Elaine memegang ponselnya, ketika melihat nama yang muncul di layar adalah Reyhan, dia merasa sangat senang.Dalam hatinya berpikir, akhirnya tidak sanggup bertahan juga kan? Selamanya jangan mencari aku lagi kalau memang hebat.Elaine menekan tombol menerima panggilan, meletakkan ponsel pada telinganya, namun tidak berbicara dan pura-pura bersikap dingin.“Aku masih belum terima sisa uang dari perjanjian suami kontrak sebesar 1 Miliar.” Terdengar nada rendah Reyhan yang berasal dari seberang sana.Elaine terbengong sejenak, tiba-tiba emosinya meledak, “Reyhan, apa kamu menghubungiku hanya untuk ini?”“Kalau tidak, lalu menurutmu untuk apa?” Reyhan balik bertanya dengan nada datar.Mata Elaine menjadi merah karena emosi, dia mengira Reyhan menghubunginya karena merindukannya, tapi kenyataannya dia yang banyak berpikir.“Sebagai seorang tuan muda kaya raya dari keluarga yang terpandang, apa kamu masih membutuhkan uang 1 Miliar itu?” Elaine sangat emosi bahkan menjawab dengan jeritan.D
Satu kalimat membuat pelayan tidak dapat berkata sepatahpun. Matanya membelalak namun dengan segera dia mengembalikan ekspresi wajahnya.Selama ini dia memang tidak pernah melihat tuan dan nyonya menunjukkan kemesraan layaknya pasangan suami istri. Kamar yang mereka tempati juga terpisah. Namun, tidak menyangka bahwa keduanya menjalani pernikahan kontrak.Pelayan melihat mata Reyhan dan pria itu menunjukkan keseriusannya. Dia tidak bisa menemukan kebohongan dari pertanyaan yang diucapkan oleh tuannya."Kalau seperti itu kebenarannya, saya hanya berharap Tuan, Nyonya dan Nona Kaesha kelak bisa menemukan kebahagiaan."Pelayan itu tersenyum kemudian sedikit membungkuk. "Jika tidak ada yang dibutuhkan lagi, saya permisi."Reyhan termenung di kursi kerjanya. Kata-kata pelayan terngiang di dalam kepala. Kebahagiaan bagi putrinya adalah ketika kedua orang tuanya bisa bersama, yaitu dia dan Elaine.Sementara kebahagiaan untuknya adalah ketika dia bisa membangun keluarga kecil bersama dengan E
Gina menolehkan kepala dan melihat Elaine yang wajahnya sudah berubah merah. Awalnya dia berpikir karena itu efek dari alkohol namun ketika diperhatikan dengan lebih jelas, sahabatnya itu malah lebih terlihat marah.Tatapan mata Elaine terlihat tajam mengarah ke satu tujuan. Gina mengikuti arah pandang Elaine dan tidak melihat siapapun yang dia kenal.Rasa mabuk yang dia rasa sudah sedikit hilang sebab teriakan Elaine."Siapa? Kamu melihat siapa?" tanya Gina, kedua matanya memandang ke sekeliling untuk mencari tahu penyebab Elaine semakin murka."Lihatlah pria itu! Dia yang sudah membuatku seperti ini," Elaine menepuk dadanya yang sesak, "Membuat hatiku sakit."Gina melihat lagi ke depan, dia pikir akan melihat Reyhan, tetapi ternyata hanya seorang pria yang juga menatap ke arah mereka dengan senyum di wajah. Mereka saling berpandangan untuk beberapa saat sebelum akhirnya pria itu berjalan mendekat.Hingga sampailah pria itu berada di depan mereka. Gina melihat pria itu yang mungkin b
Untuk yang kesekian kalinya Gina mendengar helaan napas berat yang dikeluarkan Elaine. Dia hanya menatap sekilas lalu menggelengkan kepala. Ingin sekali dia tertawa dengan kencang di telinga Elaine. Mengejek sahabatnya itu yang tidak mau mendengarkan perkataannya.Salah sendiri tidak mengikuti saran darinya. Lebih memilih bersikeras memainkan trik yang malah menjadi boomerang.Ingin sekali Gina mengucapkan isi hatinya tetapi dia tahan karena masih sayang pada nyawanya. Jadi dia hanya diam sembari terus mengikuti Elaine.Elaine berjalan lurus mengikuti pria itu. Tatapannya sedikit mengabur. Pikirannya kembali berkelana. Memikirkan Reyhan membuat kepalanya pening. Hatinya dihinggapi kemalangan.Elaine menghela napas berat, napasnya terasa sesak membuat dadanya semakin sakit. Pria itu benar-benar telah membuat hatinya terluka dengan sangat dalam. Sampai-sampai Elaine tidak tahu apakah dia bisa kembali normal jika tidak ada pria itu di sampingnya.Mungkin saja Reyhan selama ini memang buk
Pria bernama Santos itu tidak memaksa Elaine untuk minum wine, hanya saja tatapannya yang terus melengket di tubuhnya, bertanya dengan nada santai, "Nona Elaine, aku dengar anda terlibat pernikahan dengan tuan muda Sunarya.”Beberapa waktu lalu gosip tentang kembalinya pewaris Sunarya Group terkuak di depan para pebisnis termasuk dirinya. Dan William pernah mengatakan bahwa menantu Albert Aditama adalah tuan muda dari keluarga Sunarya."Menurut anda bagaimana yang bisa dikatakan menikah?" Nada Elaine sedikit menyindir.Bagi orang seperti Santos, pernikahan hanyalah perjanjian di atas kertas, tidak ada yang istimewa. Dia pun sudah menikah dan memiliki anak yang sah secara hukum dan agama. Tapi tetap saja istri siri dan anak tidak sah bertebaran di mana-mana.Santos sepertinya juga mengerti maksudnya, setelah tertawa, dia mengganti bahasa pertanyaannya, "Nona Elaine dan tuan muda Sunarya, mengenal sampai mana?""Kami menikah dengan baik, dan dia adalah suamiku, lalu aku adalah menantu d
Beberapa saat sebelumnya, Reyhan dan Farzan keluar dari ruang private. Reyhan tidak berniat untuk pergi kemanapun setelah ini walau sebenarnya dia belum ingin bertemu Elaine.Seakan semesta sedang turun tangan, tepat ketika mereka akan pulang, disitulah Gina juga melihat ke arahnya. Gadis itu tersenyum dan berjalan menghampiri mereka.Reyhan masih belum tahu, meski begitu hatinya diliputi rasa penasaran, dia tersenyum singkat kemudian berkata, "Kamu sendirian?"Gina terdiam, awalnya karena sudah terlanjur bertemu, dia berniat untuk menyapa sebentar lalu pergi dari sana. Tidak menyangka Reyhan akan langsung ke inti dan menanyakan keberadaan ElaineGina tentu tahu maksud pertanyaan Reyhan. Hatinya sedikit tersentuh, dia tahu bahwa hubungan Elaine dan suaminya ini yang sedang berseteru. Meski diucapkan dengan ekspresi wajah biasa, Gina bisa merasakan rasa ingin tahu Reyhan tentang keberadaan istrinya."Dia ada ruangan itu." Gina menunjuk ruangan yang dia maksud.Wajah Reyhan menggelap, m
Elaine mendengar pertanyaan Reyhan, dia ingin memberitahu pada pria itu betapa takut hatinya saat ini tetapi bibirnya tidak bisa bersuara. Bahkan membuka mulut saja terasa sangat sulit untuk dilakukan.Melihat kedua mata Elaine yang dipenuhi dengan sinar ketakutan membuat hati Reyhan terasa ditusuk ribuan jarum. Dia rela melakukan apapun supaya bisa menghilangkan rasa takut di hati istrinya itu.Reyhan melepaskan jaketnya dan mengenakan pada tubuh Elaine, memeluknya dari sofa. Gerakan yang begitu halus dan lembut seakan dia takut jika dia memeluknya dengan erat akan membuat Elaine terluka. Reyhan tidak berkata apapun, lalu melangkah keluar dengan cepat. Menuntun wanitanya untuk pergi dari sana.Melihat hal itu, tanpa perlu disuruh, Farzan langsung bertindak. Dia beralih pada Santos yang saat ini wajahnya sudah dipenuhi dengan luka lebam dan darah segar."Maafkan aku, Tuan. Aku berjanji tidak akan melakukan hal ini lagi," Santos memohon, harga dirinya yang begitu tinggi dia rendahkan s
"Ya," Reyhan singkat. Wajahnya datar dan cenderung tanpa ekspresi. Wanita itu adalah Carissa, istri Reyfan, saudara tiri Reyhan.Reyhan sebenarnya tidak ingin menanggapi ucapan wanita itu, wanita yang tidak ada kepentingan dengannya.Carissa kini sudah tepat berada di depan Reyhan. Senyuman di wajahnya tidak menunjukkan itikad baik, hanya dengan melihat saja, semua orang bisa tahu bahwa dia tidak menyukai apapun yang berhubungan dengan Reyhan."Kulihat wajahnya pucat, apa dia sedang sakit?" Carissa bertanya bukan karena peduli, dia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekilas dia melihat bahwa wanita itu pucat sepertinya bukan karena sakit, tetapi mungkin karena hal lain."Ya," Reyhan berbohong.Dia berpikir jika menjawab "tidak" maka akan menjadi panjang. Carissa akan bertanya lagi mengenai kejadian sebelumnya. Dia merasa bahwa tidak perlu menjelaskan. Lagi pula Reyhan juga tahu bahwa Carissa bertanya bukan karena peduli, melainkan hanya ingin mencari tahu dan menemukan hal
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta