Brak ....Melihat kepala Kin yang terjatuh ke tanah, suasana di tempat itu menjadi hening. Suara teriakan dan marah tadi sudah menghilang sepenuhnya sekarang. Raiden tertegun, begitu juga dengan Harlan. Orang-orang dari Keluarga Hutomo, Istana Hawa, Sekte Ilmu Kegelapan, Sekte Hitam Putih, Biara Kasih, Sekte Roh, dan semua pesilat di tempat itu juga tertegun. Mata semuanya membelalak dan ekspresinya terlihat tidak percaya.Tidak ada yang menyangka Luther begitu kejam dan langsung memenggal kepala Kin di hadapan Keluarga Hutomo, Aliansi Bela Diri Jiman dan Jiberia, dan semua perguruan. Luther memenggal begitu saja tanpa sebuah alasan dan penjelasan.Bang! Setelah keheningan sejenak, suasana di tempat itu menjadi gempar."Luther, kamu berani bertindak kejam di depan publik? Sungguh berani sekali!""Pembunuhan! Ini adalah pembunuhan!""Tindakannya begitu kejam, kalian semua harus menghukumnya!""Bunuh dia! Balaskan dendam Tuan Terry! Balaskan dendam Keluarga Hutomo!"Semua orang melompat
Luther melihat ke sekeliling dan berkata dengan ekspresinya dengan tenang, "Semuanya sudah melihatnya, 'kan? Kin ini penuh dengan ambisi. Demi kedudukan, dia rela membunuh ayahnya sendiri. Orang yang berengsek seperti ini masih nggak boleh dibunuh? Apa dia pantas dibunuh?"Pertanyaan ini membuat semua orang tidak bisa berkata apa pun. Keluarga Hutomo yang tadi merasa sangat marah, saat ini juga terdiam. Ekspresi Klark muram dan terlihat sangat buruk.Jaden berdiri diam di tempatnya dan bergumam, "Kenapa bisa begini? Bagaimana mungkin ayahku adalah pelaku pembunuhan kakekku? Nggak ... nggak mungkin!"Jaden sulit percaya ayahnya akan melakukan hal sekejam ini. Demi kekuasaan dan kedudukan, bahkan keluarga pun diabaikan. Sungguh gila!"Aku pikir Luther adalah pelakunya, tak disangka ada pengkhianat di Keluarga Hutomo.""Bahkan ayahnya sendiri pun dibunuh, benar-benar berengsek!""Hati orang benar-benar susah ditebak. Siapa sangka Tuan Kin yang biasanya baik dan adil ternyata begitu kejam?
"Apa? Klark?"Begitu mendengar perkataan itu, semua orang terkejut dan tatapan mereka tertuju ke posisi Keluarga Hutomo."Apa? Klark itu jujur dan dermawan, bagaimana mungkin dia bisa terlibat dengan hal ini?""Aku juga merasa nggak mungkin. Klark diakui sebagai pria yang baik dan semua setuju dengan itu.""Apa ada kesalahan?"Semua orang mulai membahas hal itu. Dari keempat tuan muda Keluarga Hutomo itu, reputasi Klark paling baik. Dia selalu dermawan, adil, dan sudah menolong banyak orang. Meskipun hanya seorang pengemis, dia juga akan memperlakukannya dengan sopan. Kualitas kepribadiannya tidak diragukan lagi.Setelah tertegun sejenak, ekspresi Klark terlihat marah. "Sungguh omong kosong! Luther, aku nggak ada dendam denganmu, kenapa kamu memfitnahku?"Luther tersenyum sinis. "Fitnah? Apa aku memfitnahmu atau nggak, aku yakin hatimu tahu. Kin hanya seorang pemuda berani, tapi bodoh. Kalau harus merencanakan pembunuhan Tuan Larry dan menuduhku, dia masih belum mampu melakukannya!"Mu
Klark berkata dengan tenang, "Tuan Raiden, suratnya bisa dipalsukan. Dia hanya perlu mencari seorang ahli kaligrafi untuk meniru tulisan dan membuat surat palsu, semua ini hal yang mudah.""Benar! Siapa tahu kamu sengaja mencelakai Klark!" kata semua anggota Keluarga Hutomo yang terus berusaha membantah."Klark, aku benar-benar sudah meremehkanmu. Masalahnya sudah seperti ini, kamu masih berani membantahnya? Baiklah. Kalau kamu nggak ingin mengakuinya, aku akan membuatmu kalah dengan puas." Setelah mengatakan itu, Luther tiba-tiba bertepuk tangan. Kemudian, murid dari Faksi Kirin minggir dan berinisiatif membuat sebuah jalan. Pada saat yang bersamaan, seorang pria tua dengan jenggot dan alis putih berjalan keluar. Saat melihat pria tua itu, semua orang terkejut dan diam di tempatnya. Pria itu bukan orang lain, melainkan adalah almarhum Tuan Larry!"Bagaimana mungkin? Bukankah Tuan Larry sudah mati, ya?""Astaga! Kenapa ada hantu di siang bolong begini?""Apa yang terjadi? Apa orang ya
Setelah berteriak seperti itu, Klark langsung terjatuh duduk di tanah. Wajahnya dipenuhi dengan berbagai ekspresi. Marah, kebencian, cemburu, gila, dan perasaan sangat kesal. Dia tidak mengerti mengapa semua bisa seperti ini. Dia jelas-jelas sudah merencanakan semuanya dengan sempurna dan sama sekali tidak ada celah. Asalkan bisa membunuh Larry, dia bisa memiliki kekuasaan dengan mudah. Sejak saat itu, dia akan mengendalikan semuanya dan memimpin dengan bebas. Namun, semuanya tidak sesuai dengan perkiraannya dan pada akhirnya rencananya gagal.Sejak Klark merencanakan untuk mengambil alih kekuasaan, nasibnya sudah ditentukan hanya memiliki dua akhir. Entah berhasil mencapai puncak dan dihormati semua orang atau jatuh ke jurang dan hancur berkeping-keping. Sialnya, rencananya gagal. Larry tidak mati, sehingga semua usaha dan rencananya sia-sia. Namun, dia benar-benar merasa tidak puas. Hanya selangkah lagi, dia sudah bisa hidup tanpa kekhawatiran. Mengapa?"Tak disangka Klark adalah pel
Hanya tersisa Raiden dan yang lainnya masih berdiri di tempat."Raiden, untuk apa kamu masih berdiri di sini? Pulanglah," ujar Larry.Raiden tidak bersuara sama sekali. Setelah melihat ke sekeliling, pandangannya jatuh pada Luther. "Luther, dari mana kamu mengundang orang ini?""Hm? Apa yang kamu bicarakan?" Larry mengerutkan alisnya dengan tidak senang."Kenapa? Masih mau berpura-pura?" Wajah Raiden tampak dingin."Lancang! Kenapa kamu bicara begini pada gurumu? Nggak punya sopan santun!" bentak Larry."Huh! Coba kulihat kamu ini manusia atau hantu?" Raiden mendengus, lalu mengulurkan tangannya menyentuh wajah Larry. Larry mengerutkan alisnya dan bergerak mundur, tetapi dia tidak bisa menghindar. Saat baru saja dia hendak disentuh, Luther berkelebat dan mengadang di hadapannya sambil berkata, "Tuan Raiden, mohon berbelaskasihan. Kalau ada masalah, kita bicarakan baik-baik.""Pengkhianat! Beraninya kamu menyerang gurumu sendiri? Dasar pengkhianat!" bentak Larry dengan marah."Sudahlah
Di dalam sebuah kamar di Vila Embun. Luther sedang berbaring tak sadarkan diri. Alisnya berkerut dan wajahnya tampak membiru. Racun dan energi sejati dalam tubuhnya saling berbentrokan dengan parah. Sesekali, hidungnya juga meneteskan darah. Raja Obat, Paulo, sedang duduk di samping tempat tidur dan menjalankan akupunktur untuk menetralkan racun Luther. Ekspresinya tampak sangat serius.Johan, Maple, Charlotte, dan beberapa orang lainnya berdiri di samping dengan wajah cemas. Racun Pil Tujuh Hari Kematian masih belum dinetralkan, kini sudah muncul lagi racun lainnya. Ini benar-benar meresahkan.Raiden membawa sekelompok anggota Aliansi Bela Diri Jiman untuk mencari keberadaan Harlan. Namun, sampai saat ini belum ada kabar apa pun. Sekarang mereka hanya bisa bergantung pada keahlian Raja Obat.Waktu terus berlalu, dahi Paulo mulai bercucuran keringat, bahkan napasnya juga mulai memburu. Seiring dengan jarumnya yang ditancapkan, terlihat jelas bahwa ada aura hitam yang berkumpul di dada
"Nona Bianca, aku bisa memahami perasaanmu. Tapi, racun di tubuh Tuan Luther sudah merasuk sampai tulang sumsum. Aku sudah mencoba segala cara, tapi tetap saja tidak mempan. Aku benar-benar minta maaf," kata Paulo sambil menghela napas. Dia sendiri juga sangat menghormati Luther, Paulo bahkan pernah berpikir untuk mewariskan semua ilmunya pada Luther. Namun apa daya, takdir berkata lain. Luther malah terkena racun seperti ini."Nggak mungkin!" Bianca mulai panik. Jika Raja Obat saja tidak bisa mengobatinya, siapa lagi yang bisa?"Tunggu!" Pada saat ini, Bianca tiba-tiba teringat dengan seseorang. "Senior! Aku dengar Lembah Obat punya semacam obat yang sangat langka, namanya Bunga Reinkarnasi. Jika digabungkan dengan resep obat rahasia, bisa digunakan untuk menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal. Apakah itu benar?""Bunga Reinkarnasi?"Mendengar kata itu, Paulo langsung mengernyit. "Nona Bianca, benda itu bukan benda bagus, tidak boleh digunakan.""Kenapa nggak boleh? Apa Senio
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N