Doreen pergi merekam acara "Teroboslah" hari ini.Kali ini acaranya diadakan di Danau Margo.Setiap peserta yang berpartisipasi dalam acara harus mendayung perahu ke seberang dengan dayungnya masing-masing.Perahu Doreen tenggelam di tengah danau.Untungnya, dia bisa berenang.Para kru juga menyiapkan penyelamat.Saat Doreen naik ke daratan, riasannya sudah luntur.Ada paparazi yang berjongkok di tepi danau untuk melaporkan berita. Mereka mengambil foto Doreen yang riasannya luntur.Wendy menahan amarahnya. Dia membungkus Doreen dengan jaket. "Apa-apaan tim acara ini? Apakah perahunya nggak diperiksa dulu?"Dia membawa Doreen ke dalam mobil terlebih dahulu."Hari ini terjadi hal seperti ini, jangan rekam lagi. Agak sial."Doreen pun berkata dengan marah, amarahnya perlahan naik.Dia tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini pada hari pertamanya bekerja.Tepat pada saat ini, Nyla menelepon.Doreen awalnya tidak ingin mengangkatnya karena mengira mereka masih ingin menanyakan tentan
Di Negara Amos beriklim hutan hujan tropis.Cuacanya bisa sepanas tiga puluh enam derajat malam ini.Kulit Adris yang awalnya cerah pun menjadi belang setelah berjemur beberapa hari di tempat itu.Warna kulitnya sudah mendekati cokelat.Dia bersembunyi di sebuah rumah dalam gang di Negara Amos yang kacau, kesabarannya telah mencapai batas.Adris mendengarkan kebisingan penduduk lokal berbicara di luar. Sangat berisik di tengah malam. Jemari lentiknya menjepit sebatang rokok.Kakinya yang bersilang diletakkan di atas meja tua yang rendah. Dia telanjang dada karena kepanasan, kalung gigi gajah berwarna putih menggantung di lehernya.Tempat terkutuk.Apa daya, Adris harus beradaptasi.Bahkan ketika dia ingin mencari wanita untuk melampiaskan kebutuhan biologisnya, dia harus menyalakan lampu yang terang.Si bajingan Nathan juga harus datang menikmati kesenangan di sini.Adris bertelepon dengan Kaedyn, seolah-olah mereka memiliki hubungan yang baik. "Setelah Nathan datang, aku akan senang.
Ketika Doreen melihat Kaedyn, dia menjelaskan sambil tersenyum masam. "Aku hanya ingin menggendong anak, tapi pengasuhnya melarangku. Apakah aku nggak boleh menggendong anak sendiri?""Berikan Freya kepadaku." Kaedyn mengulurkan tangan untuk mengambil Freya.Doreen memeluk Freya erat-erat, membalikkan tubuhnya ke samping, matanya berkaca-kaca. "Kae, bisakah kita bicara? Bisakah kamu membantuku demi anak kita?"Kaedyn memandang Doreen dengan tatapan dingin. "Kamu bukan ingin menggendong anak, tapi ingin menemuiku untuk meminta bantuanku."Doreen benar-benar tidak percaya bahwa Kaedyn akan menilainya seperti itu. "Bukan ....""Nggak penting." Kaedyn tidak ingin beromong kosong dengan Doreen. "Penjelasanmu nggak penting. Serahkan anaknya kepadaku."Doreen mungkin tahu bahwa Kaedyn tak akan membantunya.Dia menunduk untuk menatap anak yang ada di dalam gendongannya.Doreen menyerahkan Freya kepada Kaedyn, kemudian berjalan kembali ke mobilnya. Dia membuka pintu mobil, masuk lalu berkata ke
Pada pukul tujuh malam, Nathan pulang membawa sebuah akuarium kecil.Ada dua ikan kecil di dalam akuariumnya.Elena sudah selesai memasak makan malam. Dia pergi mandi dan keramas. Sebelum rambutnya dikeringkan, dia mendengar suara langkah kaki."El-el, Tuan Nathan-mu sudah pulang."Elena menggantung handuk di kepalanya, mengenakan sandal, lalu berjalan keluar dari kamar mandi.Dia mengenakan piama hitam bertali spaghetti, kulitnya yang terekspos tampak sangat putih.Nathan memegang akuarium dengan kedua tangannya sambil mencari tempat yang cocok untuk meletakkannya.Dia melihat ke arah Elena. "Akuariumnya diletakkan di sebelah TV. Bagaimana menurutmu?""Kenapa kamu tiba-tiba ingin memelihara ikan?" Elena melihat akuarium berisi dua ekor ikan mas kecil biasa yang ada di tangan Nathan. "Taruh di atas meja kopi saja."Nathan menyerahkan akuarium itu kepada Elena. "Kebetulan lewat. Untukmu."Dia berencana membeli sesuatu untuk Elena setelah pulang kerja setiap harinya.Dua ikan kecil terse
Nathan akhirnya menjilat pemabuk itu sampai puas, kemudian dia membujuk Elena untuk kembali ke kamar."Air." Elena berbaring di kasur dengan tangan dan kaki terentang lebar, meminta air.Nathan keluar untuk mengambilkan segelas air hangat.Setelah kembali ke kamar, dia melihat Elena telah menelanjangi dirinya.Pembuluh darah berdenyut di dahi pria itu.Nathan berjalan ke samping kasur, membungkuk, membantu Elena bangun, kemudian membiarkannya minum air."Buku mulut, minum.""Oh."Elena berhenti minum setelah minum dua teguk. Dia mengangkat tangannya, lalu meletakkannya di bahu Nathan.Nathan meletakkan satu lengan di samping Elena, meletakkan gelas dengan tangan lainnya.Cahaya di dalam kamar terang.Elena membuka matanya, menatap pria yang ada di atasnya. Jika dilihat dengan lekat, tatapan Elena masih tampak linglung.Rahang Nathan mengeras, jakunnya naik turun, tatapannya gelap.Mereka sudah saling menyalakan api gairah saat di halaman tadi."Tidurlah dengan nyenyak. Jangan minum min
Kala itu, Nathan juga berusia lima belas tahun. Dia dengan malas meletakkan tangannya di belakang kepalanya sambil berkata, "Adikku, Nelly."Adris memandang Nelly. "Dia adalah gadis genius legendaris keluargamu itu. Halo dik, namaku Adris."Demi melindungi Nelly, Keluarga Ransford jarang mengizinkannya tampil di jamuan makan ataupun depan umum.Namun, Adris juga mendengar bahwa putri Keluarga Ransford kurang sehat, sering sakit.Nelly melihat Adris sekilas dengan ekspresi datar. "Halo, aku Nelly."Adris mengusap kepalanya dengan malu sembari tersenyum.Karena ada Nelly, Adris dan Nathan menjadi pergi bermain basket hari itu.Nelly duduk di samping, mengeluarkan sebuah buku dari ranselnya, kemudian membacanya.Setiap kali Adris menembakkan bola ke dalam keranjang, dia melihat ke arah Nelly. Dia bertanya pada Nathan dengan suara rendah. "Adikmu keluar hanya untuk membaca?"Nathan bertanya balik. "Kamu keberatan?""Nggak!"Nelly tidak selalu mengikuti Nathan keluar.Namun, mereka bertiga
Ibu kota."Berita terbaru, pewaris Grup Ransford diserang oleh senjata api di Negara Amos. Hidup atau matinya belum diketahuinya.""Saat ini, Grup Ransford telah mengirim orang ke Negara Amos untuk mencarinya.""Dikabarkan bahwa pewaris ini sudah memiliki seorang kekasih dan sepasang anak kembar."Wartawan berdiri di luar rumah sakit dengan mikrofon, melaporkan kejadian sambil menunggu untuk mewawancarai kekasih Nathan.Ada wartawan dari media lain di luar rumah sakit.Briana mendorong kereta bayi keluar dari rumah sakit di bawah perlindungan pengawal.Para wartawan dengan cepat mengulurkan mikrofon mereka."Nona Briana, apakah sudah ada kabarnya Tuan Nathan?""Maaf, permisi.""Nona Briana, apakah cincin di tanganmu adalah cincin tunangan?"Ketika Briana mendengar pertanyaan ini, dia berhenti melangkah. Matanya yang merah karena menangis ditutupi oleh kacamata hitam.Dia mengangkat tangan kanan yang terdapat cincin di jari tengahnya."Ini adalah cincin yang dia pesan untukku."Dua hari
"Ke Negara Amos."Elena memejamkan mata. Ketika rasa pusing pada kepalanya mereda, bibirnya menjadi makin pucat.Dia mungkin juga tahu bahwa tubuhnya saat ini tidak cocok untuk pergi ke negara lain, jadi dia memaksa dirinya untuk tenang.Ketika Kaedyn melihat Elena duduk kembali di kasur, dia mengatupkan bibir tipisnya lalu berkata, "Nggak ada gunanya kamu pergi ke sana. Keluarga Ransford telah mengutus banyak orang untuk mencari keberadaan Nathan, tapi sejauh ini belum menemukannya. Selain itu, sekarang Negara Amos sedang terjadi kekacauan."Tempat itu selalu sangat kacau.Elena tidak menjawab. Dia segera mengambil ponsel Kaedyn, lalu menghubungi Janine.Kali ini panggilannya akhirnya diangkat."Halo?""Janine, ini aku."Janine tersenyum kaget saat mendengar suara Elena.Saat dia melihat Briana memandang ke arahnya, Janine mengurung senyumnya, lalu naik ke lantai atas."Tunggu sebentar."Elena bisa menebak bahwa Janine mungkin tidak leluasa bertelepon sekarang.Dia menutup telepon, me