Apa yang bisa dia lakukan untuk mencegah Elena menunjukkan bukti?Tepat ketika Briana sedang memutar otak.Elena mengeluarkan ponsel dari tasnya di bawah tatapan mereka.Dia perlahan berkata, "Tahu kenapa restoran ini bernama El & Nate? Karena Nathan yang menamainya dari gabungan nama kami."Briana menatap Elena dengan mata terbelalak tak percaya.Elena tersenyum. "Kalian mungkin nggak tahu ada kamera CCTV tersembunyi di depan pintu toilet Restoran El & Nate. Kebetulan restoran ini milik Nathan, ayahnya Camila. Aku akan menelepon Nathan sekarang."Suara Elena terdengar tenang sekaligus dingin.Dia tidak suka orang lain mengatai putrinya tak dididik.Dia memandang Aubrey dengan ekspresi yang sengaja dibuat sinis.Aubrey ketakutan hingga mundur beberapa langkah.Ketika Aubrey mendengar Elena menyebut Nathan, dia membuka mulutnya dengan terkejut.Jadi, gadis yang digendong Elena itu bukan milik Adris yang sudah meninggal?Aubrey langsung teringat akan Perayaan Seratus Hari lima tahun lalu
Nathan pulang dengan cepat.Dia menemukan bahwa Elena yang duduk di ruang tamu tampak sangat serius, seolah badai akan datang.Jantung Nathan berdetak kencang.Dalam perjalanan pulang, Leon sudah bertanya kepada manajer restoran.Nathan sudah tahu apa yang terjadi.Nathan mengerutkan kening begitu memikirkan Briana dan si kembar.Pria itu duduk di sebelah Elena, kemudian bertanya dengan hati-hati. "El-el, di mana Camila? Apa yang terjadi? Kamu terlihat sangat marah."Elena tersenyum palsu, memandang Nathan, kemudian berkata dengan nada dingin. "Camila sudah tidur. Kamu tanya apa yang terjadi? Bukankah aku sudah memberitahumu di telepon? Camila bilang Aurora mendorongnya, tapi Aurora bilang Camila menabraknya, lalu jatuh sendiri."Dia berdiri, menatap Nathan dengan marah. Dia merendahkan suaranya agar tidak mengganggu putrinya.Elena akhirnya meledak. "Nathan, apakah kamu percaya pada Camila atau Aurora?!"Nathan kaget saat melihat Elena marah.Elena benar-benar marah kali ini.Nathan t
"..."Elena segera menutup mata Camila."Lanjutkan saja, abaikan kami."Elena segera membawa Camila pergi sambil tersenyum.Janine mendorong Edwin menjauh, wajahnya memerah.Sungguh memalukan kepergok oleh Elena dalam kondisi seperti ini.Edwin menjilat sudut bibirnya yang digigit dengan anggun.Dia menata rambut Janine dengan natural. "Aku tinggal di sebelah sekarang. Kalau ada apa-apa, cari saja aku. Kalau kamu takut pada malam hari juga boleh cari aku.""Pergilah." Janine memelototinya.Edwin menyentuh sudut mata Janine dengan ujung jarinya. Ketika Janine hendak marah, dia dengan cepat pergi.Janine mengusap wajahnya, lalu dia segera menelepon Elena.Elena membawa Camila naik lagi. Mereka masuk ke kamar, pengawal meletakkan koper mereka di kamar, kemudian pergi."Kak El, kamu ...?" Janine melihat koper itu dengan sedikit bingung."Kami bertengkar. Aku minggat dari rumah sekarang." Elena meminta Camila bermain sendiri dan menyuruhnya untuk berhati-hati dengan luka di telapak tanganny
Bagaimanapun, tidak baik jika orang luar mendengar makian kasarnya."Ayah." Suara gemas Camila masuk ke telinga Nathan melalui ponsel.Wajah tampan Nathan langsung menampakkan senyuman lembut saat mendengar suara putrinya.Suaranya langsung melembut. "Camila.""Ayah, selamat malam. Muach." Camila mengucapkan selamat malam dengan serius.Suara Camila terdengar seperti suara khas anak-anak."Muach, selamat malam. Di mana Ibu?" Nathan menanyakan Elena."Ibu sedang bekerja.""Bantu Ayah sampaikan kepada Ibu untuk tidur awal, jangan bekerja terlalu larut, oke?""Oke, misi dijamin selesai." Camila menganggukkan kepala.Hugo terkejut. Dia dengan syok memandang putranya yang sedang bertelepon tak jauh darinya.Nathan hanya bertelepon dengan putrinya selama lima menit. Bagaimanapun, sekarang adalah waktunya Camila tidur.Hal yang mengecewakan adalah dia tidak bisa tidur memeluk Elena malam ini.Untungnya, Camila masih ingat untuk mengucapkan selamat malam kepadanya.Nathan menyimpan ponselnya,
"Kirim ke luar negeri?""Benar, kamu harus siap mental. Dia nggak akan membiarkanmu melihat Aurora dan Aaron lagi dengan mudah."Setelah Briana mengucapkan terima kasih kepada Stella, dia pun menutup telepon."Briana meremas ponselnya. Buku-buku jarinya memutih karena mengerahkan tenaga.Wajahnya menjadi muram.Briana tiba-tiba mengibaskan tangannya, menyapu semua barang yang ada di meja ke lantai."Bisa-bisanya Nathan ingin mengirim Aurora dan Aaron ke luar negeri!"Air mata Briana mengalir dengan tak terkendali.Kenapa Elena harus kembali hidup-hidup?!Tunggu saja!Dia tidak akan membiarkan mereka hidup tenang!Mereka ingin hidup bahagia? Mustahil!...Keesokan paginya.Briana pergi ke Kediaman Bronwyn dengan lesu.Sherlly terkejut saat melihat penampilan Briana. Dia bertanya dengan cemas sekaligus perhatian. "Briana, apa yang terjadi?"Begitu Sherlly bertanya, Briana langsung memeluknya sambil menangis. "Ibu.""Oh, kenapa kamu menangis? Beri tahu Ibu apa yang terjadi."Sherlly berta
Sungguh kejam.Dia mengambil ponsel untuk menelepon Luther, kata-katanya dipenuhi amarah. "Luther, bantu Tante hubungi Elena. Aku ingin mengajaknya bertemu besok."Luther bertanya dengan sedikit bingung. "Ada apa Tante mencari Elena?"Sherlly mendengus, kemudian mempersingkat cerita. "Nathan ingin mengirim Aurora dan Aaron ke luar negeri. Dia sedang melampiaskan amarah untuk Elena dan putrinya.""Nathan dan Elena?" Luther selalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Dia tidak mengetahui hal-hal ini. Dia masih ada rapat sehingga tidak mengobrol lebih lanjut. "Aku akan menelepon Elena nanti, Tante."Elena agak terkejut saat menerima panggilan telepon dari Luther.Elena menunggu Luther selesai berbicara.Mengapa Sherlly tiba-tiba ingin bertemu dengannya?Elena menanyakan jadwalnya besok kepada Hardy, kemudian setuju untuk bertemu Sherlly besok.Mereka membuat janji untuk waktu dan tempat.Setelah Elena menutup telepon, dia menyentuh dagunya sambil berpikir. Sherlly mungkin mencarinya karena Bria
Nathan menegang kala melihat Elena bertingkah seolah tidak mengenalnya.Dia tanpa sadar melirik pria yang ada di sebelah Elena.Nathan mengenalnya.Eduardo, CEO Grup Stetson."Tuan Nathan."Eduardo juga melihat Nathan, dia jelas terkejut. Dia segera menyapa Nathan."Eduardo."Keduanya berjabat tangan.Nathan dan Eduardo pernah kerja sama sebelumnya, jadi mereka bisa dibilang kenalan lama.Elena tidak tahu bahwa mereka berdua saling kenal.Nathan berpura-pura ramah dengan mengulurkan tangannya ke Elena. Dia tersenyum tipis sambil berkata, "Bu Elena."Jabat tangan yang sangat sopan, tetapi ibu jari Nathan diam-diam mengusap punggung tangan Elena.Punggung tangan Elena menghangat.Sudut bibir Elena berkedut, dia diam-diam memaki Nathan dalam hati.Meski dia memaki Nathan dalam hati, dia tetap mengulas senyum sopan. "Tuan Nathan."Makan malam yang awalnya hanya terdiri dari Elena dan Eduardo, karena kemunculan Nathan, mereka jadi makan bertiga.Saat makan, Nathan dan Eduardo membicarakan t
Elena sedang mengobrol dengan Nathan sambil tersenyum, suasananya tampak harmonis.Namun, di bawah meja, tangan Elena mencubit paha Nathan.Rasa sakit di paha langsung menjalar ke otak.Sungguh ngilu.Meski pahanya sakit, ekspresi Nathan tidak berubah. Wajahnya masih tersenyum tipis.Dia tampak santai.Usai makan.Eduardo dengan sopan mengatakan bahwa dia memiliki sopir untuk mengantarnya kembali ke hotel. Sebelum pergi, dia berkata kepada Elena. "Bu Elena, sampai jumpa di Grup Kallias besok. Semoga kali ini kita punya kesempatan untuk kerja sama."Maksud Eduardo adalah dia memutuskan untuk menjalin kerja sama bisnis dengan Grup Kallias.Elena tersenyum tulus sembari berkata, "Sampai jumpa besok."Begitu mobil Eduardo pergi, Nathan berdiri di samping Elena.Dia merendahkan suaranya ketika bertanya, "El-el, kalau kamu nggak mau pulang bersamaku, aku akan pergi bersamamu. Boleh, 'kan?"Elena mengangkat alisnya sambil menatap Nathan, lalu dia tersenyum. Dia berbalik, berjalan menuju mobil
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat