Halo Kak, menjelang libur imlek nanti mungkin saya akan lebih sibuk di real life, tapi akan saya usahakan update tp mungkin akan ada libur update juga. Untuk liburnya kapan pasti akan saya infokan. Terima kasih.
Alicia memandang kakaknya dan Reinhard secara bergantian, lalu suara tawa Regis yang terdengar sinis mengalihkan kembali fokus Alicia padanya.“Dia memberitahuku? Kalau dia memberitahuku, apa aku masih harus mencari masalah dengannya sekarang?” cetus Regis dengan suara yang terdengar dingin.Reinhard memang tidak memberitahu Regis mengenai keberadaan Alicia. Meskipun beberapa waktu lalu Regis menghubunginya dan memberitahu kedatangannya ke kota tersebut, Reinhard juga tidak mengatakan apa pun terkait Alicia kepadanyaNamun, mereka telah sepakat untuk bertemu malam ini. Reinhard bermaksud untuk menceritakan tentang Alicia kepada Regis saat mereka bertemu nanti dengan mempertemukan mereka secara langsung.Hanya saja, secara tidak terduga, Regis tiba-tiba saja muncul di tengah acara tadi dan hal itu tentunya cukup mengejutkan Reinhard.Namun, Reinhard sangat bersyukur Regis dapat menyesuaikan skenario mereka saat menjatuhkan keluarga Stein, padahal mereka tidak pernah berdiskusi apa pun
“Aku tidak perlu izinmu, Regis,” balas Reinhard dengan suara menggeram dingin.Aura penuh intimidasi pun kembali menyelimuti ruangan dan membuat Alicia yang berada di tengah mereka merasa frustrasi. Ia pun berpikir bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalahnya dengan Regis.Tanpa berpikir panjang, Alicia pun mengusulkan, “Bagaimana kalau kita bicara sambil makan?”Namun, tidak ada yang menjawabnya. Mereka hanya saling menatap tajam, suasana pun semakin memanas.Alicia pun mendengus kesal dan berkata, “Ya sudah. Kalau kalian memang masih mau berdiri di sini, silakan saja. Aku sudah lapar. Aku pergi cari makan sendiri saja.”Alicia berbalik untuk pergi, tapi sebelum ia sempat melangkah jauh, kedua pria itu bersamaan memanggil, “Alicia, tunggu!”Alicia melanjutkan langkahnya tanpa menoleh, membuat mereka terpaksa berhenti sejenak dari perdebatan mereka dan mengikuti langkahnya. Mark dan Owen juga tidak mau ketinggalan, keduanya mengikuti di belakang tuan mereka masing-m
Suasana di dalam ruangan kembali menjadi tegang, suara Regis berubah dingin dan disertai senyuman tipis yang tidak bersahabat. Namun, Reinhard tidak menggubris hal tersebut dan kembali bertanya, “Bukan begitu. Aku hanya ingin tahu … siapa yang sudah menyuruhmu datang ke hotel ini?”Regis mengamati wajah Reinhard dengan lekat. Walaupun Reinhard berusaha menutupi kecemasannya, tetapi Regis terlalu peka untuk tidak menyadarinya. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa dengan gerakan santai, tetapi tatapan tajamnya tetap menusuk.“Apa kalau tidak ada yang menyuruhku datang, kamu akan terus menyembunyikan masalah ini dariku, Xavier?” balas Regis tanpa mengubah ekspresi wajahnya.Intensitas ketegangan di antara kedua pria itu terasa berat kembali. Reinhard pun menyadari bahwa Regis sengaja mempersulitnya.Alicia juga dapat merasakan bahwa Regis masih ingin mencari gara-gara dengan Reinhard terkait situasi yang tengah terjadi saat ini maupun di masa lalu.Namun, Alicia tidak akan membiarkan kakakny
“Saat mengetahui hal itu, aku ingin langsung terbang ke London untuk memastikan kebenarannya. Hanya saja …,” Manik mata Regis menghunus tajam kepada Reinhard, lalu melanjutkan, “Aku mengira kamu akan menghubungiku untuk memberitahuku masalah ini. Tapi, ternyata tidak ….”Dengusan kasar bergulir dari hidung Regis. Raut wajahnya menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Ia pun kembali menyesap champagne dari gelasnya.Sementara, Reinhard mulai memahami alasan dari sikap tidak bersahabat dari Regis saat ini. Sembari menghela napas panjang, ia berkata, “Bukan aku bermaksud membohongimu, Regis. Awalnya aku berpikir menunggu keadaan Alicia membaik terlebih dahulu. Setelah dia siap bertemu denganmu maupun keluarganya, baru aku memberitahumu.”“Oh ya?” Regis terkekeh pelan sembari melirik ke arah Alicia yang tidak menunjukkan adanya ketidaksiapan yang dimaksud Reinhard.“Tapi, waktu kamu meneleponku, aku memutuskan untuk membicarakannya hal ini,” terang Reinhard, mencoba menunjukkan niatnya.Regi
“Kenapa kamu tidak habis? Bukannya tadi kamu bilang sangat lapar?”Regis melirik piring dessert Alicia yang masih tersisa. Padahal piringnya dan Reinhard sudah bersih. Tadi Alicia juga tidak menghabiskan menu utama yang disajikan oleh para pelayan restoran.“Aku memang lapar. Tapi, selera makanku sudah hilang karena kamu menyuruhku untuk meninggalkan Xavier,” celetuk Alicia sembari memanyunkan bibirnya. Raut wajahnya masih terlihat kesal.Regis pun mengulum senyumnya. “Aku tidak bilang seperti itu, Alicia. Aku hanya memintamu untuk pulang bersamaku.”Alicia berdecak malas. “Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan, Kakak?”Alih-alih merasa marah, Regis malah mengembangkan senyumannya dan berkata, “Baguslah kalau kamu tahu.”“Kakak!” Alicia berteriak, matanya telah melotot tajam ke arah Regis. Wajahnya memerah karena rasa kesal yang bercampur frustrasi. “Kenapa kamu selalu memaksakan kehendakmu seperti ini? Aku sudah dewasa, Kak. Aku juga sudah menikah.”Bukannya menanggapi kem
“Dia tidak memberiku obat apa pun,” cetus Alicia dengan tegas.Reinhard baru saja ingin menjawab, tetapi akhirnya ia mengurungkan niatnya tersebut dan Alicia kembali menambahkan, “Aku mencintainya atas keinginanku sendiri, Kak. Selamanya hatiku hanya untuk Xavier seorang.”Dengan satu telujuknya Regis mendorong pelan pelipis Alicia dan berkata, “Kamu ini … bicara seperti ini saja kamu tidak malu, hm?”Regis menggelengkan kepalanya berulang kali dan melanjutkan, “tapi, tadi bisa-bisanya malah bilang malu untuk pulang? Ada saja alasanmu.”Alicia mengerucutkan bibirnya semabari mengusap pelipisnya. “Bukankah kamu dengan kakak ipar juga selalu menunjukkan kemesraan kalian tanpa peduli pandangan orang? Kenapa aku tidak boleh?”“Itu dua hal yang berbeda, Alicia.” Regis membalas dengan acuh tak acuh dan membuat Alicia semakin kesal.Mendengar perdebatan istrinya dengan Regis, senyuman di bibir Reinhard semakin lebar. Ia merasa seperti kembali ke masa lalu di mana Alicia dapat mengekspresikan
“Jadi kamu sudah tahu?” ujar Reinhard dengan suara datar, tidak terlalu terkejut dengan tuduhan tersebut. Ia pun menambahkan dengan senyum sinis, “Sepertinya Royal Dragon benar-benar punya jaringan informasi yang luar biasa.” “Tentu saja. Kalau aku mau, tidak ada informasi yang bisa luput dariku,” balas Regis dengan nada sombong. “Memang tidak seharusnya aku meremehkanmu,” gumam Reinhard seraya tersenyum tipis. “Tapi, mengenai insiden kebakaran itu, aku berjanji padamu, aku pasti akan memberikanmu satu penjelasan.” Regis mendengus. “Kamu pikir hanya karena masalah itu aku tidak mengizinkanmu bersama Alicia?” Tatapan Reinhard menajam. Ia pun semakin yakin bahwa kekhawatiran yang sejak tadi mengganggu pikirannya itu benar. Namun, karena tidak ingin sembarangan mengambil kesimpulan, Reinhard pun bertanya, “Regis, jujurlah padaku. Apa ayahku datang menemuimu dan memintamu untuk membawa Alicia pergi?” Kening Regis mengernyit. Ia tertegun selama tiga detik, lalu menyeringai kecil
“Mau itu hanya rumor atau bukan, aku tetap akan membawa Alicia kembali bersamaku.” Setelah mengatakan hal itu, Regis berbalik badan dan melangkah pergi─tidak memberikan Reinhard kesempatan untuk menanggapi. Namun, Reinhard tidak membiarkannya pergi begitu saja. Ia bergegas menghentikannya dan menarik lengannya, tetapi dengan cepat pula, Regis melayangkan kepalan tinjunya ke arah Reinhard. Sayangnya, serangan Regis meleset dan hanya mengenai sedikit pipi Reinhard, membuatnya terhuyung mundur beberapa langkah. Tidak berhenti sampai di sana, Regis kembali melakukan serangan berikutnya. Dibandingkan membalas serangan, Reinhard memilih untuk mengelak. Meskipun serangan Regis sangat gesit, tetapi Reinhard bisa menghindar dengan cepat. Hanya saja akhirnya pukulan Regis mengenai lengan kiri Reinhard saat Reinhard menahan serangannya. Seketika rasa sakit dari luka yang belum sepenuhnya pulih itu pun menjalar. Reinhard meringis sembari menggertakkan giginya. Regis, yang menyadari kelemah
Ruangan mendadak sunyi. Diego, Winny, dan Liliana saling bertukar pandang, mencoba memahami maksud dari kata-kata Alicia."Apa maksudmu, Sayang?" tanya Liliana lembut, tangannya masih menggenggam jemari Alicia dengan erat.Alicia menelan saliva, berusaha mengendalikan emosinya. "Aku ingat ... siapa yang mencoba membunuhku tiga tahun lalu."“Bi-bicara apa kamu, Alicia?” tanya Liliana dengan bingung, sedangkan Winny terlihat sangat syok.“Aku ingat … aku akhirnya ditabrak karena lari dari pembunuh itu,” gumam Alicia, masih mencengkeram erat kedua sisi kepalanya.Diego memicingkan netranya dengan tajam dan bertanya dengan penuh selidik, “Maksudmu kecelakaan waktu itu adalah ulah orang yang mengincar nyawamu?”Alicia menggeleng pelan. “Bukan, Papa. Bukan seperti itu,” gumamnya, masih sangat syok dengan ingatan yang muncul di dalam benaknya.“Lalu, apa maksudmu?” desak Diego.“Benar, Alicia. Ceritakan yang jelas.” Liliana ikut panik. Ia menggenggam erat tangan ibu mertuanya, untuk menenang
“Dari mana kamu mendengar tentang hal itu, Alicia?” Reinhard terdengar kaget dan nada suaranya berubah serius.“Aku … aku punya sumberku sendiri,” jawab Alicia, sengaja tidak menyebutkan nama Rayden karena tidak ingin Reinhard menyalahkan keponakannya tersebut.Reinhard tidak langsung menanggapi, menciptakan jeda yang membuat Alicia semakin gelisah.Akhirnya, pria itu menghela napas pelan dan berkata "Kamu tidak perlu mencemaskan masalah ini, Sayang. Aku sudah memiliki perhitungan sendiri dalam mengatasinya."Alicia memunduk, memanyunkan bibirnya. "Aku tahu kalau aku memang tidak berguna, tidak bisa membantu apa pun," cicitnya."Jangan berpikiran seperti itu," Reinhard langsung menimpali. "Kamu tahu ... bagiku, kamu jauh lebih berharga daripada yang kamu pikirkan, Alicia."Alicia menggigit bibirnya. "Benarkah? Kamu pasti hanya ingin menghiburku saja."Suara kekehan kecil Reinhard terdengar, membuat Alicia berdecak kesal."Jadi sampai sejauh apa masalah ini berkembang di sana, Xavier?"
“Apa kerugiannya sangat parah?” tanya Alicia, lalu menyadari jika tidak seharusnya ia bertanya kepada keponakannya yang tidak mungkin akan mengetahui hal tersebut secara mendetail. Akan tetapi, di luar perkiraannya, Rayden menjelaskan semua yang diketahuinya dengan profesional. Alicia benar-benar terpana dengan kecerdasan keponakannya tersebut. “Bagaimana kamu bisa tahu, Ray? Memangnya Papamu tidak tahu kalau kamu menguping?” tanya Alicia dengan kagum. “Tante terlalu meremehkanku.” Rayden mengangkat satu alisnya dan tersenyum angkuh. “Memangnya apa yang tidak diketahui oleh Zeus, hm?” Alicia mengerutkan dahinya. Perlahan netranya terbelalak besar. “Maksudnya … kamu adalah Zeus?!” Alicia menatap Rayden dengan ekspresi sulit percaya. Keponakannya yang baru berusia belasan tahun ini ternyata adalah peretas handal yang dibayarnya waktu itu?“Kamu bercanda, kan?” desis Alicia, masih berusaha mencerna informasi yang baru saja didapatnya.Rayden menghela napas dan bersandar di kursinya d
“Kamu kenapa, Alicia?” tanya Amora dengan cemas.Alicia menggeleng pelan, menelan salivanya untuk menahan rasa mual yang tiba-tiba menyerang. “Aku tidak tahu … tiba-tiba saja aku merasa pusing dan mual setelah mencium bunga ini.”Regis mengernyit, mengambil buket tersebut dan mengendus aromanya. "Bunganya tidak ada yang aneh. Hanya terlalu menyengat saja. Mungkin kamu tidak cocok dengan baunya. Sebaiknya suruh Xavier berhenti mengirim bunga ini.”Amora langsung melotot ke arah suaminya, memberi isyarat agar tidak sembarangan berbicara. Namun, Regis hanya mengangkat bahu dengan santai dan kembali menikmati sarapannya.Sementara itu, Alicia masih berusaha menenangkan dirinya. Amora yang khawatir segera mengeluarkan minyak esensial dari saku dress hamilnya dan menyodorkannya kepada Alicia.“Coba oleskan di bawah hidungmu. Ini mungkin bisa membantu,” ucap Amora dengan lembut.Alicia menuruti saran kakak iparnya. Anehnya, setelah menghirup aroma minyak itu, rasa mualnya berangsur berkurang
Noel tidak menjawab. Ia hanya membereskan peralatan medisnya ke dalam tas.Alicia pun tidak ingin menggodanya lebih lanjut karena ia tahu bahwa cinta pertama tidak semudah itu dapat dilupakan.“Ryu ternyata anak yang sangat aktif juga,” ucap Alicia, mengalihkan pembicaraan.“Sifatnya mirip denganmu, Alicia,” celetuk Noel.Alicia memutar bola matanya dengan malas. “Aku tidak seperti itu,” tampiknya.Noel terkekeh pelan. “Kamu tidak ingat? Dulu kamu juga sering membuat para pelayan panik dengan ulahmu dan ayahmu sampai menebang semua pohon di taman belakang itu.”Pipi Alicia langsung memerah. "Kenapa sih yang diingat malah hal-hal memalukan?" gerutunya.Noel tersenyum tipis, lalu perlahan ekspresinya berubah serius. “Sekarang … bisakah kamu menceritakan padaku apa yang terjadi?”Alicia terdiam sejenak, menatap lurus pria itu. Setelah merasa ragu selama beberapa saat, akhirnya ia pun menjelaskan kondisi yang dirasakannya kepada pria itu.Noel mendengarkan dengan seksama tanpa menyelanya.
“Alicia.”Suara lembut yang memanggil namanya terdengar samar di telinganya, tetapi semakin lama semakin terdengar jelas dan menarik kesadarannya kembali. Kelopak mata Alicia berkedut sebelum akhirnya terbuka perlahan.Cahaya lampu ruangan menyambut pandangannya, memberikan efek menyilaukan yang membuat Alicia kembali menutup matanya dengan cepat. Namun, ia membuka matanya kembali dengan perlahan-lahan.Alicia melihat sosok wanita yang tidak lain adalah kakak iparnya, Amora Lysander. Wanita itu tidak sendiri, tetapi bersama Noel yang sedang memeriksa kondisinya dengan peralatan yang dibawanya.“Syukurlah kamu sudah sadar, Alicia,” Amora bergumam dengan penuh kelegaan.Alicia berkedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kepalanya masih terasa berat, dan ada sensasi berdenyut yang samar di pelipisnya.“Alicia, bagaimana perasaanmu?” tanya Amora dengan suara lembut.Namun, Alicia tidak menjawab sehingga Amora pun menoleh pada Noel dan bertanya, “Apa ada
Alicia menatap langit-langit kamar, pikirannya tak henti-henti mengembara. Semakin Reinhard memintanya untuk melupakan pertanyaan itu, semakin besar rasa ingin tahunya."Kenapa Xavier tiba-tiba menanyakan kecelakaan itu?" gumamnya pelan.Alicia menghela napas panjang dan berbalik, memeluk bantalnya.Ia tahu Reinhard tidak akan menanyakan hal itu tanpa alasan. Pria itu mungkin menyembunyikan sesuatu darinya dan seperti biasanya, Alicia lagi-lagi merasa berkecil hati.“Ah, tidak! Apa yang aku pikirkan?” Alicia menggelengkan kepalanya dengan kuat, mencoba mengusir rasa khawatirnya yang berlebihan.“Aku harus percaya padanya. Xavier bertanya seperti itu, pasti karena ada sesuatu yang penting yang ingin dipastikannya saja.”Embusan napas kasar bergulir dari bibir Alicia. Ia pun memejamkan matanya kembali, mencoba untuk mencari potongan ingatan yang hilang di dalam memorinya tersebut.Namun, semakin ia mencoba, semakin kuat rasa sakit yang menghantamnya. Seolah ada dinding tebal yang mengha
“Daripada membicarakan dia, ada hal penting yang ingin kutanyakan padamu,” ucap Reinhard, suaranya tiba-tiba menjadi lebih serius.“Hal apa?” tanya Alicia. Suaranya masih diselimuti kekhawatiran.Namun, Reinhard tidak langsung menjawab sehingga keheningan yang tercipta di antara mereka membuat rasa ingin tahu Alicia yang berada di ujung telepon tersebut semakin besar.“Xavier─”Sebelum Alicia sempat mendesaknya, Reinhard akhirnya bersuara. “Alicia, mengenai kecelakaanmu waktu itu, apa kamu bisa menceritakannya padaku?”“Kecelakaanku?” gumam Alicia yang diliputi kebingungan.“Maaf, aku bukan ingin memaksamu untuk mengingat kenangan buruk itu. Tapi …,” Reinhard menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “aku ingin tahu bagaimana kamu bisa tidak ada di dalam pesawat waktu itu?”“Kenapa kamu bertanya tentang hal ini?” tanya Alicia dengan bingung.“Aku hanya ingin tahu semuanya tentangmu, Sayang,” dalih Reinhard.Ia terpaksa berbohong. Ia tidak ingin Alicia mengetahui permasalahan rumi
Siapa lagi yang bisa mengubah suasana hati Reinhard secepat ini jika bukan istri tercintanya, Alicia Lorenzo?Ternyata, wanita itu sudah mengirimkan beberapa pesan untuknya tanpa ia sadari.Reinhard bergegas membuka pesan-pesan tersebut dan membacanya dengan penuh antusias.[Kamu lagi apa, Suamiku?][Kamu lagi sibuk?][Sesibuk-sibuknya kamu, jangan sampai lupa makan. Aku tidak ingin kamu sakit.][Kamu tidak rindu aku?][Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Selamat bekerja.]Ketegangan yang dirasakan Reinhard seketika menguap saat membaca pesan singkat beruntun dari istrinya tersebut. Tanpa membuang waktu, ia langsung menekan nomor kontak wanita pujaannya itu dan melakukan panggilan video.Baru dering pertama, panggilan tersebut langsung terhubung. Akan tetapi, Alicia tidak menyalakan kameranya sehingga Reinhard tidak dapat melihat wajahnya.“Halo,” sahut Alicia di seberang teleponnya.“Sayang, kameramu belum on,” ucap Reinhard mengingatkan.“Aku memang sengaja,” timpal Alicia, t