"Plak!" Cek itu mengenai wajah Jaden dengan ringan dan tidak terasa sakit, tetapi penuh dengan penghinaan. "Kamu cari mati!"Jaden langsung menjadi sangat marah dan mengayunkan tinjunya untuk menyerang. Namun, tinjunya belum mengenai Luther, dia sudah ditendang hingga terbang. Dalam sekejap, dia dipenuhi dengan debu dan terus-menerus batuk."Aku harus membunuhmu!"Mata Jaden membelalak, lalu merobek pakaiannya dan memperlihatkan otot-ototnya yang kuat dan penuh dengan bulu. Kemudian, dia menyerang dengan ganas seperti banteng liar."Pergi!"Luther mengangkat tangannya dan langsung menampar Jaden hingga terbang. Jaden menjerit, lalu terjatuh dan tidak mampu berdiri untuk beberapa saat."Kamu berani memukul putraku?"Melihat kejadian itu, ekspresi Kin berubah. "Pengawal! Tangkap anak itu!"Setelah mendengar perintah Kin, sekelompok pengawal segera menyerbu tempat itu dan segera mengelilingi Luther."Dasar berengsek! Berani bertindak sesukamu di Keluarga Hutomo? Aku lihat kamu sudah bosan
Satu per satu luka parah, memuntahkan darah, dan terus merintih kesakitan. Mereka sama sekali tidak bisa menahan Larry."Gawat! Kakek menjadi gila!" teriak Jaden secara terus-menerus.Saat mengatakan itu, tatapan Jaden beralih ke Luther dan berkata dengan angkuh, "Paman Pertama! Semua ini adalah ulahnya anak itu! Dia yang membuat Kakek hilang kendali! Segera tangkap dia!""Benar! Aku sudah tahu sejak awal niat anak ini jahat, dia yang sengaja meracuni dan membuat Ayah menjadi seperti ini. Kita harus menyiksanya dengan keras!" kata Kin yang setuju dengan Jaden."Kalian jangan memfitnah! Aku yakin Luther tidak akan melakukan hal ini!" teriak Joshua."Eh?"Klark mengernyitkan alisnya, lalu buru-buru ke depan Luther dan bertanya, "Adik Kecil, apa yang sebenarnya telah terjadi? Bukankah kamu bilang ayahku sudah baik-baik saja? Kenapa dia bisa kerasukan?""Ada yang menyentuh jarumku."Setelah Luther melihat dengan saksama, dia segera memahami situasinya."Menyentuh jarummu? Apa maksudnya?" t
Suasana seluruh taman tiba-tiba menjadi hening. Semua orang tercengang melihat kejadian di depan mereka itu. Tidak ada yang menyangka Luther bisa menahan serangan Larry, dia bahkan tidak terluka sedikit pun.Perlu diketahui, mantan pemimpin dunia persilatan adalah pesilat ulung tingkat master. Setiap pukulan dan tendangan penuh dengan kekuatan yang mengguncangkan gunung dan menghancurkan bumi. Bahkan di seluruh Hutomo, ada berapa orang yang bisa melawan tokoh mengerikan seperti ini?"Dia ... menahannya?"Jaden sangat terkejut hingga matanya berkedut dan ekspresinya terlihat tidak percaya. Menurut mereka, Larry mewakili kekuatan teratas di ibu kota provinsi ini. Hanya dengan satu gerakan, dia bisa menghancurkan ahli bela diri terkuat. Bagaimana mungkin seorang dokter biasa bisa menahan tinju dari seorang ahli tingkat master seperti itu? Apa yang sebenarnya telah terjadi?"Astaga! Ternyata ada orang yang bisa menahan tinjunya Tuan Larry! Apa aku tidak salah lihat?"Mulut Tetua Robin terb
Klark menangkupkan tinjunya dan berkata, "Luther, maaf sudah merepotkanmu lagi.""Bukan masalah besar. Aku hanya berharap Keluarga Hutomo nggak akan mengancam dan menindasku, tapi memberiku bayaran yang sudah disepakati," kata Luther dengan tenang."Mengancam dan menindasmu? Apa maksudmu, Luther?" tanya Klark sedikit bingung.Luther menjawab penuh arti, "Sebaiknya kamu tanya sendiri pada dua orang di sampingmu, apa yang sudah mereka lakukan?""Kin! Sebenarnya apa yang terjadi!" tanya Klark sambil mengernyit."Ini ...," ujar Kin ragu-ragu. Masalah pemotongan bayaran seperti ini tentu tidak baik dibicarakan dengan terang-terangan."Paman Klark, aku tahu apa yang terjadi. Paman Kin dan yang lainnya diam-diam mengurangi bayaran Luther dari 600 miliar jadi 6 miliar. Mereka bahkan mengancam Luther!" kata Joshua dengan serius."Kin! Kamu sudah gila, ya!" Klark berkata dengan ekspresi masam, "Luther sudah menyelamatkan nyawa ayah kita. Keluarga kita berutang budi padanya. Berani-beraninya kamu
Malam itu, di sebuah rumah di area pinggiran kota. Saat Luther sedang duduk dan membaca buku di ruang tamu, Charlotte tiba-tiba berlari turun dari lantai dua."Paman! Aku butuh bantuanmu, cepat ikut aku!" bisik Charlotte begitu sampai ke sebelah Luther."Mau ke mana?" tanya Luther sedikit penasaran."Rahasia, Paman akan tahu nanti," jawab Charlotte dengan licik."Kalau kamu nggak bilang, aku nggak akan pergi," tolak Luther dengan tegas."Iya, tapi Paman harus ikut denganku ya," kata Charlotte sambil mengangkat alisnya."Lihat dulu," balas Luther sambil mengangkat bahu.Charlotte memberi tahu, "Oke, temanku merayakan ulang tahunnya malam ini. Kami sudah buat janji untuk main bersama.""Itu hari ulang tahun temanmu, 'kan? Apa hubungannya denganku? Aku nggak ikut," kata Luther sambil memutar bola matanya."Hei! Ucapanmu nggak bisa dipercaya! Padahal Paman sudah janji mau ikut!" ujar Charlotte dengan sedikit jengkel."Aku bilang lihat dulu situasinya, aku nggak bilang kalau aku pasti akan
Luther juga tidak keberatan, dia bisa menganggapnya sebagai sarana bersantai.Dua puluh menit kemudian, Luther dan Charlotte turun dari bus di pintu masuk sebuah restoran yang menyediakan tempat karaoke.Dibandingkan dengan tempat karaoke biasa yang ramai, restoran ini lebih sepi. Tiga hingga lima orang membentuk kelompok kecil dan duduk bersama. Minum-minum, mengobrol, dan mendengarkan musik di sini rasanya cukup menyenangkan."Charlotte! Sini!"Begitu keduanya masuk, seorang gadis berambut pendek berdiri dan melambai ke arah Charlotte. Luther menoleh ke sumber suara dan melihat beberapa wajah familier. Salah satunya adalah gadis berambut pendek yang merupakan teman Charlotte, Tiana. Satunya lagi adalah sosok populer di sekolah Charlotte, Hardy.Beberapa remaja yang tersisa juga tampak familier, tetapi Luther tidak tahu siapa nama mereka. Satu-satunya wajah baru di mata Luther adalah seorang gadis cantik yang mengenakan seragam sekolah. Dengan wajah oval yang cantik, penampilan murni,
"Hei! Apa maksudmu?" Melihat pria mesum itu mengganggu temannya, Hardy langsung berdiri dan berseru, "Temanku sudah bilang kalau dia nggak bisa menyanyikan lagu itu! Kenapa kamu terus memaksanya?""Iya! Kamu memaksa orang menyanyikan lagu yang nggak bisa dinyanyikannya, bukannya itu mempersulit orang namanya!" teriak Tiana.Meski yang lainnya tetap diam, mereka semua juga tampak marah."Oh! Ada yang mau sok pahlawan, ya?" Pria gemuk itu mencibir dan berkata, "Karena gadis itu sudah naik ke panggung, dia harus mengikuti aturan. Aku sudah memberinya hadiah, jadi dia harus menyanyikan sebuah lagu untukku!""Huh! Apa hebatnya hadiah sesedikit itu? Uang itu bahkan nggak cukup untuk aku jajan!" Hardy mengerutkan bibirnya dan berkata dengan sinis, "Oke! Kamu mau kami mengikuti aturan, 'kan? Aku akan ikut aturanmu. Hei, beri aku 100 mawar. Untuk lagu pertama, silakan nyanyi lagu apa pun!" Sambil berkata begitu, Hardy langsung membayar 20 juta."Wah! Bukan orang biasa nih! Dia langsung membayar
"Dua puluh miliar?"Begitu ucapan Luther terdengar, semua orang memandangnya dengan takjub. Dua puluh miliar adalah uang yang mungkin tidak dapat didapatkan orang biasa seumur hidupnya. Siapa orang yang begitu royal ini? Begitu bicara, dia langsung membuat orang terkejut!"Hei! Paman, apa kamu punya uang sebanyak itu?" tanya Charlotte dengan terkejut."Bung, biar kunasihati, kamu nggak usah berlagak keren kalau nggak punya uang. Nggak keren kalau kamu nanti dipermalukan," kata Hardy sambil mengamati Luther dari atas ke bawah dengan tatapan sinis. Meskipun dia sudah dikalahkan pria gemuk itu hingga tidak berani bicara, dia tetap saja meremehkan Luther. Mengapa pria udik berpakaian lusuh ini berani menantang orang kaya?"Huh! Kamu pasti bilang begitu demi jadi pusat perhatian. Kita lihat saja bagaimana nasibmu nanti!" ujar Tiana dengan ekspresi meremehkan. Dia tidak percaya orang seperti Luther bisa mengeluarkan uang 20 miliar.Pria gemuk itu tertegun sejenak, lalu melihat ke sekeliling