Share

Dengan Mudahnya Dia Hancurkan

Penulis: Mbak Engz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Raya ikut tercengang melihat pria itu. Namun, Raya hanya bisa diam melihat apa yang terjadi.

“Kau bertanya? Bertanya-tanya?” tanya pria itu kepada Lusi terkesan sedikit konyol.

“Dia calon suamiku,” ucap Raya yang terpaksa mengatakan hal itu. Walau dalam hatinya begitu kesal karena tidak sesuai dengan skenario yang ada.

“Siapa dia? Pasti pria sewaan, bukan?” ujar Tian sembari meledek dengan nada meremehkan.

Raya tersenyum mendengar ucapan Tian. Lalu menghela napasnya dan melangkah mendekati pria yang datang bagai pahlawan. Raya mengeratkan kedua tangannya pada pinggang pria itu.

“Dia pewaris Wilaga Grup. Iyakan, Rai?” Raya menatapnya sembari memberikan kode dengan mengedipkan sebelah mata.

“Sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan diri lagi. Terima kasih sudah hadir dalam acara pernikahanku dengan Soraya Barata.”

Ya! Pemuda itu adalah Raiden. Dia datang menyamar menjadi seorang sultan. Lantaran keluarga Adiwilaga adalah orang terkaya di kota itu. Namanya sudah merajai jagat raya. Namun, tidak ada satu orang pun yang mengetahui bagaimana wajah putranya itu. Parahnya, Raiden datang ke sana dan mengaku-ngaku sebagai Raihaga Prayoga, putra pengusaha Adiwilaga.

Melihat gestur dan penampilan Raiden yang meyakinkan, Tian dan Lusi merasa kesal. Namun, mereka tetap saja mencari celah untuk membuktikan bahwa semua yang mereka lihat saat itu tidaklah benar.

Raya dan Raiden berusaha meyakinkan semua orang yang hadir di sana. Bahwa Raiden adalah Raihaga putra pewaris perusahaan Wilaga. Walau Raya takut ada seseorang yang mengenalinya. Namun, penyamaran itu terlihat natural. Sehingga mereka yang hadir di sana mulai percaya dengan skenario Raya.

Setelah mengacaukan pesta pernikahan Tian dan Lusi. Raiden membawa Raya pergi dari gedung itu menggunakan mobil Rolls-Royce. Raya pun hampir tidak berkedip, lantaran percaya kalau Raiden memiliki mobil itu.

“Rai? Kita harus bicara!” Raya menatap Raiden yang duduk di sebelahnya di dalam mobil mewah itu.

“Apa?” Raiden menanggapi dengan santai sembari melepas jas dan dasinya.

“Hei! Dengarkan aku, Rai!”

“Iya, Sayang! Apa yang mau kau bicarakan?”

Raya tercengang melihat ekspresi Raiden dengan kedipan mata genitnya. “Hah? Ap—apa apaan? Sayang? Kau ini?” dengan sigap Raya menempelkan punggung tangannya ke dahi Raiden.

“Apa sih, Ray?” Raiden merasa ada yang tidak beres dengan kondisi Raya.

“Aku hanya ingin memastikan kalau kau sudah tidak waras!”

“Enak saja! Aku ini kan calon suamimu!” lagi-lagi Raiden meledek kesabaran Raya.

“Raiden! Please! Tadi itu hanya pura-pura! Aku saja menyilangkan dua jariku saat kita mengaku-ngaku kalau kita ini calon pengantin! Lagi pula seharusnya bukan kamu yang datang ke sana! Ah! Kacau!” Raya menggerutu kesal.

“Hei, dengar! Pria yang kamu sewa datang ke kontrakan. Dia meminta separuh pembayaran sebelum datang ke sana! Dari pada aku harus bayar, lebih baik aku batalkan dan aku berinisiatif untuk datang ke sana!”

“Terus? Sekarang kau mau meminta bayaran?” tanya Raya dengan lemas.

“Siapa yang bilang? Aku tulus membantu kamu! Lagi pula kalau pria sewaan yang datang ke sana, mereka tidak akan percaya! Bagaimana mungkin seorang Sultan datang dengan menggunakan taksi? Iya kan?”

Raya menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. “Iya juga sih! Tapi bagaimana kamu menyewa mobil ini?”

“Aku selalu punya cara,” ucap pria itu sembari mengulas senyuman dan menepukkan tangan ke dada bidangnya.

“Uang dari mana? Balapan?” tanya Raya mulai melunak.

“Ya begitulah!” Raiden mengulas senyuman.

“Kalau mereka mencatat pelat mobil ini bagaimana? Bahkan aku sendiri tidak pernah tahu siapa dan bagaimana rupa Raihaga putra pengusaha Adiwilaga itu.”

“Tenang saja! Percayakan padaku! Aku sudah mencari informasi mengenai kendaraan milik keluarga Adiwilaga. Mereka tidak akan mengira sejauh itu.”

“Tapi mereka pasti akan mencari tahu! Terus kalau mereka melapor sama Om Sugeng bagaimana, Rai?” Raya merasa hidupnya akan segera berakhir karena kecerobohan serta emosinya.

“Sudah! Tenang saja! Aku yang akan bertanggung jawab!”

“Awas saja kalau semuanya jadi kacau!”

“Memang sudah kacau sejak awal, bukan?” tanya Rai dengan sedikit penekanan intonasi bicaranya.

Raya melirik Raiden. “Iya memang!” dia kembali bermuram durja mengingat kalau apa yang tengah ia jalani saat ini bukanlah sebuah mimpi.

“Sudahlah, Raya! Aku tahu bagaimana perasaanmu. Menerima kenyataan pahit memang begitu berat. Tapi yakinlah! Dia bukan pria yang terbaik untukmu!” Raiden menatap Raya sembari meyakinkan gadis itu.

Raya menunduk lemas. Rasanya dia sudah lelah untuk menangis. Walau perasaannya yang terluka belum kering. Perlahan Raya menatap Raiden yang juga sedang menatapnya.

Raiden tahu betapa hancur hati gadis itu. Dia kembali menyandarkan kepala Raya di bahunya. “Sudahlah, Ray!” Raiden menepuk-nepuk bahu Raya.

“Menangislah jika itu bisa mengurangi sedikit beban!” ucap Raiden dengan penuh ketulusan.

‘Kenapa justru Raiden begitu memahami perasaanku? Sedangkan pria yang begitu aku cintai justru menghadiahiku dengan sebuah pengkhianatan?’ batin Raya yang merasa memiliki sandaran atas beban yang begitu berat yang sedang ia jalani.

***

Setelah melalui siang dan senja dengan perasaan kalut. Malam ini, Raya kembali menguntai perasaannya yang terluka. Bahkan dia tidak bisa tidur gara-gara memikirkan Tian dan Lusi.

‘Ya Tuhan, maafkan aku yang tidak bisa menemani ayah di rumah sakit malam ini. Sungguh, aku tak kuasa menahan gejolak yang ada. Berjalan saja, rasanya kakiku melayang. Bahkan tidak bisa dipungkiri lagi kalau hati ini sangat gentar. Aku benar-benar bingung dan takut. Bingung menjelaskan semuanya sama ayah. Takut kalau terjadi hal buruk setelah ayah mengetahui semua ini,' batinnya lagi.

“Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan?” gerutunya sembari menenggelamkan wajahnya di antar kedua lututnya. Raya tengah duduk tertunduk di dalam kamarnya sembari menatap langit malam di luar jendela.

‘Cepat atau lambat, ayah pasti akan tahu. Tapi aku sangat tidak tega melihatnya. Aku tidak mau terjadi hal buruk sama ayah. Ya Tuhan, perkara putus cinta memang sudah biasa. Tapi apa yang aku alami sungguh luar biasa, kenapa aku sebodoh ini? Dalam hubungan yang terjalin antara aku dan Tian, sikapnya selalu baik dan perhatian. Tapi nyatanya semua itu bohong! Pura-pura! Bodohnya lagi, aku percaya! Setelah dia mengambil sekeping hati yang sudah terpatri. Sekarang dengan mudahnya dia hancurkan! Ya Tuhan ...,' batinnya menangis.

‘Lusi juga orang yang aku percaya selama ini. Bahkan aku sering kali mencurahkan perasaanku tentang Tian. Lusi selalu membelaku saat Mili mulai mencoba menggangguku di kampus. Tapi ... nyatanya ucapan Mili justru menjadi kenyataan. Aku hanya gadis polos yang mudah diperdaya. Astaga!’ batinnya yang tak tenang. Tak henti-hentinya Raya menangis.

“Raya,” panggil Raiden dari depan pintu kamar.

Dengan segera Raya mengusap air matanya yang juga belum kering. “Iya, Rai!” gadis itu berpura-pura tersenyum.

“Raya, hei! Sudahlah! Aku ngga tega melihatmu seperti ini.”

“Tapi aku juga ngga bisa membohongi perasaanku, Raiden!” tegas Raya.

“Aku tahu!”

“Kamu ngga tahu, Rai!” sela Raya lagi. Suasana menghening sejenak saat tatapan mereka beradu.

“Aku memikirkan kondisi ayahku! Aku juga memikirkan cara untuk memberi tahu ayah tentang semuanya. Memikirkan bagaimana konsekuensinya! Karena cepat atau lambat ayah pasti akan mengetahuinya.”

Mendengar penjelasan Raya, pria itu terdiam. Raiden tahu masalah Raya begitu berat. Namun, dia juga tidak mau melihat Raya berlarut-larut dalam kesedihan.

“Ikutlah denganku!” pinta Raiden.

“Ke mana?” Raya berusaha tegar di antara senyuman getir berbalut air mata.

Mbak Engz

Terima kasih sudah mampir untuk membaca. Salam kenal semua. Jangan lupa follow dan masukkan cerita saya ke perpustakaan, terima kasih. 🙏

| Sukai

Bab terkait

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    Lamunan Raya

    “Ikut saja! Dari pada kamu melamun terus kerasukan, lebih baik ikut bersamaku!” Raiden berusaha mencairkan suasana. “Heh! Ngga usah menakut-nakutiku!” “Bukan masalah menakutimu! Tapi ... rumah ini memang angker! Ngga baik melamun ataupun seorang diri dalam kesunyian!” bisik Raiden dengan tatapan mata meyakinkan. “Rai! Hentikan!” teriak Raya sembari kesal. “Aku ngga bohong! Suer!” ucapnya sembari mengacungkan dua jarinya. “Hhh!” dengkus Raya sembari melirik. “Kenapa?” tanya Raiden sembari menahan tawa. “Kamu merusak lamunanku saja, Rai!” “Aku tahu malam ini kamu sedih, tapi ngga baik loh terus-menerus meratapi kesedihanmu! Lagi pula untuk apa menangisi pria pecundang seperti Tian? Ngga guna!” tegas Raiden yang berusaha menguatkan. “Terus kita mau ke mana?” “Pastinya ke suatu tempat yang belum pernah kamu kunjungi!” “Hah?” “Ah, sudahlah! Ikut saja!” “Eh, tunggu! Rai!” teriak Raya sembari terkejut karena Raiden menarik tangannya. Udara malam itu membuat Raya kedinginan, wala

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    Permohonan Terakhir

    Brakkk!!! “Aaa ...,” teriak Raya. Dua bola mata amber itu menatap asap mengepul di hadapannya. Lamunannya buyar seketika mendapati sesuatu hal mengerikan tepat di depan matanya. Di sana baru saja terjadi insiden mengerikan yang menimpa dua joki yang tengah balapan. Belum lagi suara sirene mobil polisi yang membuat mereka lari berhamburan untuk menyelamatkan diri masing-masing. “Raya! Ray! Cepat naik!” teriak Raiden yang juga khawatir melihat kondisi Raya yang mematung dengan tatapan kosong. “Astaga! Dia melamun?” dengan segera Raiden memakaikan helm untuk gadis itu dan meraih tangannya agar Raya segera membonceng. Malam menjelang pagi mereka beraksi membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Udara dingin yang menusuk tulang belulang seakan tidak mereka pedulikan. Di pikiran mereka yang ada saat itu adalah menyelamatkan diri dari kejaran polisi. Ketika sampai di persimpangan jalan, Rio dan Raiden berpisah. Raiden masih melajukan kecepatan motornya menyelusup di antara gang sempit d

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    10. Sandiwara

    Hingar-bingar terlihat di mansion mewah milik Tuan Adiwilaga. Keluarga besar tengah bersiap menyambut kedatangan Tuan muda Raihaga yang sudah lama tinggal di Luar Negeri. Di antara mereka ada yang benar-benar senang, ada juga yang hanya topeng belaka. Berpura-pura senang akan kehadiran sang pewaris, padahal mereka berusaha melenyapkannya. Ya! Adiwilaga dijuluki seorang sultan karena dia adalah orang paling terpandang di kota. Tidak heran kalau kedatangan Raihaga menuai pro dan kontra. Pria misterius itu pun akan segera menginjakkan kaki untuk yang pertama kali setelah 23 tahun berlalu. “Tuan muda sudah tiba!” ucap salah seorang penjaga pintu utama aula yang menjadi tempat jamuan keluarga besar. Semua mata tertuju ke arah pintu. Tatapan mereka seperti tidak berkedip ketika seorang pria gagah yang mengenakan setelan jas dan kaca mata hitam itu berjalan dengan begitu elegan berkarisma. Beberapa di antara tamu keluarga itu bersiap untuk menyanjung dengan tujuan mendekati untuk mendapa

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    11. Terjebak Dalam Situasi

    Setelah menemui keluarga besar serta kolega yang sudah menantikannya bertahun-tahun, Raiden yang menyamar menjadi Raihaga dibawa oleh Baskoro untuk menemui tuan besar Adiwilaga yang tidak lain adalah ayah kandung Raihaga “Bas! Kenapa tuan Adiwilaga ngga menemui putranya di ruangan tadi?” tanya Raiden sembari menarik tangan Baskoro yang berjalan di depannya. “Ingat satu hal, Rai! Bahkan tembok di dalam mansion ini memiliki telinga!” bisik Baskoro sembari melihat situasi. “Sebenarnya apa yang terjadi dengan keluarga ini?” tandas Raiden sembari menatap nanar ke arah Baskoro. “Jangankan kamu, aku sendiri saja bingung dengan masa lalu Tuan besar.” “Tapi kenapa kamu malah melibatkan aku sejauh ini, Baskoro?” Raiden mencengkeram kerah baju Baskoro. “Kau berhutang padaku, Rai!” jawab Baskoro yang terlihat pasrah dengan sikap kasar Raiden. Raiden semakin beringas untuk melayangkan bogem mentah ke arah Baskoro. Namun Baskoro menepis dan kembali merapikan bajunya. “Sudah aku bilang! Bahka

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    12. Semakin Rumit

    Saat ini Raiden tengah duduk bersebelahan dengan Tuan Adiwilaga. Dia tampak canggung karena baru pertama kali bertemu dengan sosok tersohor yang jarang orang mengetahui bagaimana wajah aslinya. Selama ini Tuan Adiwilaga menutup diri dan hanya orang-orang tertentu yang bisa bertatap muka secara langsung. “Apa kau tahu bagaimana rasanya seorang ayah yang kehilangan putra satu-satunya?” tanya Tuan Adiwilaga yang seakan mengintimidasi. ‘Apa maksud dari pertanyaan Tuan Adiwilaga?’ batin Raiden sembari memperlihatkan gelagat kalau dirinya tertampar dengan pertanyaan pria paruh baya itu. “Apa Papa marah karena aku baru kembali setelah sekian lama aku menghilang?” Raiden berusaha memainkan perannya. Tuan Adiwilaga mengulas senyum sembari mendengkus, “Lalu jika kau menjadi aku, apa kau percaya kalau pemuda yang ada di hadapanmu saat ini benar-benar anak kandungmu?” Deg! Raiden tercekat dengan kalimat yang baru saja terlontar dari mulut pria paruh baya itu. ‘Apa sebenarnya dia sudah menge

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    13. Hangat Pelukmu Menenangkanku

    Setelah mengasingkan diri beberapa hari pasca membuat keributan di pesta pernikahan Sebastian Danu, Soraya Barata memberanikan diri untuk menemui ayahnya. Dia ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun aib itu tidak bisa ditutupi lagi karena lambat laun Tuan Barata akan mengetahuinya juga. Barata yang sudah mulai pulih, melengkungkan senyuman sembari menatap putrinya yang datang untuk menjenguk. Namun Raya merasa langkah kakinya begitu berat. “Soraya Putriku!” ucap pria paruh baya yang terlihat lebih sehat dari sebelumnya. “Ayah,” ucap Raya sembari menahan gejolak nelangsa dalam benaknya. Barata yang merindukan putrinya seraya merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan hangat putri semata wayangnya. Kehangatan itu tak ubahnya seperti melepas kerinduan Barata setelah beberapa hari tanpa putri kesayangan di sampingnya. “Dari mana saja, Nak? Bahkan Ayah sempat berpikir kalau kamu lupa untuk mengundang Ayah ke acara pernikahanmu,” ucap Barata yang begitu murung. Dia takut kalau p

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    14. Saling Mengancam

    “Raya, nanti kita pikirkan sama-sama bagaimana jalan keluarnya. Kalau memang membutuhkan biaya besar, aku minta waktu untuk membantu kamu menyiapkan uang! Walau mungkin nggak sebesar apa yang kamu butuhkan.” “Maksud kamu?” Raya menatap dalam kedua bola mata Raiden. “Mau pergi untuk balapan lagi?” sahut Raya yang masih menatap nanar ke arah Raiden yang juga tengah menatapnya. “Setelah kejadian malam itu? beberapa pembalap mengalami kecelakaan dan kita dikejar-kejar polisi? Kamu mau balik balapan lagi?” ketusnya. “Tapi kan ....” Raiden terbata-bata. “Atau jangan-jangan beberapa hari ini kamu nggak pulang karena memang ikut balapan?” tanya Raya dengan tegas membuat Raiden bingung harus menjawab apa. Awalnya memang Raiden berniat untuk mengikuti balapan karena harus melunasi hutangnya pada Baskoro. Namun dia terjebak dalam situasi yang di luar dugaannya. Tidak mungkin Raiden mengatakan semuanya kepada Raya. Karena dia sudah berjanji untuk merahasiakan semuanya. “Nggak bisa jawab kan?

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    15. Bingkisan Malam

    Suseno berusaha untuk menenangkan Barata yang sudah merindukan rumahnya. Lantaran ia tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi saat ini. “Mohon maaf, Tuan, kalau saya lancang.” “Ya, ada apa, Seno?” “Sebaiknya Anda menunda kepulangan Anda tanpa memberitahu Nona Raya, saya mengerti betul bagaimana Nona sibuk mengatur waktu dengan banyaknya urusan yang harus diselesaikan. Saya takut, kalau tiba-tiba Tuan pulang tanpa memberitahu, Nona Raya merasa sedih karena Anda tidak melibatkannya.” “Masa sih? Aku rasa Raya justru senang. Ya ... walau sedikit terkejut,” ucap Barata yang masih mengeyel. “Tapi sebaiknya menunggu Nona Raya menemui dokter yang menangani Anda, Tuan!” ucap Seno khawatir. “Sudah pasti Nona Raya akan menyalahkan saya kalau sampai Tuan pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu,” sahut Suseno lagi dengan jurus final. Barata mendengkus tak bisa menolak, “Baiklah aku akan menurutimu! Kita tunggu Raya datang dan aku akan mengatakan kalau aku sudah merindukan suasana rumah y

Bab terbaru

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    20. Om Sugeng Datang Lagi

    Hari-hari Raiden semakin tersudut, ketika Tian berusaha untuk mempengaruhi para kolega perusahaan Wilaga, bahwa Raihaga yang saat ini kembali bukanlah pewaris yang sebenarnya. Tentu saja hal itu membuat Raiden semakin gusar. Di satu sisi dia sudah terlanjur masuk dalam peran itu. Di sisi lain dia ingin segera mengakhirinya dengan cara membayar lunas hutang Raiden kepada Baskoro. Di ruangan kerjanya, Raiden hanya menatap layar laptopnya tentang rahasia itu. Dia berpikir untuk menemui sosok yang bernama Ratna. “Tidak mungkin Baskoro tidak mengenal Bu Ratna. Aku harus mencari tahunya,” gerutunya sembari memutar bolpoin di sela jemarinya. Tak lama berselang seseorang yang memuakkan masuk tanpa permisi ke dalam ruangan Raiden. Mata Raiden menajam menatap orang yang datang, “Tampaknya kau begitu sulit melupakanku?” ucap Raiden dengan nada sindiran. “Cuih!” Tian muak melihat wajah Raiden yang menyeringai. “Ngapain ke sini?” tanya Raiden sembari menyandarkan bahunya ke sandaran kursi yan

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    19. Malam Panas

    Kedua netra beradu antara dendam dan masa lalu. ‘Aku tidak akan pernah melupakan pengkhianatan ini, Tian! Kamu sudah membuatku terjerembap dalam kesulitan yang seharusnya tidak pernah aku rasakan!’ batin Raya begitu ingin mendamprat pria pengkhianat di hadapannya. ‘Soraya si gadis malang! Kelinci kecil bodoh! Begitu yang mudahnya aku masuk ke dalam kehidupanmu dan mengeruk kepercayaan beserta harta kekayaan keluargamu!’ batin Tian yang masih saja membenci Raya. Hanya karena Raya berbeda takdir dengan Lusi—gadis yang sebenarnya Tian cintai sejak lama. “Gadis lugu mau ke mana?” tanya Tian sembari menyeringai. Raya hanya diam mengepalkan tangan kanannya dengan begitu erat. Dia tidak mau terjadi keributan yang akan mempersulit Raiden. Raya berusaha menahan amarah dengan tidak menghiraukan Tian. Dia melangkah ke samping untuk menghindari Tian. Namun apa yang terjadi? Tian justru kembali mencegatnya. “Minggir!” ucap Raya. “Kalian memang cocok! Sama-sama penipu!” ucap Tian sembari menc

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    18. Hadapi Atau Bersembunyi

    Raya menunduk malu sembari memejamkan matanya. Dia menduga Raiden adalah pria mesum yang menyentuhnya saat dirinya setengah mabuk. Namun, melihat tatapan Raiden yang tulus membuat Raya merasakan suatu debaran yang telah lama hilang. Debaran yang pernah ada untuk seseorang yang sudah berkhianat kepadanya. Kini debaran itu kembali muncul kepada orang yang berbeda. “Kenapa? Lapar?” tanya Raiden bingung melihat gelagat Raya yang seakan mematung. Padahal Raya sedang mengartikan rasa yang tiba-tiba muncul dari lubuk hatinya yang terdalam. ‘Astaga! Nggak-nggak, perasaan ini mungkin hanya kebetulan melintas,’ batin Raya yang menolak perasaan yang mulai bersemi. Dia kembali fokus pada topik perbincangannya. “Terus bagaimana dengan rumah ayahku?” Raya mengalihkan pembicaraan. “Oh, itu ... tenang saja! Aku sudah atasi.” “Berhutang?” tandas Raya. “Memangnya kau pikir wajahku ini wajah-wajah penuh kesulitan?” kesal Raiden. “Dari mana lagi?” “Astaga! Bocah ini!” gerutu Raiden. “Aku sudah te

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    17. Kejadian Hangat Semalam

    Rasa hangat mulai terasa membelai tubuh Raya. Perlahan dia menggeliat manja, merasakan kenyamanan seakan menjalar di sekujur tubuhnya. Ia menghidu napas dalam sembari meremas rambut panjangnya. Merasakan sensasi kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cahaya terang yang hangat itu perlahan menyelusup ke matanya yang masih terpejam, membuatnya ingin membuka mata. Raya menyipitkan matanya untuk menatap ke arah jendela yang sudah tidak asing lagi baginya. Ia diam sejenak memandang setiap sudut ruangan. “Astaga!” “Ini? Nggak mungkin!” Soraya terkesiap melihat ruangan itu. Parahnya lagi, Raya menyadari dirinya sudah mengenakan piama. “Nggak mungkin!” ujarnya sembari duduk di tepi ranjang sambil mengingat kejadian semalam. “Apa aku mimpi?” ucapnya lagi dengan mencubit pipinya. “Aw! Sakit! Berarti ini?” Raya beranjak dan terlihat kebingungan. Ia menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu siang hari. Lalu ia kembali melangkah ragu menuju pintu untuk membukanya. Saat i

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    16. Kamu yang Minta

    Raya seakan mengulangi lagi masa kelamnya sebelum bertemu Raiden. Semua karena ulah Tian yang berusaha menguasai kekayaan keluarga Barata. Malam itu, Raya melangkah gontai mengenakan gaun berwarna marun yang menampakkan belahan dadanya. Sepatunya pun berwarna senada yang begitu kontras dengan warna kulit Raya yang seputih susu. Gincu merah bold dan bulu mata lentik membuat Raya terlihat nakal. Dia memencet bel kamar hotel itu dengan ragu. Tak butuh menunggu lama, seorang pelayan membukakan pintunya. Degup jantung Raya semakin kencang. Dia menyadari konsekuensinya setelah melangkahkan kaki ke dalam sana. “Silakan masuk, Nona!” ucap pelayan itu. Seorang pria dengan seragam serba hitam. “Kenapa di dalam sana gelap sekali?” tanya Raya yang sedikit ketakutan melihat situasi gelap di dalam sana. “Tidak apa-apa, Nona! Saya akan mengantar. Tuan muda sudah menunggu!” Raya berusaha tersenyum di antara hati yang terluka. Dia melangkah mengikuti pelayan itu. Terlihat dari jarak beberapa mete

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    15. Bingkisan Malam

    Suseno berusaha untuk menenangkan Barata yang sudah merindukan rumahnya. Lantaran ia tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi saat ini. “Mohon maaf, Tuan, kalau saya lancang.” “Ya, ada apa, Seno?” “Sebaiknya Anda menunda kepulangan Anda tanpa memberitahu Nona Raya, saya mengerti betul bagaimana Nona sibuk mengatur waktu dengan banyaknya urusan yang harus diselesaikan. Saya takut, kalau tiba-tiba Tuan pulang tanpa memberitahu, Nona Raya merasa sedih karena Anda tidak melibatkannya.” “Masa sih? Aku rasa Raya justru senang. Ya ... walau sedikit terkejut,” ucap Barata yang masih mengeyel. “Tapi sebaiknya menunggu Nona Raya menemui dokter yang menangani Anda, Tuan!” ucap Seno khawatir. “Sudah pasti Nona Raya akan menyalahkan saya kalau sampai Tuan pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu,” sahut Suseno lagi dengan jurus final. Barata mendengkus tak bisa menolak, “Baiklah aku akan menurutimu! Kita tunggu Raya datang dan aku akan mengatakan kalau aku sudah merindukan suasana rumah y

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    14. Saling Mengancam

    “Raya, nanti kita pikirkan sama-sama bagaimana jalan keluarnya. Kalau memang membutuhkan biaya besar, aku minta waktu untuk membantu kamu menyiapkan uang! Walau mungkin nggak sebesar apa yang kamu butuhkan.” “Maksud kamu?” Raya menatap dalam kedua bola mata Raiden. “Mau pergi untuk balapan lagi?” sahut Raya yang masih menatap nanar ke arah Raiden yang juga tengah menatapnya. “Setelah kejadian malam itu? beberapa pembalap mengalami kecelakaan dan kita dikejar-kejar polisi? Kamu mau balik balapan lagi?” ketusnya. “Tapi kan ....” Raiden terbata-bata. “Atau jangan-jangan beberapa hari ini kamu nggak pulang karena memang ikut balapan?” tanya Raya dengan tegas membuat Raiden bingung harus menjawab apa. Awalnya memang Raiden berniat untuk mengikuti balapan karena harus melunasi hutangnya pada Baskoro. Namun dia terjebak dalam situasi yang di luar dugaannya. Tidak mungkin Raiden mengatakan semuanya kepada Raya. Karena dia sudah berjanji untuk merahasiakan semuanya. “Nggak bisa jawab kan?

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    13. Hangat Pelukmu Menenangkanku

    Setelah mengasingkan diri beberapa hari pasca membuat keributan di pesta pernikahan Sebastian Danu, Soraya Barata memberanikan diri untuk menemui ayahnya. Dia ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun aib itu tidak bisa ditutupi lagi karena lambat laun Tuan Barata akan mengetahuinya juga. Barata yang sudah mulai pulih, melengkungkan senyuman sembari menatap putrinya yang datang untuk menjenguk. Namun Raya merasa langkah kakinya begitu berat. “Soraya Putriku!” ucap pria paruh baya yang terlihat lebih sehat dari sebelumnya. “Ayah,” ucap Raya sembari menahan gejolak nelangsa dalam benaknya. Barata yang merindukan putrinya seraya merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan hangat putri semata wayangnya. Kehangatan itu tak ubahnya seperti melepas kerinduan Barata setelah beberapa hari tanpa putri kesayangan di sampingnya. “Dari mana saja, Nak? Bahkan Ayah sempat berpikir kalau kamu lupa untuk mengundang Ayah ke acara pernikahanmu,” ucap Barata yang begitu murung. Dia takut kalau p

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    12. Semakin Rumit

    Saat ini Raiden tengah duduk bersebelahan dengan Tuan Adiwilaga. Dia tampak canggung karena baru pertama kali bertemu dengan sosok tersohor yang jarang orang mengetahui bagaimana wajah aslinya. Selama ini Tuan Adiwilaga menutup diri dan hanya orang-orang tertentu yang bisa bertatap muka secara langsung. “Apa kau tahu bagaimana rasanya seorang ayah yang kehilangan putra satu-satunya?” tanya Tuan Adiwilaga yang seakan mengintimidasi. ‘Apa maksud dari pertanyaan Tuan Adiwilaga?’ batin Raiden sembari memperlihatkan gelagat kalau dirinya tertampar dengan pertanyaan pria paruh baya itu. “Apa Papa marah karena aku baru kembali setelah sekian lama aku menghilang?” Raiden berusaha memainkan perannya. Tuan Adiwilaga mengulas senyum sembari mendengkus, “Lalu jika kau menjadi aku, apa kau percaya kalau pemuda yang ada di hadapanmu saat ini benar-benar anak kandungmu?” Deg! Raiden tercekat dengan kalimat yang baru saja terlontar dari mulut pria paruh baya itu. ‘Apa sebenarnya dia sudah menge

DMCA.com Protection Status