Nathan menegang kala melihat Elena bertingkah seolah tidak mengenalnya.Dia tanpa sadar melirik pria yang ada di sebelah Elena.Nathan mengenalnya.Eduardo, CEO Grup Stetson."Tuan Nathan."Eduardo juga melihat Nathan, dia jelas terkejut. Dia segera menyapa Nathan."Eduardo."Keduanya berjabat tangan.Nathan dan Eduardo pernah kerja sama sebelumnya, jadi mereka bisa dibilang kenalan lama.Elena tidak tahu bahwa mereka berdua saling kenal.Nathan berpura-pura ramah dengan mengulurkan tangannya ke Elena. Dia tersenyum tipis sambil berkata, "Bu Elena."Jabat tangan yang sangat sopan, tetapi ibu jari Nathan diam-diam mengusap punggung tangan Elena.Punggung tangan Elena menghangat.Sudut bibir Elena berkedut, dia diam-diam memaki Nathan dalam hati.Meski dia memaki Nathan dalam hati, dia tetap mengulas senyum sopan. "Tuan Nathan."Makan malam yang awalnya hanya terdiri dari Elena dan Eduardo, karena kemunculan Nathan, mereka jadi makan bertiga.Saat makan, Nathan dan Eduardo membicarakan t
Elena sedang mengobrol dengan Nathan sambil tersenyum, suasananya tampak harmonis.Namun, di bawah meja, tangan Elena mencubit paha Nathan.Rasa sakit di paha langsung menjalar ke otak.Sungguh ngilu.Meski pahanya sakit, ekspresi Nathan tidak berubah. Wajahnya masih tersenyum tipis.Dia tampak santai.Usai makan.Eduardo dengan sopan mengatakan bahwa dia memiliki sopir untuk mengantarnya kembali ke hotel. Sebelum pergi, dia berkata kepada Elena. "Bu Elena, sampai jumpa di Grup Kallias besok. Semoga kali ini kita punya kesempatan untuk kerja sama."Maksud Eduardo adalah dia memutuskan untuk menjalin kerja sama bisnis dengan Grup Kallias.Elena tersenyum tulus sembari berkata, "Sampai jumpa besok."Begitu mobil Eduardo pergi, Nathan berdiri di samping Elena.Dia merendahkan suaranya ketika bertanya, "El-el, kalau kamu nggak mau pulang bersamaku, aku akan pergi bersamamu. Boleh, 'kan?"Elena mengangkat alisnya sambil menatap Nathan, lalu dia tersenyum. Dia berbalik, berjalan menuju mobil
Begitu Elena tiba di perusahaan pada pagi hari, dia menerima panggilan telepon dari asisten Eduardo.Awalnya, Eduardo akan datang ke perusahaan untuk mendiskusikan kerja sama dengan Elena hari ini. Namun, asisten Eduardo memberi tahu Elena bahwa jadwal tersebut dibatalkan.Elena merasa hal ini agak aneh. Dia menanyakan alasannya kepada asisten Eduardo.Akan tetapi, asisten Eduardo tidak memberikan jawaban yang jelas.Elena mengerutkan kening.Dia menyadari ada yang janggal.Biasanya jika terjadi sesuatu, orang yang membatalkan jadwal akan membuat janji untuk jadwal berikutnya, tetapi ini tidak.Dia bertanya dengan sopan. "Apakah Tuan Eduardo ada waktu sekarang? Aku ingin berbicara dengannya."Asisten itu ragu sejenak. Bagaimanapun, Elena adalah CEO-nya Grup Kallias. "Mohon tunggu sebentar."Beberapa saat kemudian.Suara Eduardo yang agak dalam terdengar dari ujung telepon. "Selamat pagi, Bu Elena."Elena bertanya dengan tenang. "Tuan Eduardo, karena rapat hari ini dibatalkan, apakah ka
Dia tidak mengelak."Jadi, Nyonya Sherlly mencariku hari ini karena hal ini? Kalau begitu, aku nggak bisa membantu."Penolakan yang jelas.Elena sama sekali tidak menghargai Sherlly.Sherlly memandang Elena dengan dingin, lalu tersenyum tipis. "Nyonya Kallias, kamu sendiri juga punya anak. Kalau anakmu begitu kecil, apakah kamu tega mengirimnya ke luar negeri? Lain kali dia nggak bisa bertemu dengan keluarganya."Kali ini, pelayan membawakan kopi yang dipesan Elena.Elena menyesap kopi pahitnya sebelum menjawab pertanyaan Sherlly."Tentu saja aku nggak tega dengan anakku sendiri. Sedangkan Aurora dan Aaron, maaf, aku hanya orang luar. Briana yang harus mengkhawatirkan mereka. Bagaimanapun, aku bukan orang tua mereka."Pernyataan yang tak tahu malu.Terlalu acuh tak acuh.Ketika Sherlly mendengarnya, dia tidak bisa berkata-kata lagi. Sekarang mereka sudah tak perlu meneruskan obrolan mereka."Nyonya Kallias, semoga kamu nggak menyesalinya. Bagaimanapun juga, Briana memanggilku 'ibu'."A
Kediaman Bronwyn.Briana telah menunggu dengan cemas di ruang tamu hingga Sherlly kembali.Begitu Sherlly masuk, Briana segera menghampirinya. Akan tetapi, ketika dia melihat ekspresi tak senang Sherlly, hati Briana tiba-tiba mencelos."Elena nggak bisa dibujuk," kata Sherlly sambil mengerutkan kening. "Sebaiknya kita mencari cara untuk mendapatkan hak asuh atas Aurora dan Aaron."Briana tersenyum pahit, kemudian berkata dengan tak berdaya. "Paman Hugo nggak akan setuju."Sherlly menghela napas, lalu menepuk tangan Briana untuk menghibur, "Cobalah. Nathan nggak pernah menjadi ayah yang baik. Kita bisa memanfaatkan ini dan mencari pengacara untuk mengajukan gugatan. Masalah ini akan ada solusinya."Kata-kata Sherlly membuat Briana percaya diri.Sebenarnya Briana tahu bahwa Keluarga Ransford tidak akan membiarkan dia mengambil si kembar. Bagaimanapun, dia hanyalah ibu pengganti, orang tua kandung si kembar telah meninggal.Sekarang Briana hanya perlu menunjukkan sikap bahwa dia mengingin
Setelah Nathan membantu Elena di kamar mandi.Dia mengambil handuk, kemudian melilitkannya di pinggangnya.Elena mengangkat sebelah alisnya, menatap Nathan dengan heran.Setelah memandikan Elena, Nathan tak berniat berbuat lebih lanjut.Suara pria itu sangat serak, dia berujar, "Kamu sudah lelah. Cepat tidur setelah mandi."Pria ini mau bersikap perhatian, Elena dengan senang hati menerimanya....Camila bangun di pagi hari.Begitu dia menoleh ke kiri, dia melihat ibunya. Dia menoleh lagi ke kanan, lalu melihat ayahnya.Si kecil tersenyum.Dia diam-diam berbalik, kemudian bangun.Nathan sudah bangun ketika Camila bergerak, tetapi dia berpura-pura tidur untuk melihat apa yang akan Camila lakukan.Camila tidak ingin mengganggu tidur ibunya, jadi tangan gemuknya perlahan mendekati hidung ayahnya.Dia mencubit hidung ayahnya.Pertama kali, Nathan tidak bereaksi.Camila tersenyum, kemudian mencubit hidung ayahnya lagi.Kedua kali, ayah masih tidak merespons.Dia dengan tenang mengangkat kak
Elena sedang melihat data yang perlu diproses oleh setiap departemen setelah pemeriksaan komprehensif. Dia mengerutkan kening setelah mendengar apa yang dikatakan Hardy.Dia memiliki dua tebakan.Dia berkata dengan tenang. "Harus menemukan dalangnya."Tujuan si dalang ada dua. Pertama, dia tak ingin Grup Kallias kerja sama dengan Grup Stetson. Kedua adalah dendam pribadi.Sekarang Elena sudah tahu apa yang terjadi, setidaknya dia bisa menemui Eduardo untuk menjelaskannya.Elena mengambil ponselnya, kemudian menghubungi nomor Eduardo.Setelah telepon berdering beberapa kali, Eduardo mengangkat telepon. Nadanya terdengar sedikit dingin. "Bu Elena."Elena langsung berkata, "Tuan Eduardo, aku baru tahu apa yang terjadi kemarin malam. Itu jelas bukan pengaturan Grup Kallias. Kerja sama antara kita sangat penting."Eduardo mengerutkan kening.Elena lanjut menjelaskan, "Kami masih menyelidikinya, tapi aku punya dua tebakan. Pertama, pesaing yang nggak ingin Grup Kallias kerja sama dengan Grup
Nathan melihat pameran seni sekilas. Dia berjalan ke depan Sherlly lalu berkata dengan senyum tipis. "Nyonya Sherlly, mari kita bicara."Sherlly menebak bahwa Nathan datang karena masalah Elena.Briana menarik tangan Sherlly sedikit, dia juga bisa menebak tujuan kunjungan Nathan kali ini.Sherlly menepuk punggung tangan Briana dengan pelan, kemudian mengangguk pelan.Briana khawatir, jadi dia pergi bersama Sherlly.Mereka bertiga pergi ke kantor pameran seni.Nathan menarik kursi, menjaga jarak dari Sherlly dan Briana. "Nyonya Sherlly, terima kasih sudah memberi El-el-ku perhatian."Kata-kata Nathan terdengar dingin dan sinis.Ekspresi Sherlly berubah, matanya memancarkan tatapan tidak senang.Meskipun Nathan memiliki status di ibu kota, dia tetap lebih muda. Sikap Nathan membuat Sherlly sangat tidak senang.Nathan tersenyum sambil lanjut berujar, "Nyonya Sherlly, Keluarga Gaines masih punya musuh. Apa pun itu sebaiknya jaga batas."Ekspresi Sherlly membeku, tatapannya sedikit dingin.
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat