Share

#46 Hadiah

“Panas, Ben,” erang Cantika melepaskan bibirnya. “Sebentar, aku butuh napas.” Dia mundur untuk memberi ruang di antara mereka. Meski kamar mandi Ben lebih sejuk di banding area kolam renang, Cantika masih merasa kegerahan. Mungkin ini efek dari sengatan matahari yang benar-benar terik.

“Aku udah kasih napas, ‘kan.” Ben melipat bibir tersenyum, mengusap hidungnya dengan punggung jari telunjuk, “Napas buatan.”

“Dasar sableng! Ayo makan!” rutuk Cantika memukul lengan Ben.

“Hmm, kayaknya aku berubah pikiran. Aku lebih pengin mandi dulu. Gimana?”

Tentu saja kening Cantika langsung mengernyit heran. Kenapa Ben harus bertanya padanya kalau lelaki itu mau mandi? Dia belum terlalu lapar, masih bisa menunggu.

“Gimana apa? Kamu belum mandi tadi pagi? Ya udah, sana mandi. Aku tungguin.”

Kekehan renyah Ben mengudara. Dia lalu menarik pinggang Cantika dan melingkarkan lengannya di sana. “Astaga, aku lagi ngode. Masa kamu nggak peka?”

“Apaan sih, pake ngode-ngode segala? Ngomong aja yang jelas
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status