Gina mengangkat wajah dan melihat Robin yang masih berdiri membelakanginya. Pria itu memiliki tempat di hatinya yang entah bisa digantikan atau tidak.Bohong jika dia tidak pernah membayangkan masa depan dimana ada Robin dan dirinya. Dia berpikir bisa menikah dan memiliki anak bersama sang kekasih hatinya.Sampai kemarin, Gina sedang pulang kampung karena ibunya sakit, tapi Robin justru meminta berpisah dengan wanita itu.Ini adalah hasil yang telah lama ditakdirkan dan Gina menerimanya dengan tenang, kemudian dia kembali ke Jakarta dan mulai berkemas.Dan Robin tidak pernah sedikitpun pergi dari apartemen itu, dia justru mengawasi Gina dengan baik dan menjaganya.Dia memang harus menikah dengan wanita lain, tapi Gina selalu ada di hatinya. Robin ingin sekali memilih perasaannya, lari dengan Gina ke tempat dimana hanya ada mereka berdua. Tapi dia juga tidak boleh bersikap egois dan mengorbankan keluarga.“Sebentar lagi Elaine akan datang dan membantuku untuk pindah, maaf harus merepot
Robin mengerti bahwa sepanjang hidupnya, dia tidak akan pernah menemukan wanita seperti Gina yang mencintainya dengan tulus. Dan dia tidak akan mencintai seseorang dengan semua kekuatannya seperti dirinya mencintai Gina.Melihat mobil perlahan-lahan berbelok di tikungan jalan, dan akan menghilang. Tiba-tiba Robin merasa seolah ada sesuatu yang terlepas dari hatinya.Elaine berharap para pria itu akan mengatakan dia akan menyesalinya. Bahkan, Robin dan Reyhan sekarang sudah menyesalinya.Robin berlari ke arah mobil dengan lepas kendali. Dia hanya punya satu pikiran sekarang, yaitu mengejar wanitanya. Urusan perusahaan, keluarga, perjodohan, dia sudah tidak mempedulikan lagi.Elaine melihat dari kaca spion bahwa Robin mengejar mobil mereka seperti orang bodoh, dan tanpa sadar ingin menghentikan mobil itu. Dia tidak buta, bagaimana mungkin dia tidak melihat bahwa Gina dan Robin masih saling mencintai.Elaine hanya memperlambat mobil, dan Gina yang duduk di sampingnya, tiba-tiba berkata,
Elaine bisa menebak jika kedua orang tuanya sudah tahu identitas Reyhan, dan mereka akan secara tiba-tiba menyukai si menantu tak berguna itu.“Kamu kalau ada urusan pergi saja, aku bisa selesaikan ini sendiri.” Gina tersenyum sambil berkata padanya.Nona besar keluarga Aditama mana bisa membereskan barang, barangnya saja mungkin lebih banyak pelayan yang membereskan.“Kamu akan tinggal di sini, dibereskan nanti juga tidak masalah, bagaimana kalau kamu ikut aku ke cafe, enaknya kita ngobrol di sana.” Elaine langsung mengambil tasnya tanpa menunggu Gina untuk setuju.Mereka akhirnya pergi ke cafe yang tidak jauh dari apartemen Gina.Pada saat yang sama, di kantin Sunarya Group, Reyhan sedang makan siang dengan Farzan, namun pandangan Reyhan sejak tadi hanya fokus pada ponsel di tangannya.Farzan duduk di hadapannya, melirik sekilas dan bertanya dengan tak berdaya, “Aku dengar mantan istrimu bekerja di sini, dia dibawa oleh Reyfan. Dan aku juga dengar mereka ada hubungan yang spesial. T
Reyhan tidak menyangka bahwa Elaine sama seperti wanita lainnya. Mendekati dia hanya karena dirinya adalah tuan muda Sunarya. Mungkin bagi wanita itu cinta hanyalah perasaan semu yang tidak nyata. Karena itu dengan mudah mempermainkan hatinya seakan dia tidak memiliki perasaan.Kedua tangan Reyhan terkepal erat. Dinding cafe seperti ini hanya menyisakan batas ruangan, tidak ada kedap suara, semua ucapan Elaine dan Gina masuk ke dalam telinganya. Kini terlihat dan hatinya telah menjadi panas seakan ada api yang membakarnya.Farzan dengan refleks menoleh ke arah Reyhan, namun hanya mendengar dia menjawab dengan nada datar, “Kita pulang saja!” Setelah itu Reyhan langsung balik badan dan pergi.Farzan memejamkan mata dengan erat, rahangnya menggemertak. “Sialan! Hancur sudah niat baikku.” Farzan dengan ekspresi tak berdaya mengejar Reyhan.Di dalam ruangan, Gina dan Elaine sama sekali tidak menyadari kalau ada orang yang mendengarkan percakapan mereka. Dengan santai terus berbincang seaka
Gina menoleh dan melihat Elaine yang tertunduk lesu. Dia lalu tersenyum, “Kalau ini mungkin hanya dirimu yang tahu, kalian bukannya sudah bersama hampir 6 bulan, kamu mungkin saja tidak tahu identitasnya, tapi mana mungkin tidak memahami kepribadiannya.”Meski tidak bereaksi apapun, tapi Gina yakin bahwa Elaine mendengar perkataannya. Kemudian dia meminum capuccino miliknya dan melihat kembali ke arah sahabatnya.“Setahuku, orang kaya macam Reyhan itu pasti tidak bersih pada wanita. Dia memiliki uang dan kekuasaan, sayangnya suami kontrakmu itu memilih keluar dari hingar bingar kekayaannya. Jadi, aku pikir selain kamu saat ini, dia tidak memiliki wanita lain lagi.”Elaine menganggukkan kepalanya. Meski kebersamaan mereka terbilang singkat, tetapi setengah tahun ini cukup membuktikan bahwa Reyhan bukan pria yang suka bermain wanita. Hidupnya hanya didedikasikan untuk pekerjaan dan keluarga. Urusan wanita, dia mana sempat.“Kecuali itu … mantan istri yang mulai datang dengan alasan anak
Elaine memegang ponselnya, ketika melihat nama yang muncul di layar adalah Reyhan, dia merasa sangat senang.Dalam hatinya berpikir, akhirnya tidak sanggup bertahan juga kan? Selamanya jangan mencari aku lagi kalau memang hebat.Elaine menekan tombol menerima panggilan, meletakkan ponsel pada telinganya, namun tidak berbicara dan pura-pura bersikap dingin.“Aku masih belum terima sisa uang dari perjanjian suami kontrak sebesar 1 Miliar.” Terdengar nada rendah Reyhan yang berasal dari seberang sana.Elaine terbengong sejenak, tiba-tiba emosinya meledak, “Reyhan, apa kamu menghubungiku hanya untuk ini?”“Kalau tidak, lalu menurutmu untuk apa?” Reyhan balik bertanya dengan nada datar.Mata Elaine menjadi merah karena emosi, dia mengira Reyhan menghubunginya karena merindukannya, tapi kenyataannya dia yang banyak berpikir.“Sebagai seorang tuan muda kaya raya dari keluarga yang terpandang, apa kamu masih membutuhkan uang 1 Miliar itu?” Elaine sangat emosi bahkan menjawab dengan jeritan.D
Satu kalimat membuat pelayan tidak dapat berkata sepatahpun. Matanya membelalak namun dengan segera dia mengembalikan ekspresi wajahnya.Selama ini dia memang tidak pernah melihat tuan dan nyonya menunjukkan kemesraan layaknya pasangan suami istri. Kamar yang mereka tempati juga terpisah. Namun, tidak menyangka bahwa keduanya menjalani pernikahan kontrak.Pelayan melihat mata Reyhan dan pria itu menunjukkan keseriusannya. Dia tidak bisa menemukan kebohongan dari pertanyaan yang diucapkan oleh tuannya."Kalau seperti itu kebenarannya, saya hanya berharap Tuan, Nyonya dan Nona Kaesha kelak bisa menemukan kebahagiaan."Pelayan itu tersenyum kemudian sedikit membungkuk. "Jika tidak ada yang dibutuhkan lagi, saya permisi."Reyhan termenung di kursi kerjanya. Kata-kata pelayan terngiang di dalam kepala. Kebahagiaan bagi putrinya adalah ketika kedua orang tuanya bisa bersama, yaitu dia dan Elaine.Sementara kebahagiaan untuknya adalah ketika dia bisa membangun keluarga kecil bersama dengan E
Gina menolehkan kepala dan melihat Elaine yang wajahnya sudah berubah merah. Awalnya dia berpikir karena itu efek dari alkohol namun ketika diperhatikan dengan lebih jelas, sahabatnya itu malah lebih terlihat marah.Tatapan mata Elaine terlihat tajam mengarah ke satu tujuan. Gina mengikuti arah pandang Elaine dan tidak melihat siapapun yang dia kenal.Rasa mabuk yang dia rasa sudah sedikit hilang sebab teriakan Elaine."Siapa? Kamu melihat siapa?" tanya Gina, kedua matanya memandang ke sekeliling untuk mencari tahu penyebab Elaine semakin murka."Lihatlah pria itu! Dia yang sudah membuatku seperti ini," Elaine menepuk dadanya yang sesak, "Membuat hatiku sakit."Gina melihat lagi ke depan, dia pikir akan melihat Reyhan, tetapi ternyata hanya seorang pria yang juga menatap ke arah mereka dengan senyum di wajah. Mereka saling berpandangan untuk beberapa saat sebelum akhirnya pria itu berjalan mendekat.Hingga sampailah pria itu berada di depan mereka. Gina melihat pria itu yang mungkin b
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta