"Tante, jangan menangis. Camila akan memberimu permen." Suara anak yang lembut nan lucu terdengar di telinga Janine.Janine segera berhenti menangis. Dia menatap gadis kecil yang berdiri di depannya. Mata bulat Camila sedang menatap Janine.Hati Janine serasa meleleh. Dia membungkuk untuk menggendong Camila yang imut.Ingin rasanya Janine menculiknya.Anak Elena benar-benar imut."Camila imut sekali. Tante nggak mau makan, untuk Camila saja.""Camila masih ada. Untuk Tante."Si kecil begitu perhatian, jadi Janine dengan senang hati menerima permen itu.Setelah Elena mandi, dia turun bersama Nathan, kemudian melihat Janine dan Camila yang bermain bersama di sofa.Rasanya seperti dua bocah.Janine segera duduk tegak saat melihat Nathan.Sejak Elena menghilang lima tahun lalu, Janine menjadi takut melihat ekspresi dingin Nathan.Camila awalnya bermain dengan postur santai, tetapi melihat Janine duduk tegak, dia pun ikut duduk tegak.Elena dengan tak berdaya menusuk pinggang Nathan, mengis
Janine mencoba melawan.Sayangnya, kekuatan pria itu menggagalkan Janine untuk melepaskan diri. Janine hanya bisa menatapnya dengan marah.Sepanjang perjalanan hening.Janine tidak mau berbicara, Edwin juga tidak bisa melakukan apa pun padanya.Dia mengantar Janine ke hotel, kemudian memesan sebuah kamar di hotel tersebut.Setelah Janine mandi, dia berbaring di kasur sambil berguling-guling, merasa sangat tidak nyaman.Edwin menjelaskan bahwa dia memilih untuk pergi karena orang tua Janine mengancam Edwin dengan ibunya. Janine bisa mengerti.Namun, hal yang tak bisa dia mengerti adalah hal lain.Janine mengambil bantal untuk menutup dirinya, tidak ingin lagi mengingat masa lalu....Hardy berdiri di depan Elena. Dia melaporkan jadwal hari ini dan masalah lainnya. "Asisten Pak Luther menelepon pagi ini. Katanya ingin bertemu untuk membahas kerja sama."Elena membolak-balik hasil rapat kemarin dengan fokus. Dia berkata tanpa mengangkat kepalanya. "Grup Kallias sudah nggak mau kerja sama
Begitu Sherlly masuk ke toilet, dia melihat seorang wanita sedang memarahi Aurora."Apa yang kamu lakukan?!"Sherlly berjalan mendekat dengan marah. Apakah orang dewasa itu sedang menindas anak kecil?Dia melindungi Aurora di belakangnya.Sherlly tidak mengenal Janine.Janine mengenal Sherlly karena dia pernah mendengar tentang hubungan mesra antara Sherlly dan Roman. Dia yang penasaran pun mencari tahu tentang Keluarga Bronwyn."Nyonya Sherlly, dia mendorong anaknya temanku. Apakah salah kalau aku memintanya untuk meminta maaf?" Janine dengan lembut membelai rambut Camila agar Camila tidak takut.Ketika Sherlly mendengar kata-kata Janine, dia mengerutkan kening. Dia jelas tidak percaya. "Nggak mungkin. Aurora sangat baik, dia nggak akan mendorong orang tanpa alasan."Tatapan Sherlly menunjukkan kecurigaan.Tidak ada kamera CCTV di toilet.Sherlly melihat gadis kecil yang digendong Janine. Punggung gadis kecil itu menghadap ke arahnya. Dia tidak tahu siapa anak itu.Dia berlutut lalu b
Ketika Aubrey melihat Elena dan yang lainnya menatapnya, dia menggigit bibirnya, terlihat sedikit ragu.Entah dia harus mengatakannya atau tidak.Elena dan yang lainnya dengan tenang menunggu Aubrey melanjutkan kalimatnya.Aubrey dengan cepat melihat Sherlly sekilas, dia kepikiran Luther, akhirnya dia berkata, "Sebenarnya aku melihat putri Nona Briana berjalan dengan baik, sedangkan putri Nona Elena lari-lari sehingga menabraknya, lalu jatuh sendiri."Ketika Elena mendengar kata-kata Aubrey, dia mengerutkan kening. Kemarahan muncul di dadanya.Dia menatap Aubrey dengan dingin.Aubrey yang ditatap seperti itu oleh Elena pun makin menjulurkan lehernya. "Aku mengatakan yang sebenarnya. Kenapa? Nggak boleh?""Kamu yakin kamu mengatakan yang sebenarnya?" tanya Elena dengan dingin."Aku yakin, aku hanya mengatakan fakta yang aku lihat. Percaya atau nggak, terserah kalian." Aubrey mendengus.Sherlly merasa bahwa Aurora telah dianiaya. Dia mengerutkan kening, kemudian menatap Elena dan Camila
Apa yang bisa dia lakukan untuk mencegah Elena menunjukkan bukti?Tepat ketika Briana sedang memutar otak.Elena mengeluarkan ponsel dari tasnya di bawah tatapan mereka.Dia perlahan berkata, "Tahu kenapa restoran ini bernama El & Nate? Karena Nathan yang menamainya dari gabungan nama kami."Briana menatap Elena dengan mata terbelalak tak percaya.Elena tersenyum. "Kalian mungkin nggak tahu ada kamera CCTV tersembunyi di depan pintu toilet Restoran El & Nate. Kebetulan restoran ini milik Nathan, ayahnya Camila. Aku akan menelepon Nathan sekarang."Suara Elena terdengar tenang sekaligus dingin.Dia tidak suka orang lain mengatai putrinya tak dididik.Dia memandang Aubrey dengan ekspresi yang sengaja dibuat sinis.Aubrey ketakutan hingga mundur beberapa langkah.Ketika Aubrey mendengar Elena menyebut Nathan, dia membuka mulutnya dengan terkejut.Jadi, gadis yang digendong Elena itu bukan milik Adris yang sudah meninggal?Aubrey langsung teringat akan Perayaan Seratus Hari lima tahun lalu
Nathan pulang dengan cepat.Dia menemukan bahwa Elena yang duduk di ruang tamu tampak sangat serius, seolah badai akan datang.Jantung Nathan berdetak kencang.Dalam perjalanan pulang, Leon sudah bertanya kepada manajer restoran.Nathan sudah tahu apa yang terjadi.Nathan mengerutkan kening begitu memikirkan Briana dan si kembar.Pria itu duduk di sebelah Elena, kemudian bertanya dengan hati-hati. "El-el, di mana Camila? Apa yang terjadi? Kamu terlihat sangat marah."Elena tersenyum palsu, memandang Nathan, kemudian berkata dengan nada dingin. "Camila sudah tidur. Kamu tanya apa yang terjadi? Bukankah aku sudah memberitahumu di telepon? Camila bilang Aurora mendorongnya, tapi Aurora bilang Camila menabraknya, lalu jatuh sendiri."Dia berdiri, menatap Nathan dengan marah. Dia merendahkan suaranya agar tidak mengganggu putrinya.Elena akhirnya meledak. "Nathan, apakah kamu percaya pada Camila atau Aurora?!"Nathan kaget saat melihat Elena marah.Elena benar-benar marah kali ini.Nathan t
"..."Elena segera menutup mata Camila."Lanjutkan saja, abaikan kami."Elena segera membawa Camila pergi sambil tersenyum.Janine mendorong Edwin menjauh, wajahnya memerah.Sungguh memalukan kepergok oleh Elena dalam kondisi seperti ini.Edwin menjilat sudut bibirnya yang digigit dengan anggun.Dia menata rambut Janine dengan natural. "Aku tinggal di sebelah sekarang. Kalau ada apa-apa, cari saja aku. Kalau kamu takut pada malam hari juga boleh cari aku.""Pergilah." Janine memelototinya.Edwin menyentuh sudut mata Janine dengan ujung jarinya. Ketika Janine hendak marah, dia dengan cepat pergi.Janine mengusap wajahnya, lalu dia segera menelepon Elena.Elena membawa Camila naik lagi. Mereka masuk ke kamar, pengawal meletakkan koper mereka di kamar, kemudian pergi."Kak El, kamu ...?" Janine melihat koper itu dengan sedikit bingung."Kami bertengkar. Aku minggat dari rumah sekarang." Elena meminta Camila bermain sendiri dan menyuruhnya untuk berhati-hati dengan luka di telapak tanganny
Bagaimanapun, tidak baik jika orang luar mendengar makian kasarnya."Ayah." Suara gemas Camila masuk ke telinga Nathan melalui ponsel.Wajah tampan Nathan langsung menampakkan senyuman lembut saat mendengar suara putrinya.Suaranya langsung melembut. "Camila.""Ayah, selamat malam. Muach." Camila mengucapkan selamat malam dengan serius.Suara Camila terdengar seperti suara khas anak-anak."Muach, selamat malam. Di mana Ibu?" Nathan menanyakan Elena."Ibu sedang bekerja.""Bantu Ayah sampaikan kepada Ibu untuk tidur awal, jangan bekerja terlalu larut, oke?""Oke, misi dijamin selesai." Camila menganggukkan kepala.Hugo terkejut. Dia dengan syok memandang putranya yang sedang bertelepon tak jauh darinya.Nathan hanya bertelepon dengan putrinya selama lima menit. Bagaimanapun, sekarang adalah waktunya Camila tidur.Hal yang mengecewakan adalah dia tidak bisa tidur memeluk Elena malam ini.Untungnya, Camila masih ingat untuk mengucapkan selamat malam kepadanya.Nathan menyimpan ponselnya,
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat