Ketika Doreen melihat Kaedyn, dia menjelaskan sambil tersenyum masam. "Aku hanya ingin menggendong anak, tapi pengasuhnya melarangku. Apakah aku nggak boleh menggendong anak sendiri?""Berikan Freya kepadaku." Kaedyn mengulurkan tangan untuk mengambil Freya.Doreen memeluk Freya erat-erat, membalikkan tubuhnya ke samping, matanya berkaca-kaca. "Kae, bisakah kita bicara? Bisakah kamu membantuku demi anak kita?"Kaedyn memandang Doreen dengan tatapan dingin. "Kamu bukan ingin menggendong anak, tapi ingin menemuiku untuk meminta bantuanku."Doreen benar-benar tidak percaya bahwa Kaedyn akan menilainya seperti itu. "Bukan ....""Nggak penting." Kaedyn tidak ingin beromong kosong dengan Doreen. "Penjelasanmu nggak penting. Serahkan anaknya kepadaku."Doreen mungkin tahu bahwa Kaedyn tak akan membantunya.Dia menunduk untuk menatap anak yang ada di dalam gendongannya.Doreen menyerahkan Freya kepada Kaedyn, kemudian berjalan kembali ke mobilnya. Dia membuka pintu mobil, masuk lalu berkata ke
Pada pukul tujuh malam, Nathan pulang membawa sebuah akuarium kecil.Ada dua ikan kecil di dalam akuariumnya.Elena sudah selesai memasak makan malam. Dia pergi mandi dan keramas. Sebelum rambutnya dikeringkan, dia mendengar suara langkah kaki."El-el, Tuan Nathan-mu sudah pulang."Elena menggantung handuk di kepalanya, mengenakan sandal, lalu berjalan keluar dari kamar mandi.Dia mengenakan piama hitam bertali spaghetti, kulitnya yang terekspos tampak sangat putih.Nathan memegang akuarium dengan kedua tangannya sambil mencari tempat yang cocok untuk meletakkannya.Dia melihat ke arah Elena. "Akuariumnya diletakkan di sebelah TV. Bagaimana menurutmu?""Kenapa kamu tiba-tiba ingin memelihara ikan?" Elena melihat akuarium berisi dua ekor ikan mas kecil biasa yang ada di tangan Nathan. "Taruh di atas meja kopi saja."Nathan menyerahkan akuarium itu kepada Elena. "Kebetulan lewat. Untukmu."Dia berencana membeli sesuatu untuk Elena setelah pulang kerja setiap harinya.Dua ikan kecil terse
Nathan akhirnya menjilat pemabuk itu sampai puas, kemudian dia membujuk Elena untuk kembali ke kamar."Air." Elena berbaring di kasur dengan tangan dan kaki terentang lebar, meminta air.Nathan keluar untuk mengambilkan segelas air hangat.Setelah kembali ke kamar, dia melihat Elena telah menelanjangi dirinya.Pembuluh darah berdenyut di dahi pria itu.Nathan berjalan ke samping kasur, membungkuk, membantu Elena bangun, kemudian membiarkannya minum air."Buku mulut, minum.""Oh."Elena berhenti minum setelah minum dua teguk. Dia mengangkat tangannya, lalu meletakkannya di bahu Nathan.Nathan meletakkan satu lengan di samping Elena, meletakkan gelas dengan tangan lainnya.Cahaya di dalam kamar terang.Elena membuka matanya, menatap pria yang ada di atasnya. Jika dilihat dengan lekat, tatapan Elena masih tampak linglung.Rahang Nathan mengeras, jakunnya naik turun, tatapannya gelap.Mereka sudah saling menyalakan api gairah saat di halaman tadi."Tidurlah dengan nyenyak. Jangan minum min
Kala itu, Nathan juga berusia lima belas tahun. Dia dengan malas meletakkan tangannya di belakang kepalanya sambil berkata, "Adikku, Nelly."Adris memandang Nelly. "Dia adalah gadis genius legendaris keluargamu itu. Halo dik, namaku Adris."Demi melindungi Nelly, Keluarga Ransford jarang mengizinkannya tampil di jamuan makan ataupun depan umum.Namun, Adris juga mendengar bahwa putri Keluarga Ransford kurang sehat, sering sakit.Nelly melihat Adris sekilas dengan ekspresi datar. "Halo, aku Nelly."Adris mengusap kepalanya dengan malu sembari tersenyum.Karena ada Nelly, Adris dan Nathan menjadi pergi bermain basket hari itu.Nelly duduk di samping, mengeluarkan sebuah buku dari ranselnya, kemudian membacanya.Setiap kali Adris menembakkan bola ke dalam keranjang, dia melihat ke arah Nelly. Dia bertanya pada Nathan dengan suara rendah. "Adikmu keluar hanya untuk membaca?"Nathan bertanya balik. "Kamu keberatan?""Nggak!"Nelly tidak selalu mengikuti Nathan keluar.Namun, mereka bertiga
Ibu kota."Berita terbaru, pewaris Grup Ransford diserang oleh senjata api di Negara Amos. Hidup atau matinya belum diketahuinya.""Saat ini, Grup Ransford telah mengirim orang ke Negara Amos untuk mencarinya.""Dikabarkan bahwa pewaris ini sudah memiliki seorang kekasih dan sepasang anak kembar."Wartawan berdiri di luar rumah sakit dengan mikrofon, melaporkan kejadian sambil menunggu untuk mewawancarai kekasih Nathan.Ada wartawan dari media lain di luar rumah sakit.Briana mendorong kereta bayi keluar dari rumah sakit di bawah perlindungan pengawal.Para wartawan dengan cepat mengulurkan mikrofon mereka."Nona Briana, apakah sudah ada kabarnya Tuan Nathan?""Maaf, permisi.""Nona Briana, apakah cincin di tanganmu adalah cincin tunangan?"Ketika Briana mendengar pertanyaan ini, dia berhenti melangkah. Matanya yang merah karena menangis ditutupi oleh kacamata hitam.Dia mengangkat tangan kanan yang terdapat cincin di jari tengahnya."Ini adalah cincin yang dia pesan untukku."Dua hari
"Ke Negara Amos."Elena memejamkan mata. Ketika rasa pusing pada kepalanya mereda, bibirnya menjadi makin pucat.Dia mungkin juga tahu bahwa tubuhnya saat ini tidak cocok untuk pergi ke negara lain, jadi dia memaksa dirinya untuk tenang.Ketika Kaedyn melihat Elena duduk kembali di kasur, dia mengatupkan bibir tipisnya lalu berkata, "Nggak ada gunanya kamu pergi ke sana. Keluarga Ransford telah mengutus banyak orang untuk mencari keberadaan Nathan, tapi sejauh ini belum menemukannya. Selain itu, sekarang Negara Amos sedang terjadi kekacauan."Tempat itu selalu sangat kacau.Elena tidak menjawab. Dia segera mengambil ponsel Kaedyn, lalu menghubungi Janine.Kali ini panggilannya akhirnya diangkat."Halo?""Janine, ini aku."Janine tersenyum kaget saat mendengar suara Elena.Saat dia melihat Briana memandang ke arahnya, Janine mengurung senyumnya, lalu naik ke lantai atas."Tunggu sebentar."Elena bisa menebak bahwa Janine mungkin tidak leluasa bertelepon sekarang.Dia menutup telepon, me
Setelah Elena selesai bertelepon dengan Janine, dia bersembunyi di balik selimut, lalu menangis.Dia hanya mengizinkan dirinya menangis sebentar.Sebentar saja.Rasanya takdir selalu mempermainkannya.Ketika dokter mengetuk pintu lalu masuk, Elena telah menstabilkan emosinya.Kaedyn berjalan di belakang dokter.Matanya tertuju pada mata Elena yang memerah, kemudian dia terdiam.Ketika dia menyelamatkan Elena di tempat seperti itu, Elena bahkan tidak menangis terharu.Sekarang dia menangis karena Nathan.Ketika Elena melihat mereka masuk, dia mengembalikan ponsel kepada Kaedyn.Kaedyn tiba-tiba mencekal pergelangan tangan Elena.Punggung tangan Elena yang baru saja diinfus menjadi merah dan bengkak."Dokter, punggung tangannya?"Elena mengerutkan kening, lalu refleks menarik pergelangan tangannya.Kaedyn, "..."Dokter memeriksa tangan Elena kemudian berkata, "Punggung tangannya sedikit alergi. Aku akan meresepkan obat nanti."Dia menanyakan kondisi Elena lagi, lalu berkata dengan wajah
...Ketika Kaedyn kembali ke bangsal, dia melihat Elena baru saja hendak turun dari kasur. "Untuk apa yang kamu turun? Bunyikan bel saja kalau kamu butuh sesuatu."Elena masih bisa pusing. Bisa gawat jika dia terjatuh, lalu menabrak sesuatu.Elena sudah punya pengalaman, dia tidak bangun mendadak."Ke toilet."Ketika Kaedyn melihat Elena berjalan perlahan ke toilet, dia awalnya ingin membantu.Namun, mengingat penolakan Elena terhadapnya, Kaedyn pun tidak memapah Elena. Dia hanya mengawasi Elena untuk mencegahnya jatuh.Elena tidak akan bercanda tentang tubuhnya. Dia tidak sendirian sekarang, ada seorang bayi di dalam perutnya.Setelah dia masuk ke toilet, matanya sedikit berair.Perasaan ini dia alami lagi ketika dia dirawat di rumah sakit, tetapi tidak ada kerabat yang membantunya.Elena keluar dari toilet, Kaedyn meletakkan bubur di atas lemari.Dia menoleh ke arah Elena. "Martin sudah membelikan ponsel untukmu, ada di dalam kantong ini. Dokter bilang kamu hanya boleh makan makanan
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat