"Berhenti! Kalau kamu berani sembarangan, aku akan segera membunuh wanita ini," teriak seseorang dari belakang.Saat menoleh, Luther melihat sekelompok ahli dari Sekte Merpati dan Sekte Gauta keluar dari penginapan sambil menyandera Misandari. Sementara itu, Jennie sedang mengarahkan pisau ke leher Misandari dengan tatapan yang sangat kejam.Luther mengernyitkan alis dan niat membunuh di dirinya pun mulai membara. Dia akhirnya menyadari serangan mendadak dari Sekte Merpati dan Sekte Gauta ini pasti berhubungan dengan Jennie. Wanita ini benar-benar tidak tahu berterima kasih.Jika bukan karena Misandari turun tangan membantu, Jennie mungkin sudah mati saat dikepung oleh Aliansi Mola sebelumnya. Sekarang Jennie bukan hanya tidak tahu berterima kasih, malah berbalik mengkhianati mereka dan mengarahkan pisau ke leher Misandari. Memang pantas mati."Kenapa masih bengong di sana? Letakkan pedangmu!" kata Jennie sambil bersembunyi di belakang dengan hati-hati dan pisau di tangannya masih meng
"Hah?" Kedua tetua Sekte Gauta menelan ludah dan langsung merasa cemas. Mereka masih ingat dengan nasib kedua ahli Sekte Merpati sebelumnya, ini sama saja mencari mati jika sekarang menyerang Luther."Takut apa? Kita punya sandera, dia pasti tidak akan berani melawan," kata Alpha menyemangati.Kedua tetua dari Sekte Gauta pun melihat Misandari yang disandera, lalu melirik Luther yang tidak bergerak. Setelah ragu sejenak, pada akhirnya mereka memutuskan untuk maju.Dalam situasi seperti ini, keduanya sudah tidak memiliki pilihan lain lagi. Bukan hanya gagal merebut harta, nyawa mereka juga akan terancam jika tidak bisa mengalahkan Luther. Bagaimanapun juga, mereka harus mencoba. Selama mereka bisa menyegel delapan nadi utamanya, Luther menjadi tidak berdaya dan bukan ancaman bagi mereka lagi."Luther, nggak perlu mengkhawatirkanku, langsung bertindak saja," kata Misandari dengan tiba-tiba. Dia tentu saja tidak ingin Luther mengambil risiko untuk dirinya. Lagi pula, dia memiliki cara unt
Setelah serangan itu, Kiral berdiri dengan gagah dengan aura yang kuat dan berwibawa. Sementara itu, muncul sebuah lubang berbentuk telapak tangan sebesar tiga hingga empat puluh meter di depannya. Lubang itu penuh dengan potongan tubuh, daging yang berserakan, tidak ada satu pun mayat yang utuh. Inilah kekuatan dari serangannya.Bukan hanya membentuk lubang berbentuk telapak tangan di tanah, satu pukulan itu juga membuat banyak ahli yang langsung tewas dan hancur berkeping-keping. Meskipun sisanya masih selamat, mereka juga terpental beberapa meter dan jatuh terguling-guling.Namun, saat para ahli yang tersisa kembali bangkit, pemandangan yang mereka lihat membuat mereka tertegun. Terutama pemandangan mengenaskan di dalam lubang berbentuk lima jari itu membuat mereka merinding, keringat dingin bercucuran, dan tubuh gemetar ketakutan.Dari para tetua sampai penanggung jawab, sebagian besar ahli dari Sekte Merpati dan Sekte Gauta pun tewas dalam sekejap."Aku ... nggak salah lihat, 'kan
"Baik." Setelah merespons, Kiral menarik kembali auranya dan kembali ke belakang Misandari dengan patuh. Dengan tubuh yang membungkuk, menundukkan kepala, dan sikap yang patuh, dia kembali menjadi pelayan tua yang biasa.Jika tidak menyaksikannya sendiri, semua orang tidak berani percaya pria tua yang diam di hadapan mereka ini adalah seorang ahli tingkat grandmaster dengan kekuatan luar biasa."Terima kasih banyak, Nona Misandari!" Melihat ada harapan untuk hidup, ekspresi semua orang terlihat sangat gembira dan terus bersujud untuk berterima kasih."Jangan senang terlalu cepat dulu. Aku nggak membunuh kalian, tapi bukan berarti aku akan melepaskan kalian begitu saja. Kalian bisa terhindar dari hukuman mati, tapi tetap harus dihukum."Misandari berkata dengan nada dingin, "Kiral, segel nadi mereka dan ikat mereka, lalu serahkan mereka pada dewan militer untuk diadili.""Apa? Dewan militer?" Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik.Dewan militer adalah lembag
Jennie yang ditunjuk Luther langsung tertegun sejenak dan secara refleks bertanya, "Aku? Kenapa?"Tadi semuanya sudah dibicarakan dengan baik, mengapa tiba-tiba berubah pikiran?"Aku sangat benci orang yang nggak tahu berterima kasih, apa alasan ini cukup?" kata Luther dengan dingin. Dia selalu tidak suka dengan tindakan Jennie. Sebelumnya tindakan Jennie tidak memengaruhinya, sehingga dia tidak mengabaikannya.Namun, sekarang berbeda. Masalah hari ini tidak akan terjadi tanpa ikut campur Jennie. Jika tidak cukup kuat, Luther mungkin sudah terbunuh dan harta mereka dirampas. Oleh karena itu, dia tidak bisa memaafkan tindakan Jennie."Kak Luther, dengar penjelasanku. Hal ini nggak ada hubungannya denganku, aku juga dipaksa," kata Jennie yang panik dan menunjukkan ekspresi yang kasihan."Nggak ada hubungannya denganmu? Dipaksa? Yang tahu kami punya harta hanya beberapa orang saja. Kalau bukan kamu, siapa lagi? Siapa yang bisa menghubungi Sekte Merpati dan Sekte Gauta?" tanya Luther."Buk
Tok tok tok.Saat Luther baru saja bangun keesokan paginya, dia mendengar ketukan di pintu. Begitu membuka pintunya, dia melihat Misandari sedang berdiri di luar dengan sarapan di tangannya. Ada susu kedelai, bakpao, cakwe, telur herbal, dan yang lainnya."Makan sedikit dulu, ada yang ingin aku bicarakan," kata Misandari sambil tersenyum, lalu meletakkan sarapan di meja dan duduk di kursi."Terima kasih," kata Luther tanpa sungkan. Setelah duduk di samping, dia mulai makan dengan lahap. Ini adalah makanan yang sederhana, tetapi rasanya sangat enak."Kalau ada masalah, katakan saja. Aku mendengarkan," kata Luther sambil memakan cakwe."Pagi ini aku menerima beberapa berita dan intinya ada tiga hal penting."Misandari berdiri dan membuat dua cangkir teh untuk dirinya dan Luther, lalu melanjutkan, "Hal pertama, belakangan ini sering ada fenomena aneh di Gunung Narima dan orang-orangku curiga itu karena sumber energi naga.""Oh?"Luther mengernyitkan alis dan berkata setelah merenungkannya
"Kapan kita berangkat?" tanya Luther."Aku akan mengatur dua orang untuk mengantarmu ke Gunung Narima dulu untuk menyelidiki situasinya. Aku harus kembali ke Midyar dulu untuk mengurus mutiara spiritual ini dan menyelesaikan beberapa urusan pribadi. Tapi, tenang saja, aku pasti akan tiba di Gunung Narima dan berkumpul bersamamu sebelum turnamen bela diri dimulai," kata Misandari."Baiklah, kita tetapkan begitu saja," kata Luther sambil menganggukkan kepala untuk menyetujuinya. Dia sudah lama ingin mengunjungi Gunung Narima, tetapi belum pernah ada kesempatan. Dengan adanya turnamen bela diri ini, dia bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk berjalan-jalan di sana."Raine, Baize." Pada saat itu, Misandari memanggil seseorang ke arah pintu.Tak lama kemudian, dua pengawal wanita yang mengenakan pakaian tempur dan terlihat anggun masuk ke dalam ruangan.Setelah mengamati dengan saksama, Luther menyadari kedua wanita itu kembar. Mereka berusia sekitar dua puluh tahun, cantik, bertubuh tinggi
Kemuncul pemuda cantik itu membuat mata Raine dan Baize bersinar. Meskipun mereka sudah menjalani pelatihan profesional dan tidak mudah tergoda, mereka mengakui pria di depan mereka ini terlalu canting. Saking cantiknya sampai mereka yang sebagai wanita pun merasa minder. Jika pemuda itu terlahir sebagai wanita, pasti akan masuk ke peringat atas di Peringkat Bidadari."Siapa kamu?" tanya Luther dengan dingin setelah mengamati pemuda itu dari atas ke bawah. Gunung Narima berbeda dengan tempat lain karena di sana banyak tokoh hebat yang bersembunyi. Terutama orang-orang yang tidak jelas asal-usulnya, sehingga mereka harus waspada."Namaku Ozias, berasal dari Solari. Aku dengar kali ini Gunung Narima akan mengadakan turnamen bela diri, jadi aku sengaja datang untuk menyaksikannya," jawab pemuda cantik yang bernama Ozias itu sambil memberi hormat dan tersenyum dengan sangat memikat.Baik itu pria ataupun wanita, sebagian besar para pengunjung yang sedang makan di sekitar mereka pun menatap
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un