"Berhenti! Jangan macam-macam, aku ini genius Keluarga Hutomo!" bentak Kin sembari mundur."Kamu sudah membunuh ayahmu, tapi masih berani bicara begitu? Kalau orang-orang tahu masalah ini, entah gimana dirimu akan berakhir," ucap Luther dengan ekspresi menghina."Pengawal bayangan! Bunuh dia!" seru Kin tiba-tiba. Dia berniat membunuh Luther agar fakta ini tidak diketahui siapa pun. Namun, sekeliling sunyi senyap, hanya ada suara angin."Pengawal bayangan! Pengawal bayangan?" Kin mulai panik sehingga sibuk memandang ke sekeliling."Orang kepercayaanmu ada di sini," ujar Johan. Dia mengangkat 2 kepala yang berdarah-darah sambil berjalan keluar dari kegelapan. Kemudian, dia melemparkannya ke kaki Kin, membuatnya terperanjat hingga ekspresinya berubah drastis."Kin, kamu sudah terjebak, nggak akan bisa kabur lagi. Jadi, apa yang ingin kamu katakan sekarang?" tanya Luther dengan sinis."Sebentar!" Melihat situasi makin memburuk, Kin tiba-tiba berkata, "Luther, nggak ada musuh sejati di duni
Kin tiba-tiba mengubah topik pembicaraannya. "Luther, jangan ungkit pria tua itu lagi. Yang paling penting sekarang adalah mempertimbangkan kerja sama kita kelak. Asalkan kamu mendukungku, aku bisa dalam waktu singkat mengendalikan sepenuhnya seluruh Keluarga Hutomo!""Sejak kapan aku setuju untuk kerja sama denganmu?" kata Luther dengan ekspresi dingin.Kin mengernyitkan alisnya. "Eh? Aku sudah bicara begitu banyak tadi, apa kamu tidak tergerak sedikit pun?""Kamu bahkan berani membunuh ayahmu sendiri, reputasiku akan menjadi buruk kalau kerja sama denganmu. Selain itu, aku akan membeberkan semua perbuatanmu kepada publik, kamu bersiap untuk mati saja." Saat mengatakan itu, Luther memberikan isyarat. Johan langsung menyadari dan maju untuk menekan Kin di tanah."Luther, kamu tidak tepati janjimu! Bukankah tadi kamu sudah setuju? Kenapa?" teriak Kin dengan kesal. Dia berpikir sedikit lagi rencananya berhasil. Kekuasaan, kedudukan, dan reputasi, dia akan mendapatkan semuanya. Mengapa se
Waktu perlahan-lahan berlalu. Dalam sekejap, gerbang Vila Embun sudah dipenuhi dengan orang-orang. Saat dilihat, tempat itu seperti lautan manusia. Semua yang seharusnya datang dan tidak datang pun sudah tiba di sana. Ada yang datang meminta pertanggungjawaban, menonton pertunjukan, ikut meramaikan suasana, dan gembira dengan kejadian itu. Banyak orang yang menyadari jika Luther bisa melewati kejadian ini, kelak reputasinya pasti akan mencapai puncak. Jika tidak, bakatnya yang luar biasa akan hancur."Luther, kita tahu kamu ada di dalam. Batas waktu tujuh hari sudah berlalu, keluar dan terima kematianmu!" kata anggota Keluarga Hutomo setelah menunggu di tempat itu sejenak."Krang!" Pada saat itu, pintu gerbang perlahan-lahan terbuka. Luther dan beberapa orang berjalan keluar dengan tenang."Oh? Banyak juga yang datang hari ini, benar-benar ramai." Setelah melihat ke sekeliling, Luther melihat banyak orang yang dia kenal."Nggak usah berpura-pura! Kamu sudah membunuh kakekku, hari ini k
Begitu mendengar perkataan Luther, banyak orang yang berbisik-bisik. Ada yang terkejut dan ragu, tetapi lebih banyak yang merasa tidak percaya."Omong kosong! Ayahku selalu jujur, bagaimana mungkin dia melakukan hal gila seperti ini?" teriak Jaden dengan keras.Ekspresi Klark menjadi muram. "Luther, aku peringatkan kamu jangan omong kosong di sini! Kamu sudah membunuh ayahku, sekarang ingin mencemari nama adikku. Sungguh kejam!""Apa aku mencemari namanya atau nggak, biar Kin sendiri yang beri tahu kalian."Luther mengeluarkan kain yang menyumbat mulut Kin dan menendangnya. "Beri tahu kepada semuanya masalah yang terjadi semalam."Begitu mulutnya terbuka, Kin langsung berteriak, "Kak Klark, tolong aku! Cepat tolong aku! Setelah mengikatku, orang ini terus menyiksa dan mengancamku agar aku menanggung kesalahannya. Kalau nggak, dia akan membunuh seluruh keluargaku! Kak Klark, kamu harus membantuku!""Berengsek! Berani-beraninya kamu macam-macam!" Johan menjadi marah dan mengangkat tangan
Brak ....Melihat kepala Kin yang terjatuh ke tanah, suasana di tempat itu menjadi hening. Suara teriakan dan marah tadi sudah menghilang sepenuhnya sekarang. Raiden tertegun, begitu juga dengan Harlan. Orang-orang dari Keluarga Hutomo, Istana Hawa, Sekte Ilmu Kegelapan, Sekte Hitam Putih, Biara Kasih, Sekte Roh, dan semua pesilat di tempat itu juga tertegun. Mata semuanya membelalak dan ekspresinya terlihat tidak percaya.Tidak ada yang menyangka Luther begitu kejam dan langsung memenggal kepala Kin di hadapan Keluarga Hutomo, Aliansi Bela Diri Jiman dan Jiberia, dan semua perguruan. Luther memenggal begitu saja tanpa sebuah alasan dan penjelasan.Bang! Setelah keheningan sejenak, suasana di tempat itu menjadi gempar."Luther, kamu berani bertindak kejam di depan publik? Sungguh berani sekali!""Pembunuhan! Ini adalah pembunuhan!""Tindakannya begitu kejam, kalian semua harus menghukumnya!""Bunuh dia! Balaskan dendam Tuan Terry! Balaskan dendam Keluarga Hutomo!"Semua orang melompat
Luther melihat ke sekeliling dan berkata dengan ekspresinya dengan tenang, "Semuanya sudah melihatnya, 'kan? Kin ini penuh dengan ambisi. Demi kedudukan, dia rela membunuh ayahnya sendiri. Orang yang berengsek seperti ini masih nggak boleh dibunuh? Apa dia pantas dibunuh?"Pertanyaan ini membuat semua orang tidak bisa berkata apa pun. Keluarga Hutomo yang tadi merasa sangat marah, saat ini juga terdiam. Ekspresi Klark muram dan terlihat sangat buruk.Jaden berdiri diam di tempatnya dan bergumam, "Kenapa bisa begini? Bagaimana mungkin ayahku adalah pelaku pembunuhan kakekku? Nggak ... nggak mungkin!"Jaden sulit percaya ayahnya akan melakukan hal sekejam ini. Demi kekuasaan dan kedudukan, bahkan keluarga pun diabaikan. Sungguh gila!"Aku pikir Luther adalah pelakunya, tak disangka ada pengkhianat di Keluarga Hutomo.""Bahkan ayahnya sendiri pun dibunuh, benar-benar berengsek!""Hati orang benar-benar susah ditebak. Siapa sangka Tuan Kin yang biasanya baik dan adil ternyata begitu kejam?
"Apa? Klark?"Begitu mendengar perkataan itu, semua orang terkejut dan tatapan mereka tertuju ke posisi Keluarga Hutomo."Apa? Klark itu jujur dan dermawan, bagaimana mungkin dia bisa terlibat dengan hal ini?""Aku juga merasa nggak mungkin. Klark diakui sebagai pria yang baik dan semua setuju dengan itu.""Apa ada kesalahan?"Semua orang mulai membahas hal itu. Dari keempat tuan muda Keluarga Hutomo itu, reputasi Klark paling baik. Dia selalu dermawan, adil, dan sudah menolong banyak orang. Meskipun hanya seorang pengemis, dia juga akan memperlakukannya dengan sopan. Kualitas kepribadiannya tidak diragukan lagi.Setelah tertegun sejenak, ekspresi Klark terlihat marah. "Sungguh omong kosong! Luther, aku nggak ada dendam denganmu, kenapa kamu memfitnahku?"Luther tersenyum sinis. "Fitnah? Apa aku memfitnahmu atau nggak, aku yakin hatimu tahu. Kin hanya seorang pemuda berani, tapi bodoh. Kalau harus merencanakan pembunuhan Tuan Larry dan menuduhku, dia masih belum mampu melakukannya!"Mu
Klark berkata dengan tenang, "Tuan Raiden, suratnya bisa dipalsukan. Dia hanya perlu mencari seorang ahli kaligrafi untuk meniru tulisan dan membuat surat palsu, semua ini hal yang mudah.""Benar! Siapa tahu kamu sengaja mencelakai Klark!" kata semua anggota Keluarga Hutomo yang terus berusaha membantah."Klark, aku benar-benar sudah meremehkanmu. Masalahnya sudah seperti ini, kamu masih berani membantahnya? Baiklah. Kalau kamu nggak ingin mengakuinya, aku akan membuatmu kalah dengan puas." Setelah mengatakan itu, Luther tiba-tiba bertepuk tangan. Kemudian, murid dari Faksi Kirin minggir dan berinisiatif membuat sebuah jalan. Pada saat yang bersamaan, seorang pria tua dengan jenggot dan alis putih berjalan keluar. Saat melihat pria tua itu, semua orang terkejut dan diam di tempatnya. Pria itu bukan orang lain, melainkan adalah almarhum Tuan Larry!"Bagaimana mungkin? Bukankah Tuan Larry sudah mati, ya?""Astaga! Kenapa ada hantu di siang bolong begini?""Apa yang terjadi? Apa orang ya
Bam, bam, bam! Ribuan cambuk emas menyerang seperti hujan badai, benar-benar sulit untuk dihindari.Dengan dipimpin oleh Pele, para ahli bela diri mengerahkan jurus masing-masing untuk membalas serangan. Mereka terus menghantam cambuk emas itu. Setiap benturan serangan akan melepaskan energi yang dahsyat, menghasilkan suara ledakan yang menggelegar.Riley berdiri kokoh seperti gunung besar yang tak tergoyahkan. Tubuhnya dikelilingi cahaya emas. Cambuk berayun dengan lincah. Meskipun menghadapi banyak lawan, dia tetap unggul.Pele dan lainnya sama sekali tidak bisa menembus pertahanan Riley. Bahkan, beberapa pemimpin Kuil Dewa yang lebih lemah langsung terdorong mundur oleh cambuk emas itu. Mereka sungguh kewalahan.Saat ini, semua orang baru menyadari betapa hebatnya ahi bela diri nomor satu Negara Drago. Bahkan, serangan Mantra Cahaya Emas saja sudah cukup untuk membuat mereka kewalahan."Aku nggak percaya cambuk ini bisa menghentikanku!" pekik Pele dengan murka. Sekujur tubuhnya mula
Perubahan mendadak itu membuat semua orang terkejut. Siapa pun tak menyangka Riley akan tiba-tiba menyerang, bahkan dengan secepat kilat.Gerakannya begitu cepat hingga mereka tidak sempat melihatnya dengan jelas. Bahkan, Amir yang terkenal akan kecepatannya juga tidak sempat bereaksi.Sebuah pukulan keras mendarat. Cepat, brutal, dan tak terbendung. Saat ini, orang-orang baru menyadari betapa kuatnya pria tua gemuk yang terlihat penuh belas kasih ini. Kekuatannya jauh melebihi perkiraan orang-orang.Krek, krek, krek .... Amir bangkit dengan terhuyung-huyung, lalu berusaha memperbaiki lehernya yang bengkok. Pipinya yang cekung segera kembali normal. Untungnya, ras vampir memiliki kemampuan pemulihan yang luar biasa. Jika tidak, pukulan itu pasti membuatnya cacat."Pak Tua, hebat juga kamu! Tapi, nggak semudah itu untuk membunuhku!" Amir menggertakkan giginya sambil menatap tajam ke arah Riley. Matanya terlihat haus darah. Jika dia bisa menguras darah Riley, kekuatannya pasti akan menin
Pertarungan antara Kuil Dewa dan Gunung Narima berlangsung dengan sangat sengit.Dalam serangan kali ini, Kuil Dewa benar-benar sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Bukan hanya mengundang para ahli dari seluruh dunia, mereka juga membagikan obat penguat yang sangat berharga pada semua orang. Untuk menghadapi Gunung Narima, mereka bahkan mengembangkan pakaian tempur khusus yang bisa menahan serangan halilintar.Bagi ahli tingkat sejati, serangan halilintar bisa langsung membuat mereka kehilangan kemampuan bertarung. Namun, dengan pakaian tempur itu, kekuatan serangan halilintar bisa berkurang setengah. Meskipun terkena serangan, mereka bisa bangkit kembali setelah beristirahat. Dari segi pertahanan, persiapan ini benar-benar sempurna.Selain itu, keunggulan terbesar Kuil Dewa adalah jumlah mereka yang sangat banyak. Jika termasuk dengan para pembunuh bayaran yang mereka sewa, jumlah mereka sekitar ribuan sampai memenuhi medan tempur.Sebaliknya, jumlah Gunung Narima hanya sekita
Serangan mematikan dari Danice langsung menyapu bersih lawannya. Para ahli bela diri yang tadi menyerbunya langsung mati dan terluka, sama tidak memiliki kemampuan untuk melawan."Ini ... nggak mungkin!" teriak Tico yang ketakutan sampai sudut matanya berkedut dan keringat dingin terus mengalir. Di bawah tahanan dari formasi segel, bahkan ahli tingkat grandmaster pun tidak mampu mengerahkan kekuatannya yang sebenarnya.Namun, Danice malah mengandalkan sebotol arak saja mampu melancarkan kekuatan magisnya jauh melampaui tingkat kultivasinya. Meskipun kultivasinya hanya tingkat master, teknik Delapan Hutan Belantara yang dikeluarkannya tadi memiliki kekuatan seperti tingkat grandmaster. Jika dia melakukannya sekali lagi, Tico khawatir semua orang di sini dan bahkan dirinya sendiri pun pasti mati."Kembali!"Saat itu, Danice menarik napas dalam-dalam dan ribuan bayangan semu yang diluncurkannya pun langsung kembali ke tubuhnya. Setelah itu, wajahnya berubah-ubah warna dan napasnya menjadi
"Coba kamu tebak." Danice tidak menjawab langsung dan hanya menyesap anggurnya. Basis kultivasinya memang tersegel, tetapi kekuatan tempurnya berasal dari anggurnya.Anggur yang diminumnya dimurnikan dengan berbagai obat spiritual sehingga mengandung energi spiritual yang kental. Sementara itu, Danice bisa mengolah energi spiritual itu untuk meningkatkan kekuatan tempurnya.Dengan kata lain, makin banyak anggur yang diminum Danice, kekuatannya akan makin dahsyat. Sekalipun basis kultivasinya tersegel, dia tetap bisa melancarkan serangan mematikan."Apa mungkin karena anggurmu?" Lamine segera bereaksi saat melihat anggur di tangan Danice. Sebelum dan sesudah melancarkan serangan, Danice selalu minum anggur. Jelas, ada yang aneh dari hal ini."Seratus untukmu. Tapi, nggak dapat hadiah." Danice menyeringai dan menyerang lagi. Pukulan ini tidak sehebat saat dia berada di puncaknya, tetapi sangat mematikan bagi Lamine yang sudah terluka parah."Tuan Tico, tolong aku!" seru Lamine melihat di
Luther yang memegang pedang tampak menyerbu ke kerumunan. Dia seperti harimau yang menyerbu kawanan domba. Saat berikutnya, pembantaian dimulai.Meskipun tidak bisa menggunakan energi sejatinya, fisiknya justru jauh lebih kuat daripada pesilat biasa. Baik itu kecepatan, kekuatan, reaksinya, ataupun teknik tempurnya, semuanya sudah cukup untuk menjatuhkan musuhnya.Setiap serangan pedang yang dilancarkan Luther mengenai titik vital secara akurat. Serangannya ini sungguh tak terbendung.Tidak ada seorang pun yang sanggup menghalangi Luther. Semuanya kewalahan. Teriakan histeris terdengar tanpa henti. Mayat-mayat berjatuhan. Berbeda dengan duel di arena, Luther sama sekali tidak menahan kekuatannya saat ini."Merepotkan sekali." Tico tak kuasa mengernyit melihat orang-orangnya yang tidak bisa berkutik menghadapi Luther. Dia tidak menyangka Luther yang basis kultivasinya sudah disegel masih bisa sekuat ini. Genius seperti ini harus dibunuh jika memilih untuk menjadi musuhnya."Kalian semua
"Siapa pun yang berani maju, akan mati!" Menghadapi para pembunuh bayaran yang menyerang dengan nekat, Luther sama sekali tidak berbelas kasihan. Dia mengayunkan pedang panjangnya dan cahaya pedang yang tajam pun langsung menerangi langit malam.Semua orang hanya merasa pandangan mereka tiba-tiba menjadi putih dan secara refleks menghentikan langkah mereka. Tubuh beberapa orang yang berada di barisan terdepan tiba-tiba menjadi kaku saat cahaya pedang itu menghilang, seolah-olah sama sekali tidak bisa bergerak.Pada detik berikutnya, beberapa kepala pun terlepas dari tubuhnya dan berguling-guling di tanah. Tubuh tanpa kepala itu berdiri di tempatnya selama dua detik, lalu akhirnya tumbang dan darah menyembur ke segala arah.Pemandangan ini membuat semua orang terkejut dan saling memandang dengan ragu karena tidak tahu harus berbuat apa. Mereka tidak menyangka pedang Luther bisa begitu cepat sampai mereka tidak sempat untuk bereaksi.Perlu diketahui, orang-orang yang baru saja tewas ini
Orang-orang yang keluar dari kabut semuanya memakai topeng, sehingga wajah mereka tidak terlihat jelas. Namun, terdapat logo yang melambangkan Kuil Dewa di tubuh mereka.Beberapa di antara orang-orang itu adalah anggota dari tim yang dipimpin Luther. Namun, saat tadi merasakan adanya pertempuran, dia sengaja meninggalkan timnya di dalam kabut dan keluar sendirian untuk memeriksa situasinya. Dia tidak menyangka ada tim lain yang akan membawa mereka keluar dari kabut itu."Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba begitu banyak orang yang mati?""Sepertinya mereka menghadapi musuh yang kuat. Semuanya hati-hati."Melihat mayat yang berserakan di sekitar, orang-orang yang baru keluar dari kabut menjadi waspada. Mereka terus mengamati Luther dan pria berpakaian abu-abu itu."Luther, kenapa kamu sendirian di sini?" tanya pria yang memimpin tim itu yang langsung mengenali identitas Luther.Kuil Dewa merekrut banyak tim dan setiap tim memakai topeng dengan warna yang berbeda. Untuk membedakan setiap
"Dia pelindung area terlarang. Setelah membunuhnya, kita baru bisa mengambil harta karun." Meskipun agak kebingungan, Bambang tetap menjelaskan. Dia terluka parah, jadi hanya bisa mengandalkan Luther untuk membunuh pria tua itu. Makanya, dia mau tak mau membujuk Luther."Kita bicarakan itu nanti. Sekarang, kita selesaikan masalah kita dulu." Usai berbicara, Luther sontak menjulurkan tangannya. Pedang di tanah pun memantul dan mendarat di tangannya."Masalah apa? Apa maksudmu?" Bambang termangu sebelum bertanya dengan bingung. Ketika melihat Luther mengambil pedang, firasat buruk sontak menyelimuti hatinya."Kamu dan pria bertubuh kekar itu bersekongkol supaya aku jadi tameng kalian. Kamu kira aku nggak tahu soal ini? Karena kalian ingin mencelakaiku, kenapa aku harus sungkan-sungkan pada kalian?" timpal Luther dengan ekspresi datar."A ... apa maumu?" Bambang pun panik. "Kita sama-sama dari Kuil Dewa. Kenapa malah saling membunuh? Kalau misi gagal, kita bakal sama-sama mati. Sebaiknya