"Orang itu ... wajahnya mirip sekali sama Yoan, tapi sepertinya bukan Yoan .... Auranya jauh lebih bangsawan daripada Yoan!" Mata Grace langsung berbinar.Pelayan pribadi itu mengikuti arah pandangan Grace dan terkejut, "Nggak nyangka Chris juga datang.""Maksudmu, dia itu kepala Keluarga Mahendra?"Kilauan di mata Grace semakin terang. "Bukankah katanya dia cacat?""Dengar-dengar, dia sudah sembuh. Beberapa hari lalu, dia muncul di dalam forum keuangan internasional dalam keadaan sehat," ujar sang pelayan.Grace diam-diam menyunggingkan senyum manis. "Ayah selalu suruh aku untuk mendekati Keluarga Ruhian atau Mahendra. Tapi, Yoan itu playboy, sedangkan Rafael pengecut, nggak ada yang pantas untukku. Chris ini sepertinya cukup menarik ....""Chris cerdas dan ambisius, Nona. Aku khawatir sifat Nona yang polos nggak akan mampu mengendalikannya," pelayan itu mengingatkan dengan tulus.Grace mengangkat alis dan menatapnya tajam. "Sejak kecil, nggak ada yang berani menolak apa pun yang kuin
"Semangat!""Semangat!"Sorakan dan teriakan dukungan menggema di seluruh area.Grace menempel erat di punggung Chris dengan gaya berpura-pura lemah. Begitu Chris mulai berlari, dia langsung berteriak manja, "Pak Chris, pelan-pelan dong, aku takut ...."Ternyata Grace memang tahu siapa dirinya. Tampaknya Keluarga Young punya jaringan informasi yang cukup luas.Ekspresi Chris langsung menggelap. Membawa wanita manja seperti ini untuk mengambil bola bunga? Ini benar-benar keputusan paling bodoh yang pernah dia buat!Sungguh buang-buang waktu!Hanya saja, meskipun merasa menyesal, dia sudah tiba di keranjang tempat bola bunga disimpan. Sementara itu, di belakangnya, Grace masih berteriak-teriak dengan suara melengking."Wah, Pak Chris luar biasa! Kita cepat sekali! Turunkan sedikit tubuhmu, Pak Chris! Sedikit lagi, aku hampir bisa mengambilnya!"Chris menggertakkan giginya. Wanita ini benar-benar berisik! Kesabarannya sudah habis. Dengan sedikit gerakan tangan, dia melepaskan pegangan pad
Mata Chris menatap tajam, lalu melayangkan pandangan sekilas ke Rafael. Padahal yang digendongnya itu istrinya sendiri, apa urusannya sama Rafael?Namun, Rafael sama sekali tak terpengaruh oleh tatapan tajam itu. Dia tetap sibuk memperhatikan Milla. "Kebetulan aku bawa minyak pijat untuk memar. Nanti aku bantu oleskan.""Terima kasih, aku baik-baik saja." Milla tersenyum ringan.Ekspresi Chris semakin gelap. Anak ini benar-benar berani menggoda istrinya di depan matanya! Selain itu, ini bukan pertama kalinya juga!Chris hendak menarik Milla kembali ke sisinya, tetapi sebelum dia sempat bergerak, tim produksi sudah mengenalinya dan langsung mengerubunginya. "Pak Chris? Anda ada di sini? Kenapa nggak kasih tahu kami dulu sebelumnya? Kami nggak ada persiapan sama sekali ...."Wilson yang melihat wajah bosnya semakin kelam, segera maju untuk mengendalikan situasi. "Pak Chris tertarik untuk berinvestasi dalam produksi film dokumenter kota ini.""Wah! Itu luar biasa!"Tim produksi langsung b
Milla duduk di ujung ranjang. Hatinya yang panik sontak bergetar. Chris, si pria dingin ini selalu saja memberinya kelembutan di saat hatinya lengah."Bukannya kamu sibuk? Kenapa bengong saja?" tanya Chris yang memejamkan matanya. Milla tersentak dan buru-buru meraih naskahnya dan pergi ke ruang tamu, takut kalau pria itu tiba-tiba berubah pikiran.Baru setelah menyelesaikan semua hafalan naskahnya, Milla meregangkan tubuh dan menghela napas panjang. Chris sudah terlelap di lantai.Dengan langkah ringan, dia mengambil selimut dan menyelimutinya dengan hati-hati, sebelum keluar menuju ruang rias umum untuk mencuci wajah dan melakukan perawatan malam.Di lantai yang sama, salah satu kamar hotel telah diubah menjadi ruang rias sementara yang digunakan oleh semua anggota tim produksi. Saat Milla masuk, dia tak menyangka bahwa Grace juga ada di sana!'Sudah selarut ini. Apa dia juga sedang menghafal naskah?'Namun, Grace tidak berpikir seperti itu. Dia menunggu semua kru selesai bekerja dan
Kalau saja semua orang tidak mendengar sendiri suara khas Grace yang selalu penuh drama, mereka pasti tidak akan percaya bahwa wanita berwajah bengkak di depan mereka ini adalah Grace, putri kesayangan Keluarga Young."Kamu ... kenapa jadi begini?" tanya sutradara dengan kaget.Grace menunduk dan menggertakkan giginya, sambil mengepalkan tangan dengan erat. "Wajahku alergi ....""Alergi apa sampai bisa bikin wajahnya kayak gini?" Semua orang di sekitarnya saling berbisik.Hanya Milla yang matanya memancarkan kilatan dingin. Dia langsung teringat pada botol royal jelly miliknya yang tiba-tiba berkurang drastis. Jangan-jangan wanita bodoh ini menggunakannya sebagai masker wajah?Milla hampir tak bisa menahan tawa. Melihat ekspresi geli di wajahnya, Grace semakin menggertakkan gigi dalam diam.Setelah cukup puas menahan tawa, sutradara dan beberapa kru lainnya akhirnya berkata, "Begini, jadwal syuting kita nggak bisa diundur. Semua sudah tertulis dalam kontrak. Kalau kamu bisa menghilangk
Lingkungan di sekitar begitu tenang dan damai. Ladang bunga ini dikelilingi oleh lembah yang sunyi, sementara lembah itu sendiri mengalirkan sungai jernih yang berkelok-kelok.Di kejauhan, gunung bersalju yang suci berdiri megah, menciptakan pemandangan yang memukau. Karena bukan musim liburan, jumlah wisatawan sangat sedikit. Namun, bunga-bunga di sepanjang jalan bermekaran dengan indah.Milla melangkah lebih dalam.Tiba-tiba, di antara hamparan bunga camellia yang luas, dia melihat sekuntum bunga berwarna biru keunguan.Bunga meconopsis!Mata Milla membelalak sedikit. Bunga langka ini hanya tumbuh di Kota Cevo. Dan ini adalah pertama kalinya dia melihatnya secara langsung!Karena penasaran, Milla mendekat dan menghirup aromanya. Wangi khas bunga itu memenuhi indra penciumannya. Dia memejamkan mata sejenak, membiarkan aromanya meresap.Seketika, berbagai inspirasi baru untuk kompetisi peracikan parfum mulai bermunculan di benaknya.Namun ... kenapa bunga langka ini bisa tumbuh di anta
"Siapkan mobil!"Usai bicara, Chris langsung bangkit dan melangkah keluar dengan cepat. Mobilnya melaju kencang menuju lokasi syuting tim produksi. Dari kejauhan, dia sudah bisa melihat kerumunan kru yang panik dan berlarian ke sana kemari.Wilson langsung menarik sutradara ke hadapan Chris.Sutradara menelan ludah. Melihat wajah Chris yang muram, dia mengira bahwa pria itu kecewa dengan tim mereka dan mungkin batal berinvestasi. Dengan cepat, dia berusaha menjelaskan, "Pak Chris, ini memang kesalahan kami. Tapi sebelumnya kami nggak pernah mengalami insiden seperti ini ....""Orangnya sudah ketemu belum?" Chris memotong basa-bas sutradara dengan suaranya yang ketus.Sutradara itu gemetar karena terkejut. "Sementara ini masih belum ... kami ... kami sedang melakukan pencarian semaksimal mungkin ...."Kelopak mata Chris berkedut. Pikirannya yang biasanya rasional, kini menjadi tak terkendali."Pak, tim penyelamat sudah turun ke sungai untuk mencari. Airnya memang dalam, tapi arusnya ngg
"Ngerti sedikit," jawab Milla."Aku nggak percaya!" Binar harapan dalam mata pria tua itu langsung berubah menjadi ucapan sinis, "Cuma anak ingusan seperti kamu ini memangnya bisa tahu seberapa banyak?""Di dalam rumah ini ada aroma camellia, magnolia, primrose, dan azalea. Kalau aku nggak salah, kamu sedang meracik wewangian berbau sedang. Semua bunga ini punya aroma yang ringan dan elegan, tapi kamu butuh sebuah aroma yang lebih kuat dan mendalam untuk menyeimbangkannya.""Itulah sebabnya kamu menunggu masa berbunga mecopnosis, bukan?"Hanya dengan sedikit menggerakkan hidungnya, Milla berhasil menganalisis seluruh kombinasi aroma di ruangan itu. Mata pria tua itu langsung bersinar tajam. Dia terdiam selama beberapa detik, lalu menatap Milla lekat-lekat."Kamu menyimpulkan semua itu hanya dari penciumanmu? Hanya dengan hidungmu?"Melihat ekspresi terkejut pria tua itu yang agak berlebihan, Milla tersenyum samar meskipun bibirnya terasa kering dan pecah-pecah. "Benar sekali."Pria tua
"Maksudmu apa?" tanya kapten itu kepada Milla."Dilihat dari ekspresimu, aku rasa tebakanku benar, 'kan?" Milla melanjutkan dengan tatapan tegas, "Kalau begitu, tolong jelaskan. Kalau sidik jariku sengaja ditinggalkan oleh pelaku di senjata itu, apa benar alat yang digunakan adalah bahan yang terbuat dari karet silikon?"Kapten itu mengangkat senjata, mendekatkannya ke hidung, lalu mengendus. Yang dia cium hanya sedikit bau logam terbakar akibat aliran listrik, tak ada aroma lainnya ...."Benar, untuk menyalin sidik jari memang biasanya menggunakan karet silikon. Tapi karena baunya khas, teknik profesional biasanya sudah menyiasatinya, jadi nggak akan meninggalkan aroma," jelas kapten itu dengan ragu. "Tadi sudah kucium, nggak ada aroma apa-apa. Kalian coba juga."Beberapa polisi lain pun meneruskan senjata itu dan mengendusnya. Semuanya menggeleng dan berkata, "Nggak ada bau karet sama sekali.""Kalian nggak bisa menciumnya, bukan berarti aku juga nggak bisa," ujar Milla dengan tenang
"Bu Milla, penahanan secara terpisah memang nggak mengizinkan orang luar mendampingi ...." Polisi itu mengerutkan dahi dan menyela."Aku sedang membahas syarat yang lain," kata Milla dengan nada tenang.Aura yang dipancarkannya langsung membuat orang-orang di sekelilingnya, termasuk para polisi merasa terintimidasi. Tak ada yang menyangka, gadis muda yang baru saja dituduh sebagai pembunuh Maalih berdasarkan bukti yang begitu kuat, justru menjadi orang pertama yang bisa menenangkan diri.Namun, kenapa dia terlihat begitu tenang? Bahkan berani menegosiasikan syarat?"Ini adalah kasus pembunuhan dan juga sebuah konspirasi. Meskipun sekarang aku ini tersangka utama, aku ingin mengajukan syarat untuk ikut menyaksikan proses investigasi," jelas Milla."Kamu nggak punya hak itu." Polisi itu menolak.Milla tidak menyerah. "Tapi sejauh yang kutahu, negara ini juga nggak memberi hak kepada para tamu di ruangan ini untuk menyaksikan pengumpulan bukti, 'kan? Kalian tetap memberi mereka izin. Seka
Satu jam yang lalu, Chris baru saja keluar dari ruang istirahat Milla dan pergi ke rumah sakit.Dia tidak memercayai bawahannya sepenuhnya. Orang-orang dari Keluarga Yunanda bukan orang biasa. Jika bawahannya sampai melakukan kesalahan dan gagal mendapatkan hasil tes DNA, Milla bisa langsung menjadi target Keluarga Yunanda!Keluarga Yunanda bagaikan rawa, entah berapa banyak darah dan tulang kerabat yang telah terkubur di sana. Jadi, Chris memutuskan untuk mengawasi sendiri prosesnya.Namun, begitu tiba di sana, dia tiba-tiba mendapat laporan dari Wilson. "Pak, ada masalah besar! Di pesta makan malam Keluarga Yunanda tiba-tiba ada aksi penyerangan! Maalih meninggal! Sekarang Bu Milla jadi salah satu tersangka ...."Napas Chris memburu. Urusan di rumah sakit terpaksa diserahkan lagi pada bawahannya. Dia segera kembali ke mobil dan menyetir dengan kecepatan tinggi.Ketika dia kembali ke aula pesta di pulau, polisi sudah selesai mencocokkan sidik jari dan hasilnya cocok dengan milik Milla
Tak lama kemudian, kantor polisi terdekat mengirimkan petugas untuk datang ke pulau dan melakukan penyelidikan, sekaligus membawa tim forensik.Di bawah pengaturan polisi, para tamu yang bersedia meninggalkan pulau bisa mengantre dengan tertib untuk menjalani pemeriksaan badan. Bila tidak ditemukan masalah, mereka diizinkan pergi.Karena kasus ini tergolong khusus di mana korban adalah seorang konglomerat lokal, sementara para saksi dan tersangka adalah tokoh-tokoh besar setempat, kantor polisi pun mengerahkan banyak personel untuk membuka penyelidikan langsung di pulau. Untuk sementara, semua terduga dilarang meninggalkan pulau.Setengah jam kemudian, hasil otopsi dari tim forensik selesai. Hasilnya kurang lebih sesuai dengan analisis dokter di pulau. Di sisi lain, pihak polisi juga menemukan taser yang disembunyikan di dalam tanah di area taman bunga."Mohon semuanya tetap tenang. Kami telah menemukan senjata yang digunakan. Setelah pemeriksaan, diketahui bahwa senjata ini menembakka
"Kamu sedang menyindir aku dan Pak Khavin adalah pelakunya?" Kali ini, Kepala Keluarga Sudarso, Hilman, menyipitkan mata dan berdiri sambil menatap tajam ke arah Milla."Aku nggak bicara begitu." Milla sudah menduga akan ada reaksi seperti ini. Dia menanggapinya dengan tenang, "Kebenaran dari kejadian ini tetap harus menunggu pemeriksaan lebih lanjut dari polisi dan tim forensik. Ini juga menyangkut perbedaan durasi setrum dan pelacakan asal senjata. Aku cuma menganalisis salah satu kemungkinan saja.""Tapi, jelas-jelas kamu membela Keluarga Yunanda dan Keluarga Dolken, sementara Keluarga Sudarso dan Keluarga Domani malah diseret ke dalam masalah ini!"Hilman tetap tidak terima dan terus menyudutkan Milla. "Kalau nggak, kenapa hanya kamu saja yang sibuk bicara di sini, sementara orang lain diam saja? Kamu murid Graham. Hari ini kamu juga mewakili Keluarga Yunanda memenangkan dua ronde pertandingan!""Pasti kamu punya kepentingan pribadi! Jangan-jangan kamu ini kaki tangan dari pelaku u
Di atas panggung, Graham terbaring di tandu darurat yang baru saja dibawa masuk. Dia perlahan mulai memulihkan kembali kontrol atas otot-ototnya. Milla dan asistennya setia berjaga di sisinya.Milla merasa seluruh bulu kuduknya meremang. Dia tahu bahwa membawa senjata di negara ini memang legal, tetapi dia tidak menyangka akan menyaksikan langsung kasus yang menyebabkan kematian. Lebih mengerikan lagi, pelakunya sempat berdiri sangat dekat dengan dirinya dan Graham!Mata bening Milla sedikit terangkat, menelusuri seisi panggung dengan tajam.Alfie duduk tegak di kursi rodanya, sama sekali tidak bergerak sejak awal. Maalih sudah meninggal dan tubuhnya telah dibawa turun oleh pelayan keluarganya.Dua keluarga lain di atas panggung adalah Keluarga Sudarso yang bergerak di bidang baja dan Keluarga Domani yang berawal dari bisnis farmasi. Kedua kepala keluarga itu kini berdiri dengan ekspresi bingung, merasa tertekan di bawah tatapan tajam kepala pelayan Maalih."Kami sudah melapor ke polis
Milla buru-buru menyembunyikan rasa cemasnya dan menenangkan Graham, "Guru, jangan khawatir. Kali ini benar-benar cuma mati lampu biasa."Sekitar satu menit kemudian, lampu di aula jamuan kembali menyala.Manajer aula menjelaskan dengan malu, "Mohon maaf sebesar-besarnya, tadi terjadi pemadaman listrik yang tak terduga. Sistem kami sudah otomatis menyalakan genset cadangan dan dipastikan nggak akan terjadi lagi. Silakan dilanjutkan.""Kita lanjutkan saja," ujar Alfie yang statusnya paling tinggi di antara para kepala keluarga yang hadir di atas panggung.Namun, begitu mereka saling menoleh, ekspresi masing-masing berubah kaget."Maalih!""Guru?""Apa yang terjadi?"Milla, Alfie, dan dua kepala keluarga lainnya berseru bersamaan.Milla segera memeluk tubuh Graham dan memeriksanya. Dia melihat tubuh pria tua itu lemas dan kaku di kursinya, bahkan sudut bibirnya tampak sedikit berkedut."Cepat panggil dokter!" teriak Milla sambil memegangi tubuh Graham. Asisten Graham yang duduk di bawah
"Mm ...."Belum sempat mendapat jawaban, yang datang malah sebuah ciuman yang begitu mendominasi. Milla terkejut sejenak, tubuhnya menegang. Dia buru-buru mendorong pria di atasnya.Gerakan Chris pun sedikit terhenti, tetapi dia tetap menatap mata jernih Milla dari jarak yang begitu dekat. Dengan napas yang cepat dan kuat, dia berucap, "Maaf."Penolakan yang hendak Milla ucapkan seketika tertelan oleh kata itu dan tatapan penuh perasaan milik Chris. Tanpa sadar, dia membiarkan dirinya dicium. Tubuh mereka perlahan bergerak ke arah sofa di dalam ruangan."Ini cuma ruang istirahat ...." Milla menyuarakan kekhawatirannya di sela ciuman."Wilson jaga di luar," balas Chris dengan tenang, menjawab keraguannya.Mereka akhirnya sampai di sofa. Namun, dari luar tiba-tiba terdengar suara Wilson yang berjaga di depan pintu."Pak Chris, pihak Keluarga Yunanda mengirim undangan makan malam. Mereka ingin tahu apa Pak Chris akan hadir malam ini?"Gerakan Chris sempat terhenti, satu tangan besarnya ma
Chris menutup pintu pelan-pelan, lalu duduk di ruang istirahat sebelah.Beberapa saat kemudian, Wilson kembali melapor, "Pak, dugaanmu benar. Pelayan itu keluar dari ruang istirahat dan langsung menemui Pak Alfie. Setelah itu, kepala pelayan Keluarga Yunanda mengirim orang ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA.""Tapi, seluruh proses dilakukan mereka sendiri tanpa campur tangan orang luar. Barang yang pelayan itu ambil dari tubuh Nyonya di ruang istirahat nggak sempat kutukar. Jadi, aku langsung atur orang di pusat. Rencananya dia akan mengambil tindakan di tahap akhir."Chris mengangguk. "Yang penting hasil yang Keluarga Yunanda terima bukan hasil yang mereka inginkan. Kamu boleh pakai cara apa pun.""Baik, Pak." Wilson menerima perintah, lalu bertanya lagi, "Kenapa Pak Chris nggak masuk?""Jarang-jarang dia bisa tidur dengan tenang." Chris menjawab, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis."Pak, Keluarga Yunanda tahu soal kedatanganmu. Mereka ingin mengundangmu ke paviliun atas