Share

Selamat Tinggal, Sarah!

Penulis: Lian Nai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Pasien yang baru datang atas nama Sarah Amalia ada di ruangan Anggrek nomor 14, Pak. Silahkan, dari sini anda lurus saja, nanti ada jalan bercabang empat, Bapak belok kanan, itu sudah ruangan Anggrek ya, Pak. Tinggal cari nomor kamarnya saja," papar salah seorang pegawai RS di bagian administrasi.

Abian mengangguk paham dan mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya berlalu dan memimpin jalan menuju ruangan yang mereka cari.

Tepat di depan kamar nomor 14, seorang wanita terlihat terbaring lemah sementara di sisi ranjangnya ada kedua orang tua Sarah dan kakak laki-lakinya serta Sang Istri.

"Assalamualaikum," ucap Abian memecahkan keributan di dalam kamar inap.

Mereka semua menoleh. Kakak Sarah yang bernama Chiko tiba-tiba melayangkan tinjunya tepat di rahang Abian, tapi sayang ... gerakannya bisa dibaca dengan mudah oleh pria berparas tenang itu.

"Jangan tunjukkan siapa dirimu di depan orang lain, Mas," tukas Abian dingin. "Kami kesini ingin meluruskan banyak hal, bukan ingin berkelahi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Hesty Membeli Restoran Abian?

    "Kurang ajar! Rumah Saroh sepi, nggak ada orang!" omel Pak Bambang. "Mereka pasti kabur. Dasar tetangga maling!"Maya dan Abian yang baru datang dari Rumah Sakit pun dibuat terkejut dengan adanya keramaian di depan rumah Bu Sur. "Maaf, Bu Puji, ini ada apa ya?" tanya Maya penuh selidik. "Bu Sur habis gelut sama Bu Saroh. Kepalanya bolong, untung bukan punggungnya yang bolong," guraunya sambil cekikikan.Maya nyengir. Dalam otaknya membayangkan kalau kepala Bu Sur benar-benar bolong seperti yang Bu Puji katakan."Sudah dibawa ke Rumah Sakit, Bu?" timpal Abian. "Bahaya kalau cuma diobati di rumah," imbuhnya.Bu Puji tergelak disusul dengan gelak tawa dua tetangga yang lain."Oalah, Mas Bian, itu saya bercanda. Kepalanya cuma lecet dan berdarah sedikit. Orangnya juga sudah sadar, baik-baik saja dia," jelas Bu Puji sambil tertawa. "Lagian ngeselin, Mas Abian ... masa tadi pura-pura amnesia, lepas itu Hesty dengan sombongnya bilang mau bawa ibunya ke dokter spesialis, eh ujung-ujungnya m

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Hesty si Paling Kaya

    "Nggak punya etika!" hardik Ibu. "Kamu tau aku ini siapa, hah?!"Maya dan Abian membelalak mendengar suara Ibu yang mulai meninggi. Memang, sejak tidak bersama mereka, penyakit gula Ibu perlahan-lahan bisa diatasi karena menantunya yang hati-hati sekali memilih dan mengolah makanan untuk Sang Mertua. Pun dengan kolesterol yang Ibu miliki, sedikit banyak wanita paruh baya itu mulai bisa berjalan meskipun agak sedikit nyeri di bagian belakang lutut. Tapi setidaknya ada perubahan daripada ketika hidup bersama Sarah dulu."Ck, bacot!" umpat Hesty. "Mbak ... Mbak Maya, keluar dong!"Maya tidak tahan mendengar Hesty mengumpati Sang Mertua, dia keluar setelah menarik napas panjang disusul Abian di belakangnya."Ada apa, Mbak? Ini bukan hutan loh, lagipula situ orang apa Tarzan?"Hesty mencebik. "Kalau nggak kepepet juga aku nggak sudi teriak-teriak di depan rumah kamu, Mbak Maya," sungutnya kesal."Hes, cepat!" teriak Reyhan dari depan rumah mereka. "Udah ditungguin ini!" lanjutnya masih den

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Tegang, yakin nggak mau baca?

    "Memang ada aku bilang mau kasih pinjaman, Mbak?"Hesty mengkedip-kedipkan mata berharap Abian bisa diajak kerja sama saat ini."Duh, Mas Abian ini suka bercanda," ucap Hesty kikuk. "Udah buruan, ditungguin nih!""Jadi begini ...."Hesty tersenyum lebar mendengar Abian membuka suara. Dia bersedekap dada dan mengangkat dagu di depan dua petugas Bank dan kedua orang tuanya."Pertama-tama, saya tidak tahu menahu tentang hutang keluarga Bu Sur ya, Mas. Mbak Hesty ini selaku anak Bu Sur datang ke rumah saya merengek-rengek minta dipinjamkan uang buat bayar cicilan hutang di Bank. Saya sudah bilang kalau nggak bisa ngasih pinjaman, eh dia maksa ... makanya saya datang ke sini biar semuanya jelas.""Eh, Mas Abian ini ngomong apa sih ....""Saya belum selesai bicara, jadi diam!" Suara tegas Abian membuat nyali Hesty menciut. "Kedua ... Bu Sur, Pak Bambang dan Mas Reyhan, tolong ... saya datang kesini mau melapor kalau tindakan Mbak Hesty sudah sangat mengganggu keluarga saya. Mana ada orang m

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Siapa dalangnya?

    "I-- ini, ambil uang ini, tolong lepaskan kami," ucap Maya terbata sembari menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah. "Tol- tolong berikan kami jalan. Kalian boleh ambil semua uang ini."Ibu menangis tanpa bersuara mendengar suara Maya yang bergetar. Sungguh, berada di situasi seperti ini bukanlah harapan keduanya. Apalagi tidak ada pria yang membersamai, hanya sesama wanita yang tidak berdaya."Ha ... ha ..., kau pikir kami butuh uangmu?" sahut salah satu pria sambil menyentak kasar tangan Maya membuat uang-uang itu berhamburan di dalam mobil. Jantung Maya berdegup kencang. Empat pria berbadan kekar tertawa nyaring membuat suasana yang semula mencekam kian mendebarkan. "A-- apa yang kalian mau? Mo-- mobil ini? Ambil!" gagap Maya hampir menangis. "Tolong biarkan kami pergi."Ibu memeluk lengan Maya dari belakang. Kaca mobil yang terbuka setengah memudahkan tangan pria itu masuk dan ...."Keluar!" pintanya. Sebilah pisau dikalungkan di leher Maya yang jenjang. Tidak bisa menah

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Ternyata Dalangnya...

    Assalamualaikum, maaf kalau pembaca tidak suka dengan alur yang saya buat. Beberapa part memang dibuat guna menyelesaikan urusan dengan tokoh yang lain agar tidak gantung. Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan Maya sehari-hari, dengan tetangga, dengan ipar dan dengan orang-orang culas di sekitarnya, jadi, tidak bisa berfokus pada satu titik ya. Maaf kalau tidak berkenan dan terima kasih sudah mengikuti cerita saya sampai sejauh ini. Part tentang Sarah hanya beberapa saja, setelah itu kita kembali di kehidupan Perumahan Citra Kencan. Jadi mohon diterima alur yang saya buat ya. Komentar kalian adalah support bagi pemula seperti saya. ***"Ibu!" Abian berlari setelah memarkirkan mobilnya di depan sebuah warung berdinding papan. Mobil yang Maya kendarai pun terlihat terparkir di sana, dengan satu mobil derek yang ternyata belum beranjak, juga satu mobil polisi dan mobil lain yang pemiliknya sedang menjelaskan kronologi bagaimana dia bisa menemukan mobil ringsek berisikan satu wanit

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Menemui Sarah

    Abian dan Ibu sampai di rumah Maya menjelang sore. Kedua mertuanya syok berat sampai Emak pun pingsan setelah mendengar cerita yang keluar dari mulut Ibu. Siapa yang mengira jika ada orang yang memendam dendam pada Maya sampai bermain-main dengan nyawa."Yakin kalian tidak punya musuh, Bian?"Abian menggeleng lemah. "Kami selalu menghindari pertikaian dengan orang, Pak. Bapak tau sendiri kalau Maya bukan tipe wanita yang suka mencari keributan dengan orang lain.""Ini bukan tentang siapa yang gemar mencari perkara, Bian. Tapi ... bisa saja ada orang yang merasa iri dengan pencapaian kalian. Yakin kamu tidak merasa ada yang aneh belakangan ini?"Abian nampak mengingat-ingat semua kejadian demi kejadian yang terjadi beberapa hari belakangan."Sebenernya ...."Abian menceritakan tentang kasus penyelewengan uang Restoran dan orang kepercayaan yang dia penjarakan. Juga bagaimana keluarga Bu Saroh kabur dari rumah sejak Satria diputuskan menjadi tersangka dan mendapat hukuman 10 tahun penja

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Maya Terluka?

    Abian menoleh dengan tangan yang masih mencengkeram kerah baju Chiko. Napasnya memburu, kemarahan menguasai dirinya mengingat nyawa Maya sedang dalam bahaya."Apa yang kamu katakan, Lila?" tanya Ibu Dasimah dari arah belakang. "Kamu menuduh Sarah yang menculik Maya, iya?"Lila menatap nanar pada sosok Chiko yang terbaring lemah dengan wajah lebam."Kamu tau Rumah bekas Belanda yang ada di Kota Sidoarjo, Bian?"Abian mengangguk pasti. Jelas ia tau, jarak antara kota Sidoarjo dengan Surabaya tidak terlalu jauh."Sarah menyekap Maya disana. Cepat datang sebelum ia memindahkan Maya ke tempat lain."Chiko menatap tidak percaya pada istrinya. "Jangan memfitnah Sarah, Lila!""Aku tidak memfitnah, Mas!" teriak Lila frustrasi. "Telingaku mendengar dengan sangat jelas rencana Sarah bersama orang-orang suruhannya. Berhenti membela dan melindungi adikmu. Dia itu gila!"Plak ...!!!!Dasimah menampar pipi Lila dengan sangat keras. Wanita paruh baya itu menarik menantunya masuk ke dalam rumah sement

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Badai Pasti Berlalu

    Empat orang sewaan Sarah kalang kabut mencari jalan keluar. Sayang, ruangan ini hanya ada satu pintu dan satu-satunya jalan sudah dikepung dengan banyak penyelamat untuk Maya.Sarah gelagapan. Dengan gerakan cepat sudah berada di belakang Maya dan mengalungkan sebilah pisau kecil di leher jenjang iparnya itu."Jangan mendekat!" teriak Sarah dengan suara bergetar.Empat orang yang sudah ia sewa dengan harga mahal pun dengan cepat di bekuk polisi dan diamankan, sementara wanita licik itu sendiri kebingungan mencari cara bagaimana agar ia bisa kabur."Berani mendekat, aku potong sekarang juga leher jalang ini!" ancam Sarah. Maya menangis entah untuk yang ke berapa kalinya. Hanya saja, air matanya kali ini mengalir karena rasa syukur. Abian dan semua tim datang tepat waktu sebelum hal buruk terjadi. Ya, meskipun tubuhnya mendapat banyak luka akibat ulah Sarah."Minggir!" bentak Sarah. Dengan tangan bergetar dia membuka ikatan kaki Maya dengan satu tangan tetap mengancam leher putih berka

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Terungkap

    Tubuh Gading mematung. Lagi-lagi pertemuannya dengan Laura membawa kilas pedih pada masa lalu. "O-- oh, hai, Ra," sapa Gading kikuk. "Sama suami kamu lagi?"Laura bergeming sementara Hesty menatap heran ke arah suaminya. "Mas kenal suami Laura?" tanya Hesty menyelidik.Gading mengedikkan bahu. Dia menurunkan Seila dan menjawab. "Kapan hari kan Mas ketemu Laura sama suaminya. Gading, Mas!" Gading menjulurkan tangannya di depan Reyhan. "Reyhan, Mas," sahut mantan suami Hesty datar. "Kalau begitu kami pamit dulu. Permisi!"Reyhan berjalan sembari menggandeng tangan Mazaya sementara Laura mengekor di belakang mereka dengan air mata yang menganak sungai. "Mas ...." Panggil Hesty lirih. Gading menoleh. Wajahnya berubah sendu ketika bertemu Laura untuk yang kesekian kalinya. "Dia ... mantan suamiku," aku Hesty."Dia?"Hesty mengangguk. "Sepertinya dia baru keluar dari penjara. Entah bagaimana ceritanya, Mas Reyhan ... tidak mau membahas luka yang sudah aku ciptakan."Gading seketika men

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Dipermainkan Takdir

    "D-- dia istri kamu, Mas?" tanya Hesty gagap. Kedua matanya memanas melihat Mazaya, gadis kecil yang begitu Reyhan lindungi ternyata putri dari wanita yang sudah ia hancurkan rumah tangganya. "D-- dia ...?"Reyhan terkekeh getir. Dia melepaskan genggaman tangannya pada Mazaya dan mempersilahkan wanita di sampingnya menggendong putri kecil yang beberapa menit lalu ia cari-cari."Kalau wanita seperti kamu saja bisa membuangku tanpa berpikir dua kali, apa kamu pikir ada wanita lain yang mau menerimaku sebagai suami, Hes?" tanya Reyhan perih. "Aku hanyalah pria kotor yang rela melakukan apa saja demi memenuhi gaya hidup istriku dan keluarganya. Tapi itu dulu ... sekarang, aku hanyalah seorang pria yang berjuang untuk keluarganya. Untuk Emak dan Bapakku di kampung. Apalagi setelah aku tahu bahwa putriku hidup dengan layak, sepertinya memang aku harus meredam ego. Demi masa depannya. Demi mentalnya. Jaga dia!"Reyhan melengos sembari mengusap sudut matanya yang berair. Sejenak kemudian, dia

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Istri Reyhan?

    "Apa kabar, Hes?" Reyhan bertanya dengan nada dingin. Bertanya kabar mantan istrinya dengan air muka begitu tenang. "Putriku sudah sebesar ini ya? Boleh aku gendong?"Seila menggeleng kata tangan Reyhan terangkat ke udara. Gadis kecil itu berlari bersembunyi di belakang tubuh Bu Sur dan berceloteh gemas. "Kata Papa gak boleh! Jangan gendong Seila, Om," ucapnya cadel. Hati Reyhan berdenyut nyeri. Seila, bayi mungil yang dulu selalu nyaman berada dalam gendongannya kini menolak pelukan darinya dengan dalih dilarang oleh Papa. Papa siapa yang Seila maksud, batin Reyhan."Om cuma mau peluk. Boleh?"Seila menggeleng takut. Kedua mata Reyhan memanas dengan satu tangan yang kembali menggenggam erat jemari Mazaya. Gadis kecil yang usianya sepadan dengan Seila."M-- Mas sudah bebas?" tanya Hesty dengan suara bergetar. Ada perasaan bersalah yang teramat dalam untuk mantan suakmunya itu. Bagaimana dulu Hesty memilih bercerai karena Reyhan kedapatan tertangkap polisi sedang mengedarkan barang ha

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Mengasuh anak dari wanita lain

    "Nanti siang aku mampir ke Restoran ya, Mas?"Hesty yang sedang menyuapi putrinya berbicara manja pada Gading. Sejak setahun yang lalu suaminya bekerja di Restoran milik Abian dan kehidupan Hesty perlahan-lahan mulai membaik. Gaji yang Abian tawarkan memang tidak kaleng-kaleng. Apalagi selama ini Restoran itu terkenal dengan hidangan yang lezat. Ada harga, ada rasa."Memangnya nanti siang mau kemana?" tanya Gading menelisik. "Jalan-jalan?"Hesty nyengir. Dia mengangguk ragu dan melirik Bu Sur yang juga tengah sarapan bersama mereka di ruang makan. "Boleh ya, Mas?""Boleh, sekalian ajak Ibu."Bu Sur mengangkat kepalanya. Matanya memanas. Untuk pertama kalinya dia merasakan kehangatan dari hubungan rumah tangga Hesty. Kegagalan di masa lalu membuat wanita muda itu banyak belajar bahwa menerima kekurangan pasangan jauh lebih baik daripada harus saling menuntut."Bapak gak sekalian, Ding?"Gading tertawa lebar. "Ki

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Anak siapakah itu?

    "Apa kabar anak Ayah hari ini? Bunda nakal gak? Kamu menyusu dengan baik kan?" goda Abian sembari mengambil alih sang putra dari gendongan Ibunya. "Jelas dengan baik lah, kan Ayah sudah kehilangan jatah menyusu," sahut Ibu sarkas.Maya dan Abian mematung. Keduanya tergelak ketika menyadari ucapan Ibu terlalu frontal sore ini."Ibu apa-apaan sih, ada Bu Saroh tuh, gak baik bicara seperti itu. Bikin kita malu aja!" gerutu Abian yang dibalas tawa renyah oleh Ibu."Diskusi apa sama Maya, Ibu boleh tau?"Abian mengangguk. Mereka berjalan menuju ruang makan sementara Abimanyu ia serahkan pada Bu Saroh."Tolong ajak Abimanyu sebentar ya, Bu.""Dengan senang hati, sini anak manis," sahut Bu Saroh yang tersenyum lebar mendapatkan tubuh Abimanyu yang mungil dalam dekapan. "Jadi aku tadi mampir ke rumah Mbak Hesty, Bu," kata Abian bercerita. "Kebetulan kepala dapur di Restoran Cempaka resign, dia ikut istrinya pulang kampung dan cari kerja disana saja katanya. Aku pikir, daripada aku ambil ora

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Belajar dari Kesalahan

    Satu minggu kemudian ....Abian pulang dengan membawa rasa rindu pada istri dan anaknya. Bahkan pria itu sekarang lebih sering berada di rumah dan menghandle Restoran dari rumah. "Baru pulang, Mas Gading?" Abian yang menutup pintu pagar sengaja menyapa Gading yang baru pulang dari bekerja. Mamang pergi mengantar Emak dan Bapak yang sudah kembali ke kampung, itu sebabnya sekarang Abian membawa mobil sendiri."Iya, Mas," sahut Gading sambil mengulas selarik senyum. Gading terlihat kelelahan mendorong gerobak yang sudah ia pisahkan dari motornya. Peluh membasahi bajunya yang nampak lusuh. Benar-benar ... kesalahan membuat Gading dan Hesty berubah banyak beberapa bulan belakangan. Abian merasa kasihan. Dulu, ia sengaja menolak memperkerjakan Gading karena memang kurang suka dengan gaya bicara tetangganya itu. Apalagi dulu Gading masih menjunjung tinggi sikap sombong dan pongah membuat Abian jengah dan enggan beruru

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Selamat datang di Dunia

    "Oek ... oek ...."Suara tangis bayi memecah ketegangan dalam ruangan. Maya terengah, sementara Abian berulang kali mengecup pelipis Sang Istri tanpa lupa mengucap syukur atas kelahiran bayinya."Alhamdulillah, bayi laki-laki yang sehat dan lahir dengan kondisi tubuh lengkap tanpa kurang satu apapun. Berat sekitar 3,3 kg," papar suster menjawab rasa penasaran Abian.Maya tersenyum lega. Dia diberi kesempatan untuk memeluk bayinya sebelum Suster yang bertugas membersihkan Sang Bayi ke dalam ruangan khusus. "Bisa saya adzani dulu, Sus?""Tentu saja, Pak. Mari, silahkan!"Suster mengangguk dan mengarahkan telinga bayi tampan itu tepat di bibir Abian. Abian hampir saja tergugu jika dia tidak segera menguasai emosinya. Bayi mungil dengan wajah Maya membuat hatinya terenyuh. Penantian mereka akhirnya terbayar dengan memuaskan."Terima kasih," kata Abian. Suster mengangguk ramah dan segera membawa bayi Maya menuju ruangan terpisah. Sementara Maya sedang terbaring lemah dan mendapatkan pena

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Baby Launching

    . . Dua bulan berlalu, perut Maya sudah semakin membuncit dan seminggu lagi adalah jadwal bayinya dilahirkan. Namun sepertinya Tuhan berkehendak lain, pagi ini ... istri Abian itu merasakan mulas yang teramat sangat. Celana tidur yang ia pakai sudah basah karena air ketuban yang pecah. Maya memanggil-manggil Abian yang sedang berada di dalam kamar mandi. "Kenapa, May?" Abian keluar hanya memakai handuk, bahkan buih sabun masih menempel di tubuhnya. Pria itu panik, takut jika ada apa-apa dengan istrinya menjelang melahirkan."Mas, sshhh ... perutku," keluhnya.Mata Abian melotot tatkala melihat sprei yang sudah basah ditambah dengan celana yang istrinya kenakan pun sama basahnya."Sepertinya mau lahiran," adu Maya sambil meringis.Abian mengusap sisa sabun di tubuhnya tanpa membilas lebih dulu menggunakan air. Dengan gerakan cepat, ia berganti pakaian tanpa peduli apakah Maya melihat

  • Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga   Bertemu Mantan Istri

    Laura hanya menoleh sekilas, lalu menatap bungkusan cilok yang ada di tangan keponakannya."Sudah beli jajannya? Ayo!"Abigail mengangguk. Dia berlari menuju dimana mobil Tantenya berada sementara Gading memanggil-manggil nama Laura membuat wanita itu terpaksa menghentikan langkah."Ba-- bagaimana kabar kamu?" tanya Gading basa-basi. Mantan istrinya terlihat begitu cantik dengan baju yang sedikit kedodoran."Menurut kamu?" sahut Laura balik bertanya. "Akta perceraian sudah aku kirim ke rumah istri kamu, sudah kamu terima kan?"Gading mengangguk. Kini, penyesalan terasa begitu menusuk ke dalam relung hatinya. Melepaskan Laura sama halnya dengan melepas berlian yang tengah bersinar indah."Maafkan aku, Ra!"Laura yang hendak berbalik kini lagi-lagi menghentikan langkah."Aku sadar kalau aku banyak salah, maaf sudah menyakiti kamu, Ra. Maaf sudah mengkhianati pernikahan kita dulu. Maafkan aku ...."Jantung Laura berdegup kencang. Perlahan tangannya mengusap perut yang masih rata. Entah.

DMCA.com Protection Status