"Nih, kalau kamu sanggup, cabut saja sendiri," tantang Luther. Luther malas berdebat dengan pria tua itu. Setelah menempatkan pedang itu ke tempatnya semula, Luther langsung berbalik ke arah pintu batu. Di dalam ruangan batu itu ada 3 pintu batu, Luther memilih salah satunya dan langsung masuk.Demi menghargai Chelliny dan Alvie, Luther tidak ingin terlibat dalam keributan dengan mereka. Dia lebih memilih untuk pergi begitu saja. Lagi pula, Edur juga tidak mungkin bisa mencabut pedang itu. Tidak masalah jika dia meninggalkan pedang itu di tempatnya semula.Hal terpenting saat ini adalah menemukan bunga bakung lelabah hitam. Setelah menemukan bunga itu, masih belum terlambat bagi Luther untuk kembali mengambil pedang tersebut."Bocah sialan, berhenti!" Melihat Luther hendak pergi, Edur kesal bukan main. Dia mengangkat telapak tangannya dan hendak melayangkan serangan mematikan."Berhenti!" Chelliny tiba-tiba menghalanginya lagi. Edur terkejut sejenak. Dia takut akan melukai anaknya sehi
"Paman, kita bukan murid Istana Hawa, apa perlu bersujud?" tanya Charlotte."Kita harus hormati orang yang sudah meninggal, bersujudlah." Luther menganggukkan kepalanya. Vernita dulunya adalah ahli berbakat yang sangat dihormati. Meski sekarang telah meninggal, mereka tetap harus menghargainya."Oh." Charlotte menanggapi dengan singkat, lalu bersujud tiga kali.Gluduk, gluduk! Tiba-tiba batu nisan itu bergetar dan mulai runtuh, hingga akhirnya menghilang. Pada saat bersamaan, muncul sebuah kotak kayu yang sangat indah menggantikan batu nisan tersebut."Paman, ada sesuatu!" teriak Charlotte dengan mata berbinar. Dia segera membuka kotak itu dan melihat isinya. Di dalamnya ada sebuah mutiara berwarna emas. Mutiara ini sangat indah dan memukau. Cairan berwarna keemasan di dalamnya terus berputar membentuk sebuah pusaran yang menyerap energi dari langit dan bumi."Astaga! Ternyata ini Mutiara Spiritual?" Maple membelalakkan matanya dengan kaget. Bahkan Luther yang selalu terlihat tenang pu
"Kalau kalian nggak mau, berikan saja padaku. Gimana?" Yadira tiba-tiba bersuara. Di saat seperti ini, dia memang seharusnya bersikap tidak tahu malu sedikit. Mungkin, mereka benar-benar akan memberikan barang itu kepadanya?"Jangan mimpi!" tegur Luther sembari memelotot. Kemudian, dia memasukkan Mutiara Spiritual ke saku Charlotte secara paksa dan berkata, "Simpan baik-baik, harta karun ini berjodoh denganmu. Aku akan marah kalau kamu menolak lagi!""Um ... ya sudah, aku akan menggunakannya untuk sementara waktu ini. Kelak, aku akan mengembalikannya kepadamu." Setelah ragu-ragu sesaat, Charlotte akhirnya memutuskan untuk menyimpan barang tersebut.Charlotte berpikir, setelah dirinya menjadi kuat suatu hari nanti, dia baru bisa membantu Luther dengan maksimal.Begitu Mutiara Spiritual bersentuhan dengannya, Charlotte bisa merasakan hawa dingin yang terus mengalir ke dalam tubuh dan pusat energinya. Hawa ini memperkuat energi internal dan meridiannya.Dengan situasi seperti ini, Charlot
Charlotte terkejut hingga bulu kuduknya meremang. Dia bergegas bersembunyi di belakang Yadira dengan tubuh yang gemetaran. Charlotte adalah gadis pemberani, tetapi dia sangat takut pada hantu."Siapa kamu?" tanya Luther yang mengernyit dengan heran. Meskipun dirinya lengah barusan, harus diakui sosok ini termasuk hebat karena berhasil mendorongnya dengan satu serangan. Menurutnya, sosok ini setidaknya seorang master!"Tempat ini adalah makamku. Menurut kalian, siapa aku?" balas sosok itu. Saat ini, kabut putih yang berada di sekitarnya berangsur menghilang.Dalam sekejap, wajah seorang wanita tua muncul di depan mereka semua. Wanita ini sangat cantik, meskipun rambutnya sudah beruban. Hanya saja, sepasang matanya itu tampak mendalam, seakan-akan bisa melihat segalanya."Makammu? Jangan-jangan, Senior Vernita?" tanya Luther setelah termangu sejenak. Raut wajahnya sampai berubah drastis."Vernita!" Begitu nama ini dilontarkan, Charlotte dan Yadira sontak tercengang. Mereka memandang soso
Ketika Luther memaksakan diri untuk melakukan terobosan, Vernita sudah melayangkan pukulan kepadanya. Karena tidak sempat menghindar, Luther terpaksa melawan serangan tersebut dengan pukulannya.Begitu kedua telapak tangan itu berbenturan, Luther sontak terpental bak bola meriam. Tubuhnya menabrak dinding, memunculkan sebuah lubang berbentuk manusia yang dalam. Untuk seketika, seluruh makam pun bergetar, banyak batu yang berjatuhan.Luther merasa tenggorokannya agak manis. Saat berikutnya, dia langsung memuntahkan darah dan wajahnya tampak pucat pasi."Paman!" Melihat ini, ekspresi Charlotte seketika berubah. Dia ingin maju untuk membantu, tetapi Yadira malah menahannya. Bagaimanapun, mereka tidak akan sanggup ikut dalam pertarungan level ini.Sejak 50 tahun lalu, Vernita sudah merupakan tokoh yang sangat hebat. Kini, kekuatannya pasti meningkat pesat setelah melakukan kultivasi tertutup. Bisa dibilang, kekuatan Vernita ini tidak ada bedanya dengan dewa! Luther sudah termasuk hebat kar
Dada Luther sontak menjadi cekung. Dia terlempar tinggi hingga akhirnya menghantam tanah. Darah yang dimuntahkan olehnya bahkan membentuk lengkungan aneh di udara, sungguh adegan yang menyeramkan."Paman!" seru Charlotte dengan histeris. Kedua matanya tampak merah, sedangkan ekspresinya dipenuhi kesedihan. Dia ingin maju untuk membantu, tetapi Yadira menahannya dengan kuat. Dia hanya bisa melihat Luther terluka seperti ini."Sedikit lagi, tinggal sedikit lagi .... Bianca masih menungguku, aku nggak boleh kalah!" ujar Luther. Setelah pusingnya agak mereda, Luther memaksakan diri untuk bangkit dengan perlahan. Tubuhnya tampak sempoyongan dan lemah."Paman! Menyerah saja! Kita nggak butuh bunga itu lagi! Kamu bisa mati kalau begini terus!" seru Charlotte yang benar-benar panik sekarang. Air mata terus mengalir di wajahnya. Dia bisa melihat bahwa Luther sudah mencapai limitnya. Kalau menderita serangan lagi, nyawanya akan melayang!Luther tidak memedulikan ucapan Charlotte. Dia menegakkan
Setelah memberikan bakung lelabah hitam kepada Luther, Vernita seolah-olah mematung. Dia hanya berdiri diam di tempatnya sambil memejamkan mata, seperti orang yang sedang mengenang kembali masa-masa indah dulu."Senior, kebaikanmu ini akan kuingat selalu," ujar Luther. Dia pun tidak mengganggu lagi saat melihat Vernita bermeditasi. Sesudah memberi hormat, Luther berjalan pergi dengan sempoyongan.Untungnya, Vernita masih berbelaskasihan tadi. Kalau tidak, nyawa Luther mungkin sudah melayang. Kemampuan Vernita sudah melampaui jangkauan seorang grandmaster. Mungkin, tidak ada orang yang sanggup melawannya di dunia ini."Paman, kamu memuntahkan begitu banyak darah tadi. Kamu baik-baik saja?" tanya Charlotte seraya memapah Luther. Air matanya bahkan masih belum kering. Situasi tadi benar-benar berbahaya. Jika Vernita tidak melunak, mungkin gurunya ini sudah tewas."Nggak apa-apa, hanya patah tulang, aku nggak akan mati," jawab Luther. Dia mengeluarkan sebutir pil untuk dikonsumsi, lalu per
Hanya saja, Luther tidak menyangka mereka akan langsung dikepung oleh begitu banyak orang, sampai tidak ada celah untuk melarikan diri."Ketua Edur, kita harus berbagi kalau ada keuntungan. Kurang bagus kalau Sekte Akasa kalian meraup semuanya sendirian, 'kan?""Edur, orang yang cerdas bisa menilai situasi dengan baik. Kamu nggak akan bisa menguasai barang-barang itu sendirian, sebaiknya berbagi dengan kami supaya kita sama-sama senang.""Hei! Cepat serahkan harta karunnya atau jangan salahkan kami bertindak lancang!"Semua orang mulai berteriak, melontarkan berbagai ancaman dan tawaran. Sepasang mata mereka bahkan seperti serigala yang mengincar mangsa. Vernita mengoleksi harta karun yang tak terhitung jumlahnya. Salah satunya saja sudah cukup untuk membuat orang menggila."Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Kami belum mendapatkan apa-apa, mana mungkin bisa berbagi dengan kalian?" bantah Edur. Mereka menemukan harta karun itu dengan susah payah, jadi tidak mungkin rela berbagi."