"Huston, sepertinya kamu belajar banyak selama ini. Kamu benar, kita memang nggak boleh bertindak gegabah, setidaknya harus tahu situasi di dalam. Mereka punya banyak ahli bela diri, jadi mata-mata kita nggak mungkin bisa masuk. Aku memutuskan untuk masuk sendiri," ujar Luther yang tersenyum."Apa nggak terlalu berbahaya, Kak? Kamu calon Raja Atlandia, nggak seharusnya mempertaruhkan nyawa seperti ini. Biar aku saja. Lagian, aku sudah mencapai tingkat master. Aku bisa kabur kalau bertemu bahaya," ucap Huston dengan cemas."Nggak boleh!" Luther menolak. "Kemampuanmu memang lumayan, tapi masih kurang kalau harus menghadapi ahli bela diri Paviliun Lingga. Kalau ketahuan oleh Yusuf, kamu nggak bakal bisa kabur.""Tapi ...." Huston masih ingin bicara, tetapi Luther sudah mengangkat tangan dan menyela, "Jangan membantah lagi. Aku yang membuat keputusan di sini. Kamu cukup menunggu kabarku di sini."Usai berbicara, Luther membawa mata-mata itu keluar. Huston memang merasa cemas, tetapi tidak
"Kenapa?" Prajurit yang satu lagi menatap dengan heran, tidak tahu apa yang terjadi."Aku sepertinya merasakan pergerakan seseorang tadi, mungkin ada yang menerobos masuk," jelas prajurit itu sambil memandang ke sekeliling, tetapi tidak menemukan apa pun."Seharusnya kamu salah dengar. Penjagaan markas ini sangat ketat. Penjaga di luar saja tak terhitung jumlahnya. Jadi, nggak bakal ada yang bisa menerobos masuk," sahut prajurit yang satu lagi.Penjagaan di luar memang sangat ketat, bahkan ada yang berpatroli 24 jam. Markas ini didirikan di hutan belantara, siapa pula yang bisa menemukannya?"Sebaiknya berhati-hati. Aku akan memeriksa sekeliling dulu." Prajurit itu tidak melonggarkan kewaspadaannya. Dia mulai memeriksa dengan hati-hati. Namun, dia tidak menemukan petunjuk apa pun."Aneh, apa aku salah dengar tadi?" gumam prajurit itu. Kemudian, dia kembali ke posnya. Dia tidak akan tahu bahwa tindakannya ini diawasi oleh Luther dari atap."Paviliun Lingga memang punya banyak ahli bela
Di luar dugaan, terlihat sebuah sosok berdiri di luar sana! Sosok itu tidak lain adalah Gerald!"Buset!" Jayden sontak terperanjat dan sekujur tubuhnya merinding. Dia tidak menduga Gerald bisa menemukannya di markas rahasia ini."Jenderal, kenapa? Apa tenagaku terlalu besar?" tanya pelayan itu dengan panik."Nggak apa-apa. Aku ingin istirahat, kamu sudah boleh keluar," sahut Jayden sambil melambaikan tangan dan berpura-pura tenang."Baik." Pelayan itu tidak berani membantah sehingga langsung mundur.Setelah hanya tersisa Jayden di dalam ruangan, Luther berkelebat masuk dan duduk di depan Jayden."Gerald, kenapa kamu di sini?" tanya Jayden dengan terkejut."Aku tentu cemas karena nggak mendapat sinyal apa pun. Aku terus mencari dan akhirnya ketemu. Ternyata kamu baik-baik saja, bahkan terlihat sangat menikmati hidupmu di sini," sahut Luther yang tersenyum."Semua ini diatur oleh Yusuf. Dia mungkin ingin membuatku merasa nyaman di sini. Tapi, aku punya banyak pengalaman. Mana mungkin aku
Setelah berdiskusi dengan Jayden, Luther segera meninggalkan markas rahasia Paviliun Lingga. Tempat ini terlalu berbahaya. Jika bukan karena ingin memastikan keadaan Jayden, Luther tidak mungkin mempertaruhkan nyawanya seperti ini.Untungnya, tidak ada yang mengetahui gerak-gerik Luther. Namun, tidak lama setelah Luther pergi, Jayden menghubungi ruang komando dengan menggunakan telepon di atas meja.Lima menit kemudian, Yusuf membawa beberapa pengawalnya memasuki kediaman Jayden. Yusuf bertanya, "Jenderal, kudengar kamu mencariku?""Benar. Ada orang Atlandia yang menyelinap masuk ke markas kalian tadi," sahut Jayden secara terus terang."Serius?" Yusuf tampak terkejut dan memandang ke sekeliling."Tentu saja. Dia berdiri di hadapanku tadi," balas Jayden dengan ekspresi serius."Siapa dia? Kenapa dia mencarimu?" tanya Yusuf."Dia Pangeran Atlandia, Gerald. Dia memintaku bekerja sama untuk melawanmu," jelas Jayden."Gerald? Wajar kalau orang-orangku nggak menyadari pergerakannya." Yusuf
"Target muncul, bersiap-siap untuk beraksi!" Begitu melihat musuh, Huston mengumpulkan semangatnya. Dia perlahan-lahan menghunuskan pedangnya."Jangan terburu-buru. Tunggu mereka masuk area pengepungan," ujar Luther sambil menepuk bahu Huston.Luther menyiapkan 2 formasi di jarak 100 meter. Asalkan anggota Paviliun Lingga masuk, mereka semua akan terkepung.Yang pertama adalah Formasi Labirin. Jangkauannya sangat luas. Begitu terperangkap, orang-orang akan kehilangan arah dan merasa pusing.Yang kedua adalah Formasi Delapan Diagram. Formasi ini memiliki 2 mode, yaitu menyerang atau bertahan. Yang diaktifkan Luther adalah mode menyerang, jadi dia mengatur 8 ahli bela diri untuk berjaga di masing-masing sisi.Kedelapan ahli bela diri itu bisa berubah menjadi sosok tak kasatmata. Siapa pun yang memasuki formasi itu akan diserang habis-habisan, kecuali mereka bisa menemukan inti formasi.Selain kedua formasi itu, Luther juga mengatur orang untuk menanam bom dalam jumlah besar di sekitar sa
Dengan kata lain, mereka terjebak dalam kabut ini dan tidak akan bisa keluar. Pria berpakaian abu tiba-tiba terpikir akan sesuatu dan berkata, "Aku tahu, ini Formasi Labirin! Siapa pun yang masuk akan merasa pusing dan nggak bisa membedakan arah!""Seiring berjalannya waktu, kekuatan kita akan melemah! Kalau terus terjebak di dalam sini, kita bahkan bisa mati!""Formasi Labirin? Aku nggak nyangka formasi yang sudah lama hilang ini akan dikuasai seseorang. Sepertinya, yang mengaktifkan formasi ini bukan orang sembarangan!" sahut pemimpin berpakaian merah dengan ekspresi serius."Tetua Jabu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya pria berpakaian hitam kepada pemimpin itu."Tentu saja cari kesempatan untuk menghancurkan formasi ini. Kalau nggak, kita hanya akan mati di sini," sahut Jabu sambil memicingkan mata dan memandang ke sekeliling.Sebagai tetua Paviliun Lingga, Jabu bukan hanya sudah mencapai tingkat master, tetapi dia punya kemampuan khusus, yaitu teknik netra.Teknik netra
Di bawah komando Luther, Formasi Delapan Diagram segera diaktifkan. Setelah itu, terlihat tulisan langit, air, gunung, guntur, angin, api, bumi, dan rawa dari delapan arah yang memancarkan cahaya putih di tepi Formasi Labirin.Cahaya putih itu pun memelesat ke langit dan akhirnya berkumpul, lalu muncul sebuah tirai cahaya raksasa yang menyelimuti seluruh Formasi Labirin. Tirai cahaya itu semi-transparan, sehingga dari luar terlihat seperti sebuah kulit telur raksasa.Saat ini, para anggota Paviliun Lingga yang sedang berlari di dalam formasi tiba-tiba merasakan getaran di bawah kaki mereka. Tanah yang awalnya keras langsung melunak dan terasa menarik mereka dengan kuat setiap kali mereka melangkah, seolah-olah tersedot ke dalam lumpur hidup."Apa yang terjadi? Kenapa permukaan tanahnya menjadi seperti ini?" Perubahan yang mendadak itu membuat para anggota Paviliun Lingga itu menjadi panik. Kemampuan mereka memang luar biasa, tetapi mereka belum pernah mengalami situasi seperti ini. Ke
Swish!Sinyal suar yang berwarna merah itu langsung memelesat ke langit dengan asap api yang panjang. Namun, baru setengah jalan, pelindung semi-transparan dari Formasi Delapan Diagram itu tiba-tiba bersinar sebentar dan langsung menghentikan sinyal suar itu.Bang!Terdengar suara ledakan saat sinyal suar itu meledak. Cahaya api dari ledakan itu langsung diserap oleh pelindung semi-transparan itu tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Bahkan Jabu dan yang lainnya yang terjebak di dalam formasi pun hanya bisa melihat kilatan cahaya merah yang melintas saja, lalu tidak ada gerakan lainnya lagi."Bahkan sinyalnya pun nggak bisa dikirim. Sepertinya formasi ini ingin mengurung kita sepenuhnya," kata Jabu sambil mengernyitkan alis. Jika dia tidak bisa langsung melihat kelemahan dari formasi ini dengan teknik netra, berarti formasi aneh ini jauh lebih hebat daripada Formasi Labirin. Terlebih lagi, efeknya menjadi makin kuat berkali-kali lipat karena kedua formasi itu digabungkan."Gawat! Musuh