Luther tetap merasa khawatir setelah memikirkannya. Dia bergegas ke vila Briana. Saat dia berada di dalam mobil, dia sudah menelepon jasa bobol kunci dan ambulans.Bagaimanapun, tak ada rugi membuat persiapan.Dia menekan bel pintu sambil mendesak tukang kunci untuk membuka pintu.Begitu pintu terbuka, dia bergegas ke lantai atas dengan cemas untuk mencari Briana.Dia melihat Briana di kamar mandi.Bak mandi berlumuran darah."Briana."Luther memasang ekspresi muram. Dia mengeluarkan Briana dari bak mandi, lalu segera membaringkan wanita tersebut di kasur. Setelah itu, Luther mengambil handuk untuk membungkus pergelangan tangan Briana."Briana, bisakah kamu mendengarku?"Briana sudah kehilangan kesadaran.Tidak lama kemudian, Luther mendengar suara ambulans.Luther menggendong Briana ke bawah, memasukkannya ke dalam ambulans.Di depan pintu ruang gawat darurat rumah sakit.Luther mengusap keningnya, dia menelepon Roman.Dia tidak bisa langsung memberi tahu Sherlly tentang Briana yang b
Briana berani bertaruh dengan nyawanya bahwa Sherlly akan luluh karena dia pernah menyelamatkan nyawa Sherlly.Setelah Roman istrinya pergi.Briana menoleh ke arah Luther, lalu berkata dengan suara serak. "Kak Luther, tolong hubungi pembantu untuk merawatku."Luther mengangguk. Dia tidak pandai menghibur orang lain, jadi dia hanya bisa berkata, "Baguslah kalau kamu sudah mengerti. Nggak ada yang nggak bisa kamu atasi."Meskipun dia masih tidak tahu apa yang terjadi, jika Briana dan Sherlly tidak ingin mengatakannya, Luther tidak akan mengambil inisiatif untuk bertanya.Luther mengeluarkan ponsel untuk menelepon pembantu. Dia berencana menunggu pembantu tiba baru pergi.Dia menarik kursi untuk duduk.Dia bukan orang yang banyak bicara, sedangkan Briana sedangkan lemah, jadi bangsal sangat sunyi."Aku ingin minum air," bisik Briana."Oke." Luther berdiri untuk menuangkan air, membantu Briana bangun, kemudian menyuapinya dengan hati-hati.Briana meminum air, merasa lebih baik, lalu berkat
Dalang sebenarnya adalah Luther.Luther melakukan hal ini tanpa menutupinya, dia jelas tidak takut Elena mengetahuinya.Ini adalah peringatan yang jelas.Elena terkekeh. Keluarga Bronwyn benar-benar melindungi Briana.Melihat ekspresi menghina Jensen, Elena tersenyum tipis lalu berkata, "Pak Hardy, kirimkan data ini dan Jensen ke Kediaman Kallias kepada Nyonya Ruby."Hardy mengangguk, kemudian memberi isyarat kepada pengawal untuk membawa Jensen keluar terlebih dahulu.Sudut bibir Elena terangkat, dia berkata dengan tenang. "Pak Hardy, suruh seseorang untuk lebih memperhatikan Luther. Kalau dia pergi dinas, aturlah beberapa pria liar untuknya."Hardy mengira Elena salah bicara, dia bertanya dengan ragu. "Atur pria?"Elena mengangguk. "Ya, benar, pria."Hardy sudah kembali tenang. "Baik."...Sore harinya, Elena dan Nathan mengajak Camila pergi memilih taman kanak-kanak.Mereka ingin langsung memeriksa tiga taman kanak-kanak.Sebenarnya ketiga taman kanak-kanak ini dipilih dengan cermat
Setelah taman kanak-kanak dipilih, Elena menyarankan, "Bagaimana kalau kita membuat pangsit malam ini, lalu suruh Janine main ke rumah?"Nathan mengangguk. "Bebas."Elena tersenyum, kemudian menelepon Janine.Janine terbangun oleh dering ponsel. Dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya. Dia menjawab panggilan telepon bahkan tanpa membuka matanya. "Oke, aku akan ke sana malam ini."Edwin yang berpakaian rapi duduk di pinggir ranjang.Dia memperhatikan Janine yang mengulurkan tangan ke nakas untuk mencari ponselnya.Janine menutup panggilan telepon, lalu menyadari ada yang salah. Dia membuka matanya, menoleh, kemudian melihat Edwin yang sedang merapikan kancing mansetnya."Sudah bangun?""Kamu ....""Kamu ingin bertanya kenapa aku ada di sini? Apakah kamu lupa? Setelah dipuaskan, kamu nggak mau bertanggung jawab?"Pria itu memandang Janine dengan sedih.Suara Janine tersangkut di tenggorokan, dia perlahan mengingatnya.Mata Edwin melengkung. "Bagus, sepertinya kamu sudah menginga
Rumah yang disewa Julius berada di gang yang kumuh.Bau kotoran bisa tercium di sepanjang perjalanan.Motor listrik diparkir di depan sebuah rumah tua.Beberapa tahun di penjara, Zahra telah menghilangkan kebiasaannya sebagai wanita sosialita.Namun, dia tetap tidak bisa menahan tangisnya saat dia mengikuti putranya masuk ke dalam rumah kecil ini.Rumah ini hanya dapat menampung sebuah kasur, sebuah meja kecil, serta sebuah toilet kecil.Lingkungannya sangat jelek dan sempit."Ibu, jangan menangis. Aku harus berangkat kerja. Kalau Ibu lapar, Ibu bisa masak mi."Julius menunjuk ke arah meja satu-satunya di dalam rumah tersebut.Ada kompor induksi, mi dan beberapa bumbu di atas meja.Zahra menyeka air matanya. Dia awalnya berpikir bisa makan enak ketika dia keluar dari penjara hari ini, tak disangka dia hanya disambut oleh mi.Dia memaksakan seulas senyum, kemudian berkata, "Ibu tahu."Karena Julius sedang terburu-buru, dia bergegas pergi bekerja setelah memberikan penjelasan."Nak, tung
Elena mengernyit. "Tapi kenapa dia nggak menjelaskan? Kalau masalah itu nggak diselesaikan, Janine akan selalu kepikiran."Nathan mengangkat sebelah alisnya. "Masalah apa?"Elena menceritakan apa yang dikatakan Janine padanya.Setelah mendengar, Nathan mencium dahi Elena. "Biarkan Janine menanganinya sendiri. Kita bisa mendukungnya, tapi kita nggak bisa ikut campur dalam hubungan mereka."Elena juga tahu bahwa orang lain tidak bisa ikut campur dalam masalah seperti ini. Dia menggerakkan tubuhnya, menyandarkan wajahnya di dada Nathan. "Hm."Dia mengusap dadanya dan berkata dengan malas, "Malam ini aku dalam suasana hati untuk melakukannya, mau lanjut?"Nathan memegang tangan Elena, seketika membalikkan badan, menindih wanita itu lagi.Terkadang Elena sangat suka melihat Nathan yang tenang dan elegan menjadi tak sabar.Dia membuka bibir merahnya, menggigit jari Nathan dengan pelan.Rambut hitam Elena tersebar di atas seprai putih, jari-jarinya mencengkeram seprai dengan erat....Keesoka
"Berhenti di depan Mal Paragon."Elena berencana membelikan sebuah arloji untuk Nathan.Agar tak dikenali, dia pun memakai topi dan masker.Hardy keluar dari mobil, membuka pintu, lalu mereka berdua berjalan ke dalam mal.Hari ini mal sepi.Setelah masuk ke mal, Elena dan Hardy langsung menuju konter arloji.Saat Elena sedang memilih jam tangan, dia mendengar percakapan dari pelanggan sebelah yang juga sedang membeli jam tangan."Nak, bagaimana jam tangan ini?" tanya Eliana pada menantu perempuannya yang ada di samping."Selera Ibu tentu saja bagus. Sherlly pasti menyukainya," jawab Alora sambil tersenyum.Terkadang Alora merasa iri dengan adik iparnya yang bernasib baik. Di rumah, Sherlly bak tuan putri. Setelah menikah pun dia tetap menjadi tuan putri. Walaupun Sherlly sudah menikah selama dua puluh tahun lebih, orang tuanya masih menyayanginya.Satu-satunya hal buruk dalam hidup adik ipar Alora adalah putri tunggalnya menghilang."Bungkus jam tangan ini." Eliana baru saja datang ke
"Tuan Eduardo, aku benar-benar minta maaf atas kejadian sebelumnya," ujar Elena dengan tulus.Malam ini, dia sengaja mentraktir Eduardo makan untuk meminta maaf atas kejadian di hotel sebelumnya.Kesalahpahaman sebelumnya berdampak besar pada kerja sama antara mereka.Eduardo duduk di seberang Elena dengan ekspresi tegas, tetapi tatapannya memancarkan sedikit penasaran.Bisa-bisanya Nathan turun tangan demi Elena.Dia memandang Elena dengan senyum sopan. "Bu Elena, karena masalah ini sudah diselidiki dengan jelas, kesalahpahamannya sudah nggak ada."Kata-kata Eduardo memang terdengar indah dan menyenangkan.Namun, Elena tahu betul bahwa kejadian ini telah membuat Eduardo meragukan manajemen Grup Kallias. Eduardo yakin Grup Kallias memiliki masalah manajemen.Senyum Elena tidak berubah. Dia mengangkat gelasnya. "Terima kasih sudah memberi Grup Kallias kesempatan lagi."Eduardo mengangkat gelasnya juga. "Semoga kita punya kesempatan untuk kerja sama. Bersulang."Gelas mereka berdenting p
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat