"Pak, Nona Dhita dan pak Joe belum selesai meeting. Mereka akan tiba sebentar lagi," ucap seorang wanita yang tak lain adalah Manajer umum. Mendengar itu, Daniel pun ikug keluar berama perempuan tadi membuat Eren kesal karena harus menunggu. Beberapa menit telah berlalu, namun Daniel tak kunjung kembali juga. Ide licik seketika muncul di otak Eren. Perempuan itu tersenyum penuh arti sambil menunggu kedatangan Daniel. Tak lupa Eren mengaplikasikan lipstik ke bibirnya lagi supaya bibirnya tampak semakin merah merona. Jika Eren ingin membuat Daniel berpaling dari Inara, Eren harus tampil secantik mungkin. Setidaknya jauh lebih cantik dari Inara. Itulah yang ada di pikiran Eren. Padahal, yang membuat Daniel jatuh cinta dengan Inara sebetulnya bukan hanya karena paras perempuan itu semata. Tapi juga hatinya. Begitu melihat Daniel yang berjalan masuk bersama Inara dan Joe di belakang Daniel, dengan buru-buru Eren bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati mereka.Bruk!“Adu
Di tengah perbincangan mereka, ponsel Eren tiba-tiba saja berbunyi. Perempuan itu memeriksa ponselnya, lalu buru-buru berpamitan untuk mengangkat telepon sebentar.“Maaf, aku harus mengangkat panggilan ini,” ucap Eren lalu berjalan menjauh. Entah kenapa sejak pertama bertemu dengan Eren, dia sudah curiga dengan gerak-gerik perempuan itu kemudian memutuskan untuk diam-diam mengikutinya. Inara bersembunyi di balik pilar yang tak jauh dari posisi Eren saat ini. Perempuan itu membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengar percakapan Eren.“Aku sedang bersama dengan Daniel sekarang,” ucap Eren. “Dia datang ke sini bersama Dhita. Padahal aku berencana ingin mendekati Daniel. Menyebalkan sekali.”["Kamu harus pastikan bisa merebut Daniel dari Dhita agar kita dapat keuntungan dari paman Nicholas."]"Tentu saja, aku akan melaksanakan tugas dengan baik. Aku akan menantikan hadia dari pria tua bangka itu." Mendengar itu, Inara mengepalkan tangannya. Ternyata kecurigaannya selama ini be
"Aku ke toilet dulu dalam waktu 10 menit aku akan ke lantai atas.""Baik Nona." Awalnya, Inara begitu gelisah untuk berhadapan dengan pemegang saham perusahaan namun kepalang basah kuyub. Dia mencari cara agar para investor menyukainya. Usai berganti pakaian, Inara lekas keluar dan semua mata yang menatap dirinya. Akan tetapi perempuan itu sama sekali tidak peduli da segera menuju ke ruangan meeting guna menunjukkan dirinya sesuai permintaan para investor."Selamat siang, maaf saya terlambat." Semua orang menyambut kedatangan Inara dengan penuh suka, awalnya dia mengira semua orang tak suka dengannya namun malah berbanding tebalik. Semua para investor menyukainya karena mendiang ayahnya Inara pernah berpesan untuk menerima sang putri bagaimanapun keadaannya."Tidak masalah Nona Inara, kami juga baru tiba kok." Seorang pria berperawakan genduk tersenyum hangat dan meminta para semua anggota pemegang saham untuk berdiri menyambit kedatangan Inara."Tidak perlu sungkan s
"Meskipun sebenarnya, perasaan cemburu itu normal dialami oleh seseorang yang takut kehilangan orang yang dia cintai. Daniel terkekeh geli. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak habis pikir Inara akan menangis hanya karena hal seperti itu. Dirinya benar-benar tak menyangka jika Inara akan secemburu itu saat mengetahui tentang perasaan Eren untuk Daniel.“Kenapa kau malah tertawa, Daniel????” tanya Inara dengan sebal.“Kau terlihat sangat manis saat kamu cemburu, Ta,” ungkap Daniel sambil mencubit pipi Inara pelan. Inara menggembungkan pipinya. “Sudah kubilang aku tidak cemburu!” ujar Inara tak mau kalah. Namun lain di mulut lain di hati. Mau sekeras apa pun Inara menolak untuk mengakui perasaannya, hatinya berkata lain. Hatinya berteriak marah karena merasa tak suka.“Dhita, ada sesuatu yang harus kuceritakan padamu mengenai Eren,” ucap Daniel. Inara terkesiap. Perempuan itu menatap Daniel dengan satu alis terangkat. Tanda tanya besar muncul di otaknya.
“Jantungku berdebar-debar setiap kali aku sedang bersamamu. Sementara jika aku sedang bersama Eren, yang ada aku merasa kesal. Aku bahkan meninggalkan Eren dan menyusulmu pulang,” jelas Daniel.“Daniel...”“Dhita, percayalah padaku. Hanya kamu yang kucintai saat ini. Dan aku berjanji, aku tak akan pernah kembali mencintai Eren. Aku tidak akan menyakitimu,” jelas Daniel sambil menciumi punggung tangan istrinya. Lambat laut, Inara akhirnya luluh juga setelah Daniel memberikan pengertian kepadanya. Mau seberapa besar apapun keinginan Inara untuk marah kepada Daniel. perempuan itu tak akan pernah bisa melakukannya. Sementara itu, di saat yang sama di tempat lain, Eren baru saja memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya. Dengan langkah menghentak-hentak, perempuan itu berjalan masuk ke dalam rumahnya yang bisa dibilang cukup sepi. Perempuan itu kesal setengah mati karena Daniek meninggalkannya begitu saja tanpa mau berbalik saat ia meneriaki nama pria itu. Sesampainya di dalam r
“Baiklah, katakan saja di mana kita akan bertemu dan jam berapa. Nanti aku akan datang,” jawab Daniel.[“Kita bertemu saja di Restoran biasa, pukul delapan malam, aku akan menunggu sampai kamu datang,”] Daniel mengangguk-anggukan kepala, lalu menutup sambungan telepon. Pria itu lantas melanjutkan rutinitasnya yang sempat tertunda. Daniel menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang seolah tiada habisnya. Pria itu bahkan baru keluar dari kantor saat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Dia bergegas keluar dari gedung kantornya, lalu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah. Daniel berencana untuk mengajak Inara ikut makan malam dengan dirinya dan Eren agar tidak ada kesalahpahaman lagi di antara mereka. Dia ingin perempuan itu tahu, meskipun Eren mau secantik apa pun, Eren tak akan bisa membuat Daniel berpaling dari Inara. Setibanya di kompleks rumahnya, mata Daniel menangkap mobil seseorang yang dikenalnya, terparkir di depan gerbang rumahnya.
Daniel bahkan tak berbalik sama sekali meskipun ia mendengar suara rintihan Eren. Biarlah jika Daniel dianggap sebagai pria tak berperasaan, tetapi apa yang dilakukan oleh Eren kali ini benar-benar membuatnya sangat marah. Sementara itu, Eren yang terjatuh hanya bisa menatap punggung Daniel yang perlahan menghilang dari pandangannya. Perempuan itu menggertakkan giginya sambil mengepalkan tangan. Apa yang terjadi saat ini benar-benar di luar dugaannya. Ia jadi semakin penasaran dengan Daniel karena sepertinya obat perangsang yang ia berikan tak membuat Daniel lantas membutuhkan pelepasan.[Misi kita gagal. Obat perangsang yang kuberikan sepertinya tak bekerja pada tubuh Daniel.] Pesan singkat itu Eren kirimkan kepada Bagas begitu Eren sudah bangkit berdiri. Dengan langkah menghentak-hentak, Eren berjalan keluar dari restoran menuju ke tempat parkir di mana mobilnya berada. Sepertinya Eren harus memikirkan cara baru lagi untuk menaklukkan hati Daniel. Sementara itu, di
“Daniel, aku ingin mandi,” ucap Inara sambil menepuk pipi Daniel pelan untuk membangunkan pria itu.“Hmmm,” gumam Daniel yang justru semakin menarik Inara ke dalam pelukannya. Pria itu kini bahkan menyembunyikan kepalanya di ceruk Inara. Sifat Daniel yang berubah seperti anak kecil yang memohon kasih sayang ini membuat Kanza menggeleng-gelengkan kepala, tidak habis pikir dengan tindakan pria itu sama sekali.“Daniel ....” Daniel yang terus dipanggil oleh Inara akhirnya tak tega juga. Pria itu menghembuskan napas panjang, lalu membuka matanya. Daniel sedikit meregangkan pelukan mereka, namun tak benar-benar melepaskan pelukannya.“Ada apa, Sayang?” tanya Daniel tanpa dosa.“Aku ingin mandi, El, ” ucap Inara sambil berusaha melepaskan tangan Daniel dari tubuhnya. Daniel menggelengkan kepala sambil berkata, “Kamu jangan pergi ke mana-mana. Aku masih ingin memelukmu seperti ini.”“Setan apa yang merasukimu sampai kamu bersikap clingy seperti ini, El? Apa kamu tidak ingin berta
Dia merapikan riasannya agar tak terlalu norak, si wanita yang menghiasnya tadi pun memberikan sepatu berwarna senada dengan gaun yang dikenakannya. Tidak lama kemudian, suara ketukan terdengar dari balik pintu. "Masuk saja," ucap Inara mengetahui bahwa itu adalah suara Daniel. Ketika tangan Daniel membuka pintu tersebut, matanya terbelalak kaget ketika mendapati Inara yang begitu cantik dengan gaun yang dikenakannya. Mulutnnya hingga ternganga membulat dan berbentuk huruf o. "Kamu cantik seka--" Daniel tak melanjutkan kalimatnya namun bibirnya langsung saja menyambar bibir ranum perempuan itu, tanpa penolakan dari Inara. Beruntungnya si perias tadi sudah dipersilahkannya keluar lebih dulu. Sentuhan lembut itu mampu memancing hasrat Inara yang juga menggebu hingga terjadi pangutan yang begitu lama, "Kamu cantik sekali, Ra," bisik Daniel baru menyadari orang-orang telah menunggunya di bawah."Terima kasih, El.""Apa kamu yakin dengan pernikahan ini, Ra?" "Apa maksudmu?
Daniel meminta Joe untuk menemukqn Inara secepatnya."Bagaimana bisa sudah satu minggu lamanya kalian tak menemukan Inara.""Kami akan berusaha menemukannya, Pak." Di sidang pada hari berikutnya, Rika lagi-lagi terus berkelit.“Nona Rika, kami minta tolong untuk Anda berkata jujur dan tidak berkelit,” ucap sang hakim agung.“Maaf, Yang Mulia. Tapi begitulah kenyataannya. Aku sama sekali tidak mengerti tentang kejadian yang Anda maksudkan atau yang kalian tuduhkan kepadaku. Aku benar-benar tidak bersalah dalam kasus ini,” ucap Rika.“Tapi, kenapa semua saksi berkata jika Anda juga terlibat kalau memang Anda tidak terlibat, Nona?"“I-itu pasti karena mereka sudah bersekongkol untuk menjebloskan aku ke dalam penjara!” kelit Rika sambil menyilangkan tangan di depan dada. Terdengar derit pintu terbuka membuat semua orang menoleh ke sumber suara."Tentu saja yqng salah harus dihukum. Aku datang sebagai korban atas pembunuhan yang telah kamu rencanakan, Rika. Bukan hanya aku yang men
Inara langsung meremas tangan Daniel dengan kuat hingga ia tidak menyadari jika kuku panjangnya itu membuat jemari Daniel terluka."Yang benar saja kamu melukai jariku," gumam Daniel merasakan perih di punggung tangannya. Tidak cukup di situ saja, Inara langsung memeluk Daniel karena takutan dengan kegelapan. Perempuan itu baru membuka matanya ketika Daniel sudah mengatakan bahwa lampu sudah menyala."Yang benar saja villa semegah ini bis--" Inara mengatupkan bibirnya karena melihat ruangan kamar itu dipenuhi dengan bunga-bunga dihiasi dengan sebuah kata-kata yang membuatnya terbelalak kaget."Apa maksudnya ini, El?" tanya Inara langsung menoleh ke arah Daniel."Maukah kamu menikah denganku?" Daniel dengan duduk berjongkok lalu menyodorkan sepasang cincin ke arah Inara."Benarkah kamu ingin menikah denganku?" tanya Inara benar-benar tidak percaya."Bukankah kamu harus menjawab pertanyaanku tadi? Mengapa nalah balik bertanya." Tanpa berpikir panjang lagi Daniel langs
Langsung saja perempuan itu menarik tangan Daniel dan memintanya untuk menjauh dari seorang gadis yang menjaga toko tersebut."Apakah itu tidak terlalu mahal?" protes Inara sembari membujuk Daniel untuk memikir ulang membeli cincin tersebut."Tidak apa-apa, Ra! Kan jarang banget aku membeli barang seperti ini dan aku tidak pernah menilai sesuatu dari harganya," balas Daniel meminta pelayan untuk membungkusnya."Apakah kamu ingin membeli yang lain? Pilih saja, nanti aku yang akan bayar," tawar Daniel melirik Inara yang terus saja mengomelinya. Hipotesa negatif mulai bersarang di dalam otaknya, melihat Daniel yang membeli barang tanpa memikirkan nilai harganya dantidak tahu untuk siap cincin tersebut maka membuat jiwa Inara bergejolak dan ingin membeli sesuatu yang sama nilainya dngan cincin tersebut."Baiklah, aku ingin membeli gelang, tetapi kalau harganya mahal, kamu tidak akan protes kan?" Inara sontak menoleh ke arah Daniel yang sedang duduk santai di atas sofa. Daniel t
Inara yang menatap dua orang itu saling beradu pandang pun merasa jengkel. Ia terus meneguk habis minumannya hingga membuatnya tersendak.Uhuukk... Uhuuk.."Minumlah." Daniel menyodorkan segelas air mineral ke arahnya. Melihat tindakan Daniel yang begitu sigap membantunya, membuat Inara sering bertanya-tanya apa yang sebenarnya Daniel pikirkan. Bagaimana bisa dia memberi perhatian kepada dua perempuan sekaligus. Hubungannya yang begitu dekat dengan Kanza benar-benar membuat Inara harus extra sabar menyaksikan hal itu."Mengapa aku jadi cemburu sih." Bagaimana tidak cemburu, Kanza pun terkadang bersikap manja dengan seorang pria blasteran itu di depan Daniel dan dirinya. Bahkan mereka saling menatap penuh makna satu sama lain. Ketika makanan sudah dihidangkan di atas meja, Kanza pun menyodorkan makanan kesukaan sang bule itu ke arahnya lalu memaksa sang pria bermanik mata hijau itu memakan satu suapan untuknya. Bukan hanya cantik saja, tetapi Kanza juga begitu handal m
"Iya, El." Inara menjawab terbata-bata karena jarak mereka yang hanya beberapa senti meter saja membuat Inara sedikit ketakutan. Daniel menelisik tajam ke arah Inara dan menatap sepasang bola mata perempuan cantik itu lalu ia membisikkan sesuatu hal yang membuat Inara berteriak. "Apa kamu sudah tak waras, El! Aku mana mungkin melakukan itu, hal yang terjadi kepada kita itu karena ketidaksengajaan." Inara mengingatkan Daniel apa yang pernah mereka lewati ketika malam nahas itu. Pria itu masih mengunci pergerakannya dan menatap Inara dengan sangat dalam, dia tahu bahwa saat ini Inara sedikit ketakutan dengannya. Namun, Daniel ingin membuat Inara sadar, lalu dia membisikan sesuatu lagi."Itupun jika kamu mau menikah denganku, jika tidak ya terserah padamu," ucapnya sedikit mengancam dengan senyuman yang mengembang di sudut bibirnya."Tidak akan! Aku tidak akan melakukan itu." Inara protes tidak menyetujui keinginan pria tersebut. Kemudian Daniel menatap lagi k
Mendengar itu sontak saja Inara mendekati Daniel dan hendak memukulnya, tetapi sayangnya kaki terpeleset dan membuat tubuhnya tak seimbang lalu hendak jatuh, beruntungnya tangan kekar itu langsung menarik tubuhnya sehingga masuk dalam pelukannya, tetapi tanpa sengaja karena ingin menolong Inara, malah handuk yang dipakainya jatuh ke lantai membuat tubuh pria itu terlihat polos hanya mengenakan alat pelindung untuk menutupi juniornya saja."Ambil handukmu, El." Sontak saja Inara Langsung memejamkan matanya seraya membenarkan posisinya."Lalu aku harus apa jika aku tidak menolongmu maka kamu akan jatuh," cibir Daniel merasa serba salah."Tetapi tidak begitu juga, El!" protes Inara."Kenapa kamu malu melihatnya, bukankah sudah sering melihatnya.""Iya, tapi aku tidak nafsu kok." Mendengar itu, Daniel mengambil handuk tersebut dan menutupi juniornya lalu keluar dari kamar Inara dan menutup pintu kamar dengan keras. "Apa dia benar-benar serius? Tidak nafsu denganku lalu kenapa
Daniel mengamati raut wajah Inara dan sepertinya perempuan itu benar-benar yakin dengan rencananya tersebut. Daniel jadi bingung dibuatnya."Apakah Inara yakin ingin merencanakan pernikahan itu?" gumam Daniel sedikit menggerutu. Semilir angin malam itu menyentuh kulit dan membuatnya terus memeluk ledua tangannya sehingga membuat Daniel melangkah masuk ke ruang kerjanya dan mengambil jasnya."Apakah kamu masih mencintai Bagas?" tanya Dankel menoleh ke arah istrinya.. Mendengar pertanyaan itu, Inara balik menoleh ke arah Daniel dan menjawab pertanyaannya."Bohong bila aku tidak mencintainya? Bagaimanapun pria itu pernah tersimpan indah di dalam lubuk hatiku, tetapi untuk kembali padanya dan mengulang masa lalu, aku rasa itu tidak mungkin meski.." Inara menjeda kata-katanya, seolah tidak sanggup untuk melanjutkannya."Meski kenapa" tanya Daniel ingin tahu isi hati perempuan itu. Memandangi wajah Inara, pria tampan itu tahu apa yang ada di dalam isi hatinya sama hal s
Daniel semakin erat memeluknya dan terus menyemangati Inara dan menasehatinya bahwa yang bisa menentukan pilihan itu adalah dirinya sendiri. Usai perempuan itu merasa lega, Daniel menyuruh Inara untuk meminum teh hangat agar tubuhnya merasa lebih baik lagi. Tak disangka perempuan itu menuruti kata-katanya dan Inara pun meminta Daniel membawanya ke balkon atas dan menikmati udara malam itu spontan saja Daniel langsung menolaknya mengingat bahwa tubuh perempuan itu masih begitu lemah."Please, ikuti perintahku! Jika kamu sehat aku tidak akan melarangmu," ketusnya tak senang. Dengan sangat terpaksa dan tidak ingin berdebat karena tubuhnya memang masih sedikit lemah maka Inara pun mengangguk, perempuan itu lantas menyuruh Daniel untuk membersihkan diri karena baju pria tampan itu juga sangat basah. Setelah pergi meninggalkan Inara dan masuk ke dalam.kamarnya, entah mengapa Daniel merasa tak tenang. Ada sedikit kegundahan yang menimpa dirinya kenapa bisa Bagas berkata seperti i