalah orang baru di hidup kita, tapi Ayah bertindak seakan-akan Anita adalah putri kalian. Tidakkah ada yang memahami sebesar apa perasaanku pada Mas Bagas, hah?"Kedua tangan Tomi mengepal kuat. Tatapan tajam tidak beralih sedikitpun dari wajah Sea yang nampak kesulitan bernapas karena berbicara tanpa jeda. Pandu hanya mempu menggelengkan kepala dan menarik tangan Gina agar sedikit menjauh dari sisi Sea."Masuklah ke kamar, Bu. Biar aku dan Ayah yang mengurus semuanya," bisik Pandu. "Jangan perlihatkan rasa kasihan, Sea memang bersalah dan tidak seharusnya kita mendukung kesalahan bukan?"Gina mengangguk dengan lemah. Dia melangkah menjauhi ruang keluarga dan melesat masuk ke dalam kamar dimana menantu dan cucunya tengah berada. Melihat Sang Mertua be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Mayat Terapung

    ***"Begitu ceritanya, Gas. Pakde benar-benar terima kasih pada Anita, karena hatinya yang begitu luas mau memaafkan Sea."Mendengar cerita yang keluar dari mulut Tomi, Halimah sontak memeluk Anita dengan erat dan berkali-kali mengucapkan rasa terima kasih."Kenapa kamu lakukan ini, Nit? Kamu tau kan kalau aku bisa melawan siapa saja yang mau menggagalkan laporanku pada Sea?" Suara Bagas mendominasi ruang tamu, dia memicingkan mata ke arah Anita yang masih saja sibuk membalas pelukan Halimah."Anita! Jawab aku!"Anita terkikik, dia melepaskan pelukan dan menatap mata Bagas dengan begitu lembut. "Setiap orang pantas mendapatkan kesempatan kedua bukan, Mas?""Tapi tidak untuk Sea! Kamu ingat kan kalau kemarin dia hampir saja membuatmu malu! Jangan terlalu lemah, dia bisa saja menusukmu lagi suatu hari nanti!" Bagas berbicara dengan napas tersengal. Mati-matian dia mencoba melindungi Anita dari Sea, tapi wanitanya justru melepaskan Sea begitu saja dengan alasan yang tidak bisa diterima

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Janggal

    ***Ponsel Anita berkali-kali bergetar menandakan ada panggilan mendesak. Tidak ingin membuat suasana hangat di rumah Bagas terganggu, dia terpaksa pamit ke luar untuk menerima telepon."Ha ... Halo, Mbak Anita?"Suara asing!Anita tidak mengenal suara asing di seberang sana. Sejenak dia menjauhkan ponsel dari telinga dan melihat siapa yang meneleponnya kali ini."Citra? Kenapa ponselnya dibawa orang lain?" gumamnya heran."Halo ... halo ....!"Menyadari di seberang sana suara wanita masih mendominasi, Anita memilih untuk bertanya secara langsung mengapa ponsel sepupunya bisa berada di tangan yang lain."Benar ini Mbak Anita? Saya ... saya Bu Haris, tetangga komplek yang rumahnya di ujung sendiri. Mbak Anita mengenal saya?"Anita mengangguk mengingat. "Ah, Bu Haris. Ya, maaf saya hampir cengo karena mendengar suara orang lain pada ponsel Citra. Ngomong-ngomong kenapa ponsel sepupu saya ada di tangan anda? A

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Flashback Citra

    ***Flashback on ...."Aku tunggu malam ini di Cafe dekat jembatan fly over, Mas. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu."Telepon dimatikan sepihak oleh Citra tanpa menunggu jawaban dari Leo di seberang sana. Satu tangan menggenggam ponsel dengan erat hingga menampakkan otot-otot jemarinya yang mulai memucat, sementara satu tangan lainnya dia pakai untuk mengusap perut yang masih rata. Ada kehidupan di dalam sana yang tidak bisa dia jamin masa depannya.Air mata menggenang seiring dengan kelebat bayangan masa lalu. Citra menatap jalanan yang semakin padat merayap padahal jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 20.00 saat ini.Berdiri di pinggir jembatan fly over membuat mata Citra bisa menatap puas jalanan di bawah yang berisi mobil-mobil mewah saling berebut jalan. Sesekali dia mengusap air mata yang tetiba mengalir, menghempas sesak di dalam dada dengan hembusan napas kasar."Apa ini yang Anita rasakan saat Bapak dan Ibu masih belum dikurung di penjara?" Citra bermonolog

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal kehancuran Leo

    ***"Semua bisa jadi kemungkinan besar jika Mbak mau mengusut kasus yang tengah menimpa korban. Kami dari pihak kepolisian hanya bisa mengikuti kemauan keluarga korban, Mbak.""Ada baiknya segera dimakamkan saja, Nit. Kasihan jenazah jika didiamkan terlalu lama," saran Halimah. "Mungkin memang ini sudah menjadi keputusan Citra. Jangan mencari kebenaran yang kamu sendiri merasa ragu untuk menguliknya. Bagaimana jika terbukti Citra memang bunuh diri, bukankah itu hanya akan menyakiti jenazah karena kita menahannya terlalu lama di dunia?"Anita termenung memikirkan ucapan Halimah yang memang ada benarnya. Apalagi selama ini beban yang Citra tumpu pada pundaknya cukup berat. Hamil dengan suami orang tanpa mendapat pertanggung jawaban adalah sebuah luka yang tidak bisa disembuhkan. "Tidak perlu ditindaklanjuti, Pak. Saya yang akan mengurus pemakaman jenazah korban."Keributan di sisi sungai mulai lengang. Anita dan para keluarga bergegas pulang dengan membawa jenazah Citra dibantu oleh pi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pengakuan Sea

    ***Tetiba seluruh persendiannya terasa sangat lemas. Kedua kaki Ana bergetar hebat dengan kedua tangan yang mengepal kuat guna menyalurkan rasa takut yang baru saja menyerangnya. Bagaimana tidak?Lelaki yang menyandang gelar sebagai suami mengakui tentang sebuah kematian seseorang. Seorang wanita yang bahkan sudah berhasil memporak-porandakan hubungan rumah tangganya dengan mengakui kehamilannya di depan Ana dan Leo.Langkah Ana semakin mendekat. Air mata sudah sejak tadi menggenang di pelupuk mata dan bersiap meluncur detik ini juga. Kakinya yang terasa lemas sengaja dia seret dengan penuh ketegaran mendekati Leo yang meringkuk di sisi ranjang."Ana?" pekik Leo senang dan segera menghambur di pelukan Sang Istri. "Kupikir kamu pergi, An. Aku ... aku benar-benar takut kamu dan calon bayi kita meninggalkanku sendirian. Jangan pergi, kumohon maafkan semua kesalahanku, Ana."Tangis Leo terdengar begitu menyayat hati. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Ana mendengar suara tangis Leo yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Sea-Tirta

    ***Sorot mata Sea meredup. Kepalanya menunduk dalam seiring dengan banyaknya pasang mata yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.Sejauh dia mencoba membuat nama baik Anita hancur, sejauh ini pula ia merasa begitu kalut, takut jika keluarganya akan mengasingkan dirinya karena sudah bertindak cukup bodoh. Apalagi setelah kabar kematian Citra terdengar di telinganya, Sea merasa tersentak. Dia tidak menyangka jika wanita sebengis Citra akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri."Tolong maafkan aku, Nit. Ayah, Ibu ... Paman dan Bibi, juga ... Mas Bagas. Maaf karena tindakan bodohku membuat kalian malu. Aku ... aku menyesal karena tidak bisa merawat perasaan yang kumiliki hingga menjelma belati dalam hatiku. Aku menyesal!"Sea menutup kertas di tangan. Bahunya berguncang karena menangis sementara Gina mulai merengkuh bahu putrinya dan berbisik. "Kamu wanita hebat karena mau mengakui kesalahan, Nak. Jangan lukai Ibu dengan kebodohan yang lain. Cukup! Oke?"Sea mengangguk semba

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status