"Bagaimana kalau Anda juga memberikan hadiah untuk meminta maaf?" Owen kembali memberikan saran kepada majikannya. Reinhard menatap Owen dengan satu alis terangkat. “Hadiah?” Owen mengangguk kecil. “Mungkin bunga atau perhiasan bisa meredakan sedikit kemarahan Nyonya. Tidak ada salahnya kalau Anda mencobanya, Tuan Muda.” Reinhard tampak mempertimbangkan ucapan asistennya tersebut, lalu berkata, “Kalau begitu, bantu saya untuk memilih hadiahnya sekarang, Owen.” “Tapi, sekarang Anda masih ada janji dengan Direktur Hughes, Tuan Muda?” Mendengar hal itu, Reinhard mendengus kasar. “Saya rasa pembicaraanku dengan si gondrong narsis itu tidak perlu dilanjutkan.” “Tapi, tadi sekretaris beliau menghubungi saya dan mengatakan kalau Direktur Hughes tetap ingin berbicara dengan Anda. Katanya beliau ingin memperpanjang kontrak kerja sama dengan Divine,” terang Owen. Beberapa waktu lalu sekretaris Jason menghubungi Owen ketika Reinhard sedang berbincang dengan istrinya di dalam mobil.
“Ma-Margaret, kenapa kamu di sini?” tanya Alicia dengan gugup. Ia masih memalingkan wajahnya dari Margaret, khawatir rekan kerjanya itu melihat kondisinya. “Apa yang terjadi padamu, Anya?” Margaret menatap Alicia dengan bingung. Ia telah berdiri di samping meja kerja Alicia. Suaranya terdengar penuh kekhawatiran. “Wajahmu ….” Alicia tersentak. Sontak, ia memegang wajahnya dan baru menyadari jika ia lupa memakai maskernya. “Aku ….” Suara Alicia terdengar serak. Ia tidak tahu percuma saja menutupinya karena Margaret sudah terlanjur melihat semuanya. Ia berusaha merapikan wajahnya yang kusut karena basah oleh air mata. Margaret masih memandangnya dengan penuh pertanyaan. “Anya, apa kamu baik-baik saja?” tanyanya sekali lagi. Perlahan Alicia menoleh. Ia tersenyum tipis. “Maaf sudah membuatmu cemas, Margaret. Aku baik-baik saja,” jawabnya. Margaret menghela napas pelan. “Apanya yang baik-baik saja? Jelas kamu sangat tidak baik,” tukasnya. Alicia tersenyum kecut. “Wajahku ini hanya k
“Terima kasih. Saya akan berusaha bekerja dengan baik.” Percakapan telepon Margaret dengan orang di seberang teleponnya itu pun berakhir. Dengan seulas senyuman merekah, ia pun menghampiri meja pantry, mengambil dua cangkir espresso yang baru selesai diseduh. Baru saja Margaret hendak keluar dari ruangan pantry, ia dikagetkan dengan kehadiran Alicia di dalam ruangan tersebut. “Astaga, Anya!” Margaret berteriak secara spontan, hampir menjatuhkan salah satu cangkir yang dibawanya. Dengan cepat Margaret meletakkan kembali kedua cangkir kopi tersebut di atas meja pantry. Ia meringis pelan karena cairan kopi yang masih panas mengenai salah satu tangannya. “Kenapa kamu tidak bisa bersuara sih?” protes Margaret seraya berjalan menuju ke wastafel untuk meredakan rasa perih pada tangannya dengan air yang mengalir. Alicia tidak memberikan respon apa pun atas situasi yang dialami Margaret. Ia hanya member
“Bisakah kamu berjanji padaku untuk tidak memberitahu Tuan Scott, Anya?”Margaret kembali memohon. Melihat wajahnya yang memelas, Alicia pun mengangguk setuju. Namun, ia berkata, “Tapi, ada satu syarat.”Margaret menatap Alicia dengan cemas. “Sya-syarat apa?”Alicia tersenyum penuh arti, lalu menjawab, “Mulai hari ini bekerjalah untukku. Tidak ada lagi pengawasan dan kamu harus melakukan apa yang kuminta.”“Apa?” Margaret tampak terkejut.“Kenapa? Kamu tidak mau?” selidik Alicia, dapat melihat keengganan wanita itu.Margaret menggigit bibirnya dengan erat. “Bukan begitu. Aku hanya merasa ini tidak adil untukku. Kenapa aku harus melakukan perintahmu?” protesnya.Seringai kecil terukir di sudut bibir Alicia. Ia tahu jika persyaratannya terlalu memberatkan wanita itu. Namun, Alicia perlu membuktikan ketulusan dan kesetiaan wanita itu. Ia tidak ingin tertipu oleh harapan kosong yang diberikan wanita itu.“Tentu saja kamu harus melakukannya karena kamu harus menebus perbuatanmu," sahut Ali
“Anya?” Panggilan Margaret kembali menghentikan lamunan Alicia. Wanita itu menatapnya dengan khawatir. “Apa kamu mendengarku?” tanya wanita itu lagi. Alicia mengangguk pelan. “Mulai hari ini, laporkan saja sewajarnya kepada Owen. Jika ada yang aneh atau meragukan, bicarakan dulu padaku,” tegasnya. Margaret pun mengangguk pasrah. Meskipun ia merasa tidak nyaman dengan kesepakatan ini, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain. Selain itu, ia juga tidak merasa dirugikan. “Memangnya apa yang sudah Owen tawarkan padamu, Margaret?” selidik Alicia dengan penuh rasa ingin tahu. Ia yakin Margaret membutuhkan sesuatu hingga mau menerima tugas ini. Margaret menatap Alicia dengan ragu. “Aku … aku membutuhkan sejumlah uang untuk membiayai rumah sakit ayahku, Anya,” akunya. “Hanya itu?” Alicia mengerutkan keningnya. “Tadi aku dengar kalau Owen menjanjikan sesuatu padamu.” Meskipun Alicia tahu uang adalah salah satu sumber kelemahan dari seorang manusia, tetapi ia merasa ada hal lain yang ditutup
Suasana tegang memenuhi ruangan kerja Reinhard saat ini. Terlihat dua sosok pria yang tengah beradu pandang dengan sorot mata yang saling menantang satu sama lain.Di satu sisi, Reinhard, dengan ekspresi dingin dan angkuh, duduk tegak di belakang meja kerjanya, tangannya terlipat di atas meja seolah menunjukkan superioritasnya sebagai pemilik tempat itu.Di sisi lain, Jason berdiri dengan senyum penuh percaya diri─satu tangannya dimasukkan ke saku celananya, sama sekali tidak terlihat terintimidasi oleh aura dingin yang dipancarkan Reinhard.Keduanya saling menatap dengan penuh tantangan selama hampir satu menit hingga akhirnya Reinhard angkat bicara. “Apa kamu sedang mempermainkanku, Direktur Hughes?”Jason hanya tersenyum lebih lebar dan mengangkat bahu. “Bukankah ini yang kamu harapkan? Aku hanya memenuhi ekspektasimu. Ada yang salah?” jawabnya santai.Mata Reinhard menyipit mendengar jawaban tersebut. Ia melirik sekilas dokumen kontrak perpanjangan kerja sama Divine dengan Helios
Suara kekehan kecil bergulir dari bibir Jason. Tidak terlihat sedikit pun rasa takut dari wajah pria itu meskipun Reinhard telah melayangkan ancamannya dengan jelas.“Aku tidak tahu hal apa yang kamu pikirkan sampai bersikap waspada seperti itu, Reinhard Hernandez. Tapi, sepertinya kita perlu menyelesaikan kesalahpahaman kita,” ucap Jason, berusaha mencairkan ketegangan di antara mereka.“Salah paham?” Reinhard menyeringai tipis. “Aku rasa tidak ada yang perlu kita selesaikan selain kamu menjelaskan maksud dari persyaratanmu tadi. Apakah tadi aku tidak mengatakannya dengan jelas atau kamu yang berpura-pura tidak mendengarnya?”Reinhard kembali mengingatkan Jason atas peringatan yang diberikannya kepada Jason saat menemui istrinya tadi. Ia tidak akan membiarkan Jason mendekati wanita itu meskipun harus mempertaruhkan kontrak bisnis mereka.“Sudah kuduga kalau kamu masih marah padaku karena Anya,” tukas Jason dengan acuh tak acuh terhadap sindiran yang ditujukan padanya.Sebelum Reinhar
Seulas senyuman penuh percaya diri yang melengkung di bibir Jason perlahan memudar. Ia tidak menyangka taktiknya untuk mengacaukan emosi Reinhard dengan menggunakan Anya sebagai alat tidak berjalan sesuai rencana.Dia tidak hanya gagal menembus pertahanan mental Reinhard, tetapi juga mulai merasakan kecaman dari keputusan Reinhard dalam situasi ini.Wajahnya berubah sedikit dingin. Meskipun ia berusaha menyembunyikannya, tetapi Reinhard dapat melihatnya dengan jelas.“Tidak perlu bersikap defensif seperti itu, Reinhard Hernandez. Aku datang dengan itikad baik,” Jason menjawab dengan nada tenang, meskipun nadanya kini lebih dingin.Reinhard tersenyum remeh. “Itikad baik?” ulangnya dengan penuh keraguan.“Jika itu benar, kita mungkin sudah mencapai kesepakatan sejak awal. Tapi tampaknya, itikad baikmu tidak sesuai dengan tindakanmu, Jason Hughes,” ucap Reinhard dengan nada sinis, matanya menatap tajam, seolah mengupas wajah Jason yang sebenarnya.Namun, Jason berusaha untuk memposisikan
Owen menundukkan wajahnya dalam-dalam. Ia melirik kepalan tangan Reinhard yang masih memegang ponselnya. Terlihat urat yang menonjol di tangan tuan mudanya itu, mencerminkan amarah yang luar biasa yang sedang ditahan olehnya. Akan tetapi, Owen dapat melihat kecemasan yang begitu kentara pada wajah atasannya itu.Dengan penuh rasa bersalah dan keraguan, Owen menatap tuan mudanya. “Tuan Muda, maaf saya─”Ucapan Owen terhenti tatkala Reinhard mengembalikan ponselnya. Dengan suara rendah dan terasa dingin, Reinhard berkata, “Coba hubungi dia."Owen mengangguk, lalu dengan cepat melakukan panggilan pada nomor kontak Alicia. Sayangnya, hanya suara operator yang menjawab di ujung telepon tersebut.Owen menggigit bibir bawahnya, menatap layar ponsel dengan ragu sebelum akhirnya mengangkat wajahnya kembali ke arah Reinhard. "Sepertinya telepon nyonya tidak aktif, Tuan Muda," ucap Owen dengan suara pelan, penuh kehati-hatian. Ia bisa merasakan suhu ruangan yang menurun drastis, dipengaruhi ol
“Tapi, Tuan Muda … gosip Anda dengan Nona Smith sempat menyebar. Kalau Anda memberikan kontrak itu kepadanya, orang-orang akan berpikir─”“Saya tahu, Owen,” potong Reinhard yang telah menatap asistennya itu dengan tajam. Ia memahami kekhawatiran pria itu.Reinhard juga tahu bahwa Iris menaruh perasaan padanya. Namun, ia tidak akan memberikan harapan kepada wanita itu. Karena itulah, ia membuat keputusan ini.“Saya tidak ingin memiliki hutang budi dengannya, Owen,” terang Reinhard atas maksud dari keputusannya tersebut.Owen tertegun sejenak, mencerna ucapan majikannya tersebut. Namun, sebelum Owen mendalami lebih lanjut, Reinhard kembali bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi pagi? Apa ada kendala?”“Tidak, Tuan Muda. Nyonya membawakannya dengan baik. Beliau juga bisa memberikan jawaban yang memuaskan bagi para investor,” jawab Owen dengan penuh semangat.“Oh, ya?” Reinhard menaikkan sedikit satu alisnya. “Sepertinya dia sangat luar biasa. Apa semua lelaki tadi terpesona sama seper
"Kamu pikir kamu siapa? Beraninya mengatur-ngatur saya seperti ini?" Walaupun Iris berbicara dengan nada penuh amarah, tetapi Owen tidak gentar sedikit pun. Melihat asisten Reinhard tersebut tetap menghalangi jalannya, Iris pun memanggil Reinhard yang masih berdiri memunggunginya. “Katakan sesuatu, Rein. Apa kamu biarkan dia berbicara tidak sopan seperti ini padaku?” teriak Iris, suaranya terdengar semakin meninggi. Wanita itu tidak peduli meskipun beberapa pasang mata telah tertuju padanya dan suara riuh rendah mulai menghiasi area kedatangan bandara tersebut. Beberapa pengawal Reinhard bergegas mengerubunginya, mencegah orang-orang untuk mengambil gambar dari situasi yang tidak akan menguntungkan majikan mereka. Reinhard berbalik perlahan. Mata ambernya menatap Iris dengan tajam, lalu dengan wajah dingin, ia berkata, “Apa yang dikatakan Owen adalah maksudku. Berhentilah membuat masalah. Aku tidak ada waktu untuk bermain drama denganmu.” Iris terperanjat. Meskipun ia suda
‘Rein akan pulang?’Jantung Alicia mendadak berdegup cepat. Rasa rindu yang bercampur dengan kecemasan memenuhi dadanya. Namun, ia dengan cepat menggelengkan kepala, berusaha menepis harapan yang mulai tumbuh di dalam hatinya.‘Jangan bodoh, Alicia! Satu minggu tidak pulang dan tidak memberikan kabar, kamu masih ingin percaya dengan ucapan Owen? Dia itu anjing setia Rein. Tentu saja dia memihaknya!’ Suara hati Alicia terus berteriak, memaksa dirinya untuk tidak lagi berharap pada pria itu. Meskipun tadi pagi Owen sudah mengklarifikasi skandal Reinhard dengan Iris, tetapi hati Alicia yang sudah terlanjur terluka, masih tidak semudah itu percaya. Terlebih lagi saat makan siang tadi ia sempat mendengar kembali berita Reinhard dan Iris yang kepergok keluar dari rumah sakit bersama-sama. Alicia tidak tahu hal apa yang keduanya lakukan dan kenapa Reinhard harus ke rumah sakit dengan wanita itu. Alicia bingung. Ia ingin percaya bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa, tapi kenyataan yang ad
Owen menundukkan kepalanya dengan penuh penyesalan. “Maafkan saya, Nyonya Muda. Tolong jangan mempersulit saya,” pintanya dengan suara rendah.Meskipun terjebak dalam pilihan yang sulit, tetapi pada akhirnya ia tetap memilih berpihak kepada tuan mudanya. Ia tidak bisa mengkhianati tuannya, apapun yang terjadi.Sementara itu, manik mata Alicia masih menatap pria itu dengan tajam. Ia menyadari bahwa Owen hanyalah seorang bawahan yang menjalankan perintah saja. Ia tahu bahwa pria itu juga berada dalam posisi yang sulit untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya. Sebelum Alicia sempat mengatakan sesuatu, Owen telah lebih dulu menambahkan, “Tapi, saya bisa pastikan kalau tuan muda tidak akan mengkhianati kepercayaan Anda, Nyonya.”Pria itu mengangkat salah satu tangannya seolah bersumpah akan ucapannya. Meskipun ia tidak bisa melanggar perintah tuan mudanya, tetapi ia tidak akan membiarkan nama baik tuan mudanya tercoreng karena skandal tersebut. Apalagi sampai membuat nyonya mudanya meragu
Alicia masih berdiri mematung di pertengahan tangga. Bibirnya setengah terbuka, syok dengan pengalihan Jason yang begitu tiba-tiba.Alicia tahu pria itu menghindarinya agar tidak mendengar penolakannya. Meskipun merasa bersalah karena bersikap dan berbicara dingin, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain.Pikirannya melayang kembali ke masa lalu, saat ia menerima penolakan yang begitu menusuk dari Reinhard. Tiba-tiba kedua netranya terasa panas, tetapi ia cepat mendongak, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh.Alicia mencoba menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam. Di saat bersamaan, pernyataan rindu Jason kembali melintas di dalam benaknya. ‘Seandainya saja Rein yang mengatakannya, mungkin ….’Alicia tertawa getir. “Cinta memang tidak dapat dipaksakan,” gumamnya dengan suara yang terdengar pilu.Air mata yang berusaha ditahannya pun meleleh dengan cepat. Namun, ketika mendengar suara langkah di dekatnya, Alicia menyekanya dengan cepat.“Nyonya, Anda baik-baik saja?”Su
“Manajer Morgan, saya tahu kalau Anda memiliki banyak pertanyaan,” ucap Alicia dengan sikap yang lebih terbuka.“Syukurlah kalau kamu paham,” balas Ivona dengan senyum penuh arti. Perlahan sorot matanya berubah sendu, seolah menyiratkan kesedihan yang bercampur rasa kecewanya.“Sebenarnya kenapa─”Sebelum Ivona melanjutkan, Alicia telah menyelanya lebih dulu, “Saya janji, saya pasti akan memberikan jawaban yang Anda inginkan. Tapi, saat ini saya masih harus melakukan beberapa urusan yang belum diselesaikan. Bagaimana kalau selepas pulang kerja saja kita bicara lebih santai, Manajer Morgan?”Ivona tertegun sejenak dengan tawaran tersebut. Ia melirik Jason sekilas. Pria itu tampak menganilisis maksud dari pembicaraaan mereka. Ivona pun memahami keinginan Alicia.“Baiklah. Saya tunggu kabar baikmu …,” Ivona melirik kartu identitas Alicia, lalu melanjutkan sembari tersenyum tipis, “Anya.”Setelah pembicaraan itu, Ivona pun berlalu dari hadapan Alicia dan Jason. Kepergian Ivona membuat hati
“Venus, hm?” gumam Ivona dengan tatapan tajam dan senyuman tipis yang membingkai bibirnya.Jantung Alicia berdegup kencang saat Ivona melangkah mendekat. Matanya terbelalak, menatap Ivona dengan panik.‘Apa yang ingin kamu lakukan, Ivona Morgan?!’ teriak Alicia dengan histeris di dalam hati.Masih dengan kepanikan yang menyergapnya, Alicia berusaha keras menahan diri agar tidak menunjukkan lebih banyak emosi. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menjaga ketenangannya di hadapan wanita itu.Dengan senyuman yang menggantung di wajahnya, Ivona mengamati ekspresi Alicia dengan seksama. Ia sempat berpikir untuk menginterogasi wanita itu, tetapi melihat kegelisahannya, Ivona hanya berucap, “Lama tidak bertemu denganmu, Venus.”Alicia meneguk salivanya dengan kasar. “Sepertinya Anda salah orang, Manajer Morgan,” ucapnya, mencoba tersenyum tetapi malah terlihat kaku.Di satu sisi, Jason telah mengerutkan keningnya saat mendengar penyangkalan Alicia. Pria itu mencoba menelaah situasi yang terj
Alicia segera memutuskan kontak matanya dengan Ivona. Ia menarik napas dalam-dalam, mengalihkan fokusnya kembali pada presentasi yang sudah disiapkan.“Selamat pagi, semuanya. Saya tidak akan mengulur waktu kalian lebih lama lagi. Sebelumnya, saya harap kita dapat mengabaikan hal yang tidak relevan dengan pembahasan saya pagi ini,” ujar Alicia dengan nada yang lebih stabil, berusaha mengendalikan dirinya setelah kejutan yang diberikan oleh kehadiran Ivona.Perhatian semua orang pun tertuju kepadanya dan layar proyektor yang telah memperlihatkan slide pertama dari presentasi yang telah disiapkan.Dengan nada tenang tetapi penuh keyakinan, ia memperkenalkan "Miracle," produk terbaru yang akan dikembangkan perusahaan mereka.“Miracle adalah solusi revolusioner yang saya rancang dengan tujuan tidak hanya memberikan hasil instan, tetapi juga memastikan kesehatan kulit jangka panjang. Produk ini menggabungkan teknologi bahan aktif eksklusif yang sebelumnya belum pernah digunakan di industri,