“Ed!”Thalia berteriak histeris saat melihat calon suaminya tergeletak di area taman dalam kondisi kesakitan. Tidak ada satu pun yang menawarkan bantuan kepada pria itu.Thalia pun bergegas menghampiri calon suaminya. “Astaga! Apa yang terjadi padamu, Sayang? Siapa yang melakukan hal ini padamu?” cecarnya dengan pertanyaan beruntun.Edwin tidak menjawab. Ia mendongakkan wajahnya, menatap wajah Thalia yang dipenuhi kekhawatiran. Wajah Edwin terlihat sangat pucat. Napasnya juga terengah-engah, berusaha mengatasi rasa sakit yang tak tertahankan dari luka yang diterimanya.“Ed, tolong jawab aku!” Thalia mengguncang bahu Edwin dengan panik, tetapi tindakannya itu membuat kondisi Edwin semakin memburuk.“Argh! Sakit!” teriak Edwin dengan histeris.Thalia sangat terkejut. Ia bergegas menarik tangannya dengan cepat dan memandang calon suaminya itu dengan penuh khawatir. “Maaf, Sayang … aku tidak tahu kalau ….”Sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar, Thalia bergumam dengan mata berkaca-ka
“Thalia, sudahlah. Sebaiknya kita pergi saja,” ujar Edwin, menghentikan calon istrinya.Thalia terkesiap. “Tapi─”“Restoran ini adalah milik Nyonya Besar Hernandez. Sebaiknya kita tidak mencari masalah lebih jauh lagi, Thalia,” bisik Edwin, mengingatkannya.Thalia tahu jelas maksud dari ucapan calon suaminya tersebut. Mencari masalah dengan keluarga Hernandez sama artinya jika ia siap untuk bertaruh nyawa dan kehilangan semuanya!Akhirnya dengan penuh kemarahan, Thalia hanya bisa pasrah meninggalkan restoran tersebut dengan memapah Edwin.“Tenang saja, Sayang. Aku pasti akan menemukan bajingan gila itu dan membalas semua yang sudah dilakukannya padaku,” tukas Edwin dengan penuh keyakinan.Ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk mencari pria itu meskipun harus mengejarnya hingga ke ujung dunia untuk mengembalikan harga dirinya yang terluka.***“Kerja bagus.” Reinhard mengulum senyumnya, mendengarkan laporan yang sedang diberikan oleh sang manajer restoran kepadanya.Ia memang sudah me
“Buka pintunya.”Kening Alicia mengernyit saat ia mendengar perintah dari Reinhard. Mereka baru saja sampai di depan kediaman apartemen mereka.Alicia pun menoleh. “Kenapa aku yang harus membukanya? Bukankah kalau pakai sidik jarimu lebih cepat?” tanyanya, menatap Reinhard dengan satu alis terangkat.Padahal Reinhard yang telah berada di depan pintu lebih dulu, tetapi pria itu malah memasang wajah acuh tak acuh dan kembali mengisyaratkan Alicia untuk membuka pintu itu.Karena malas berdebat, Alicia pun mengalah. Sembari menghela napas panjang, ia memasukkan kode sandi pintu tersebut dan mendorong pintu hingga terbuka. Begitu ia melangkah masuk, Alicia langsung terdiam, terkejut melihat apa yang ada di hadapannya.“I-ini ….” Suara Alicia tercekat.Dengan sepasang netra yang terbelalak lebar, ia mengamati sekeliling ruangan tersebut. Pemandangan yang disuguhkan tersebut juga membuatnya tidak mampu berkata-kata.Kelopak bunga mawar tersebar rapi, membentuk jalan menuju ruang tengah sehing
“Sebenarnya aku mau mengatakan permintaan maafku setelah menunjukkan kejutan ini.”Suara Reinhard mengalihkan lamunan Alicia. Ia menatap pria itu dengan penuh perhatian.Reinhard telah menuangkan anggur merah di dalam kedua gelas yang tersedia, kemudian menyerahkan salah satunya kepada istrinya.Sementara, Alicia masih mencari jawaban di balik sikap aneh Reinhard malam ini. Hatinya penuh dengan pertanyaan yang ingin diucapkan, tapi ia menahannya, takut jika perasaannya akan terbaca.“Sebelumnya aku memang berpikir untuk pulang terlebih dahulu. Tapi, ternyata tidak sesuai dengan rencana,” lanjut Reinhard seraya menyentuhkan gelasnya dengan gelas milik Alicia, lalu ia menyesap pelan anggur merahnya.Alicia kembali tertegun, mengingat kembali hal yang dilakukan Reinhard padanya tadi. Pria itu membawanya untuk makan malam terlebih dahulu karena Alicia memang sudah lapar saat itu. Karena alasan inilah, Reinhard harus menunda sejenak kejutannya ini.Alicia tersenyum tipis, hatinya sedikit g
“Rein, berhenti! Aku bilang aku bisa jalan sendiri!” Alicia masih meronta. Dengan kepalan tangannya ia memukul pundak Reinhard meskipun tidak dengan bersungguh-sungguh.Akhirnya perlawanan Alicia pun terhenti setelah mereka masuk ke dalam kamar mandi. Reinhard mendudukkannya di pinggiran bathtub.“Tidak perlu terlalu tegang. Rileks saja,” ucap Reinhard dengan lembut.Meskipun merasa kesal dengan tindakan Reinhard yang semena-mena, tetapi kalimat pria itu berhasil meredakan sedikit kegugupannya. Masih dengan pikiran yang dipenuhi kebingungan, matanya menyelidik, mencoba memahami alasan perbuatan Reinhard saat ini.“Kamu tidak perlu melakukan hal ini. Aku bisa melakukannya sendiri,” celetuk Alicia ketika Reinhard mengalirkan air hangat untuk mengisi bathtub.Reinhard hanya menatapnya sejenak. Tanpa mempedulikan ucapan Alicia, ia memeriksa suhu air di dalam bathtub tersebut.“Rein,” panggil Alicia sekali lagi.Seulas senyuman lembut mengukir kedua sudut bibir Reinhard. Tatapan teduh pria
“Berhenti bicara yang aneh-aneh, Rein,” ucap Alicia sambil memalingkan wajahnya. Ia berharap dapat mengalihkan suasana yang semakin membuatnya tersudutkan.Akan tetapi, Reinhard tidak memberikan tanggapan. Tiba-tiba pria itu beranjak dari tempatnya. Alicia pun menarik napas lega, mengira Reinhard akan meninggalkannya.Sayangnya, tidak berapa lama kemudian, pria itu kembali lagi dengan membawa segelas anggur merah, lalu memberikannya kepada Alicia. “Minumlah agar lebih rileks,” ujarnya.Alicia memandangnya ragu. Namun, Reinhard menyodorkan gelas itu lagi sembari tersenyum kecil. “Yakin tidak ingin mencoba? Aku rasa kamu membutuhkannya agar dapat lebih menikmati spesial service yang kuberikan.”“Kamu tidak perlu memberikan spesial service apa pun, Rein. Aku tidak ingin merepotkanmu. Anggap saja aku tidak mengatakan apa pun tadi,” ujar Alicia, mencari dalih untuk menghentikan pria itu.Akan tetapi, Reinhard malah tersenyum melihat kegugupan wanita itu. “Aku adalah orang yang sangat memega
Manik mata Reinhard yang bersinar lembut masih mengamati wajah pulas istrinya tersebut. Namun, perhatiannya teralihkan oleh getaran ponselnya yang tergeletak di atas nakas.“Siapa yang sudah bosan hidup pagi-pagi begini,” gerutu Reinhard seraya berdecak kesal.Dengan hati-hati ia mengangkat kepala Alicia agar ia bisa mengangkat lengannya, lalu perlahan ia menyingkirkan tangan wanita itu yang masih memeluk pinggangnya. Setelah berhasil membebaskan diri, Reinhard menutupi tubuh istrinya itu dengan selimut, lalu ia menyambar ponselnya.Satu alisnya terangkat, melihat nama asistennya pada layar gawainya tersebut. Ia pun menjawab panggilan itu sembari melangkah dengan tenang ke arah balkon, membiarkan udara segar pagi menyapa wajahnya saat ia membuka pintu kaca balkon.Dengan pandangan yang masih setengah tertuju pada kamar, Reinhard mengangkat ponselnya.“Aku harap laporan yang kudengar pagi ini sangat penting, Owen.” Suara Reinhard terdengar rendah dan dingin.Nada yang tidak mengenal ko
“Tapi, Tuan Muda … bukankah Nyonya Muda berencana meluncurkan produk barunya nanti untuk menjatuhkan Mirage? Kalau Tuan Nick ikut berpartisipasi dalam kerja sama ini, saya khawatir ….”Kening Reinhard berkerut saat mendengar keresahan yang baru dicetuskan oleh asistennya di seberang ponselnya. Ia pun tertegun sejenak, lalu bergumam, “Sepertinya ucapanmu ada benarnya.”Kerja sama Nicholas dengan Mirage pastinya akan mempengaruhi rencana Alicia meskipun Reinhard masih belum mengetahui secara pasti hal yang ingin Alicia lakukan nanti. Reinhard pun berpikir jika ia tidak bisa membiarkan tindakan Nicholas menghambat langkah wanitanya.Selain itu, ia juga khawatir sepupunya itu juga akan membahayakan wanita itu apabila mengetahui Alicia akan merusak proyek kerja sama Nexus dengan Mirage nanti.“Owen, atur pertemuanku dengan Nick,” titah Reinhard. Ia memutuskan untuk menghentikan sepupunya tersebut.“Tapi, Tuan Muda … saya rasa Tuan Nick tidak akan berhenti walaupun Anda membujuknya.” Owen m
Alicia memandang kakaknya dan Reinhard secara bergantian, lalu suara tawa Regis yang terdengar sinis mengalihkan kembali fokus Alicia padanya.“Dia memberitahuku? Kalau dia memberitahuku, apa aku masih harus mencari masalah dengannya sekarang?” cetus Regis dengan suara yang terdengar dingin.Reinhard memang tidak memberitahu Regis mengenai keberadaan Alicia. Meskipun beberapa waktu lalu Regis menghubunginya dan memberitahu kedatangannya ke kota tersebut, Reinhard juga tidak mengatakan apa pun terkait Alicia kepadanyaNamun, mereka telah sepakat untuk bertemu malam ini. Reinhard bermaksud untuk menceritakan tentang Alicia kepada Regis saat mereka bertemu nanti dengan mempertemukan mereka secara langsung.Hanya saja, secara tidak terduga, Regis tiba-tiba saja muncul di tengah acara tadi dan hal itu tentunya cukup mengejutkan Reinhard.Namun, Reinhard sangat bersyukur Regis dapat menyesuaikan skenario mereka saat menjatuhkan keluarga Stein, padahal mereka tidak pernah berdiskusi apa pun
“Mau ke mana? Urusan kita belum selesai, Alicia,” ucap Regis seraya menyeringai dingin. Sorot matanya terlihat tajam, membuat jantung Alicia berdegup semakin cepat karena merasa terintimidasi.“Me-memangnya ada urusan apa, Kak?” Alicia mengalihkan pandangannya dengan gugup.Netra Regis menyipit tajam. “Kamu mau berpura-pura bodoh, huh?”“Aku … aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Sekarang aku sangat lelah dan mau pulang,” sahut Alicia, berusaha menghindari pembicaraan dengan kakaknya.Meskipun sebelumnya Regis telah menerimanya kembali sebagai adik, tetapi Alicia tahu bahwa ada banyak hal yang harus dijelaskannya kepada kakaknya tersebut. Tatapan tajam Regis saat ini seakan menuntut penebusan dosa darinya.Alicia teringat kembali kejadian tiga tahun lalu di mana Regis sudah memperingatkannya untuk tidak lagi melakukan hal bodoh dengan menemui Reinhard.Regis merasa malu dengan perbuatan Alicia yang terus mengejar pria itu, meski sudah ditolak berkali-kali. Karena itu, Regis memblo
Bisik-bisik tamu undangan perlahan memudar ketika satu per satu dari mereka memutuskan untuk meninggalkan acara yang telah berubah menjadi mimpi buruk. Beberapa melirik Miranda dengan simpati, tetapi tidak ada yang ingin mengulurkan tangan mereka untuk membantunya.Namun, langkah para tamu terhenti di depan pintu keluar aula saat melihat para pengawal Lorenzo dan Hernandez memblokir jalan mereka.“Apa yang kalian lakukan? Kenapa menghalangi jalan kami?” protes salah seorang tamu.Salah seorang pengawal Lorenzo pun menjawab, “Kami hanya ingin memeriksa ponsel Anda semua. Setelah itu kalian sudah boleh pergi.”Kegelisahan mulai menyelimuti para tamu undangan. Beberapa dari mereka saling berbisik, mencoba mempertimbangkan apakah harus menuruti permintaan tersebut.Namun, ada salah seorang tamu yang kembali mengajukan protesnya. “Apa maksudnya ponsel kami diperiksa? Ini melanggar privasi!”Meski menghadapi pen
Mendengar pengakuan Thalia terkait janin di dalam rahimnya tersebut, Miranda sangat syok. Wanita paruh baya itu menatap putranya dengan tak percaya. “Ini … ini tidak benar, kan, Ed?”Alih-alih menjawab, Edwin malah memalingkan wajahnya.“Kenapa kamu melakukannya, Ed?” Miranda mendesak putranya lebih lanjut. Namun, pria itu masih tertunduk dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.Pandangan Miranda pun tertuju kepada Thalia. Ia meraih kedua tangan wanita itu dan bertanya dengan wajah yang masih terlihat syok, “Thalia, kamu … kamu pasti berbohong, kan? Kamu sengaja mengatakan ini hanya untuk menyudutkan Edwin, bukan? Tolong katakan kalau ini tidak benar!”Miranda memohon dengan suara bergetar, seolah masih berharap menemukan celah untuk menyelamatkan nama baik putranya.Selama ini Miranda selalu memperlakukan Thalia dengan baik karena mengira wanita itu mengandung penerus keluarga Stein. Namun, ia tidak
Miranda terperangah. Ia pun bergegas menghampiri John dan memohon, “Tu-tuan Vale, Anda tidak boleh menggugurkannya. Dia … dia adalah penerus keluarga Stein.” John mendengus sinis. “Saya tidak mau punya keturunan dari darah daging seperti kalian!” cetusnya. Pandangan John beralih kepada cucunya yang tengah berdiri seperti mayat hidup. Wajahnya terlihat sangat kacau dengan air mata bercucuran di wajahnya.Kebenaran yang diterimanya mengenai Edwin sudah memberikan pukulan yang sangat besar bagi Thalia. Melihat kondisi cucunya tersebut, John hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan ekspresi kecewa yang dalam.“Kamu telah mempermalukan keluarga kita dengan laki-laki pilihanmu ini, Thalia,” ucap John seraya mendengus kasar.Thalia tersenyum pahit. Ia tidak berusaha membela diri. Saat ini tatapannya terlihat kosong seolah semua harapan hidupnya sudah lenyap tak berbekas. Selama ini Thalia mengira Edwin benar-benar mencintainya sepenuh hati hingga ia sangat membenci Alicia yang diangga
“Keputusan yang sangat bagus, Tuan Vale.” Suara Alicia membuat perhatian John tertuju padanya.Pria tua itu menatapnya dengan bingung. Sebelum John bertanya lebih jauh, Alicia pun berkata, “Kebetulan saya masih ada kejutan lain yang harus Anda dan semuanya nikmati.”Mendengar hal tersebut, Edwin semakin panik dan berkata dengan murka, “Apa lagi yang kamu inginkan? Apa kamu belum puas menjebakku, Anya?!”Alicia hanya mendengus sinis, sama sekali tidak mengindahkan ucapan mantan suaminya tersebut. Ia memerintahkan Owen untuk menampilkan tayangan video berikutnya di mana terlihat cuplikan adegan panas yang sudah disensor sebelumnya.Dalam tayangan itu hanya memperlihatkan wajah Edwin dengan wanita bayarannya. Namun, orang-orang dapat melihat dengan jelas ekspresi Edwin yang sangat menikmati momen intimnya dengan wanita itu."Ya ampun, menjijikkan sekali.""Jadi dia juga sering jajan di luar? Benar-benar gila!"Berbagai umpatan dari orang-orang pun terdengar memenuhi aula. Air muka John V
Alicia memberikan isyarat kepada Owen, yang dengan segera menyampaikan perintah melalui earpiece di telinganya. Seketika lampu-lampu di aula meredup, dan layar besar di ujung ruangan menyala, menampilkan sebuah video. Suasana menjadi hening. Semua mata tertuju pada layar. Wajah Edwin memucat seketika ketika ia melihat tayangan yang mulai diputar. Itu adalah rekaman suara dan video yang jelas memperlihatkan aksi Edwin yang sedang bercengkerama dengan seorang petinggi suatu instansi khusus perizinan produk. Selama seminggu terakhir ini produk Shiny terus mendapatkan laporan keluhan dari para konsumen dan terus menjadi bahan pemberitaan di media. Karena itu Mirage diminta untuk bekerja sama dalam melakukan pemeriksaan terhadap produk tersebut. Namun, Edwin menggunakan cara pintas untuk mempercepat pemulihan nama baik perusahaannya agar produk dapat dipasarkan kembali. Dalam rekaman tersebut terdengar jelas bagaimana Edwin memohon untuk diloloskan dengan mengimingi imbalan yang sangat
Keringat dingin mengucur deras di pelipis Edwin saat tatapan penuh amarah dan kebencian Regis tertuju padanya.Dengan wajah menahan rasa malu, Edwin pun mencoba untuk menciptakan kesempatan untuk dirinya dan memohon dengan suara terbata-bata, “Tu-tuan Muda Lorenzo, saya akui kalau saya bersalah. Saya benar-benar minta maaf. Kalau waktu itu saya tahu dia adalah adik Anda, saat itu juga saya pasti akan mengembalikannya kepada Anda.”Namun, bukannya menunjukkan rasa iba, Regis malah menyeringai sinis. “Mengembalikan?” gumamnya dengan wajah yang seketika berubah dingin dan penuh kekejaman.Edwin menelan ludah, tubuhnya gemetar. “Saya ... Saya benar-benar menyesal. Tolong beri saya kesempatan untuk menebus kesalahan ini, Tuan Muda Lorenzo ....”Regis melangkah mendekat. Kepalan tangannya yang telah tergenggam erat pun akhirnya melayang dengan cepat, menghantam wajah Edwin dengan keras. Suara teriakan kaget dari para tamu wanita yang menyaksikan adegan tersebut pun terdengar memenuhi aula.
Melihat ekspresi orang-orang yang sedang menunggu jawaban darinya, Regis pun tertawa kecil. Suara tawanya terdengar dalam dan penuh percaya diri, membuat suasana semakin tegang.“Kamu benar. Dia memang dinyatakan meninggal dalam kecelakaan pesawat, tapi …,” Regis sengaja menggantungkan ucapannya. Tatapannya mengedar ke sekeliling ruangan, lalu berhenti pada sosok Alicia.Dari jaraknya saat ini, Regis bisa melihat sepasang mata biru Alicia yang berkaca-kaca. Sorot mata yang dipenuhi emosi yang bercampur aduk itu membuat Regis merasakan bahwa adiknya itu memiliki cerita pahit yang dipenuhi dengan rasa sakit yang berusaha disimpannya rapat-rapat.Seulas senyuman tipis Regis layangkan kepadanya, lalu ia melanjutkan, “Tapi, dia adalah gadis keras kepala yang sangat beruntung. Bahkan malaikat maut saja berteman baik dengannya.”Ucapan Regis yang diselimuti guyonan ringan itu berhasil membuat Alicia tersenyum, tetapi air mata wanit