"Apa katamu?" Ekspresi Luther berubah. Dia bertanya dengan murung, "Walter jauh di Atlandia. Pasukannya sangat banyak, bahkan ada banyak ahli bela diri yang melindunginya. Gimana kalian bisa melawannya?"Meskipun Paviliun Lingga hebat, kediaman Raja Atlandia juga tidak lemah. Jika tidak, mana mungkin Paviliun Lingga diam sejak dulu? Mereka jelas-jelas takut pada kekuasaan Raja Atlandia.Dengan kata lain, selama Walter masih hidup, kediaman Raja Atlandia tidak akan jatuh dan Paviliun Lingga juga tidak akan berani mengambil tindakan. Namun, dari ucapan Anderson, sepertinya situasi sudah berubah."Pangeran, sekarang berbeda dengan dulu." Anderson tetap tersenyum. "Paviliun Lingga menyusun rencana selama 10 tahun demi menyingkirkan Raja Atlandia. Menurut perhitungan waktu, hari itu seharusnya akan segera tiba.""Apa yang ingin kalian lakukan?" bentak Luther."Kamu nggak perlu cemas. Yang jelas, kamu nggak bakal selamat hari ini," sahut Anderson dengan ekspresi yang tetap terlihat tenang."
Ketika pendekar pedang berpakaian putih itu menuju ke tujuannya, sebilah pedang putih sontak memelesat dari tanah dan menghalangi jalannya, seolah-olah sedang menyatakan perang."Siapa yang berani menghalangi jalanku?" tanya pendekar pedang itu dengan dingin."Aku sudah lama mendengar tentang kehebatanmu. Aku datang untuk meminta ajaranmu." Tampak seorang pemuda tampan yang bertelanjang dada terbang ke udara dan berdiri di depan pedang putih itu."Siapa kamu?" tanya Azka sambil mengamati dari atas hingga bawah."Aku Hasta dari Sekte Pedang. Aku datang jauh-jauh hanya untuk berduel denganmu," timpal Hasta sambil menangkupkan tangan tanpa merendahkan diri sedikit pun."Hasta dari Sekte Pedang?" Azka memicingkan matanya sedikit, merasa cukup terkejut. "Aku pernah mendengar ada genius di Sekte Pedang. Ternyata, rumor itu benar. Kamu masih begitu muda, tapi sudah mencapai tingkat grandmaster? Sepertinya, Gerald kalah darimu.""Pujianmu berlebihan." Ekspresi Hasta tampak datar seperti sebelu
Di sisi lain, puluhan kilometer dari Gunung Talaka, Yogi dan pasukannya tampak terburu-buru. Karena kejadian ini terlalu mendadak, pasukan yang dibawanya tidak terlalu banyak, totalnya hanya 500 orang.Namun, semuanya adalah pengawal pribadi Yogi yang memiliki kekuatan tempur luar biasa, juga terdapat ahli bela diri yang lumayan banyak. Bisa dibilang, pasukan ini tidak kalah jika dibandingkan dengan ratusan ribu pasukan biasa."Cepat sedikit! Kita harus segera tiba di Biara Isikala!" desak Yogi yang berada di mobil. Ekspresinya dipenuhi kepanikan.Sikap Yogi yang seperti ini membuat kedua petugas wanita di dalam mobil agak terkejut. Asal tahu, Yogi adalah orang yang terkenal akan ketenangannya. Tidak peduli terjadi masalah apa, dia tidak pernah terlihat panik. Apa yang terjadi hari ini? Kenapa Yogi sepanik ini?"Gimana dengan Hani? Ada kabar apa?" tanya Yogi tiba-tiba."Nona Hani mendadak ditugaskan oleh tetua, jadi nggak bisa dihubungi. Kami sudah meninggalkan pesan. Dia pasti akan se
Lima ratus prajurit elite itu langsung melompat turun dari mobil dan menyerbu ke depan. Saat ini, gerbong truk dibuka dari samping dan terlihat sekelompok orang turun. Semuanya bertopeng dan berpakaian hitam, juga memegang senjata. Dari aura yang dipancarkan, jelas semuanya adalah ahli bela diri."Maju!" Pria bertopeng di atas truk memberi instruksi. Saat berikutnya, sekelompok orang itu maju tanpa ragu sedikit pun.Dengan demikian, pertarungan sengit dimulai. Pasukan Yogi lebih banyak dan terlatih sehingga memperlihatkan kekuatan yang luar biasa. Kekuatan tempur pihak lawan juga tidak kalah. Mereka bukan hanya kompak, tetapi juga kejam. Kekuatan kedua belah pihak hampir setara."Dewan militer?" Setelah mengamati dengan saksama, Yogi mendapati ada yang aneh. Jelas, para pembunuh bertopeng ini adalah ahli bela diri yang dipilih dengan cermat. Jika hanya pesilat biasa, mereka tidak mungkin sekompak ini. Hanya pesilat yang telah menjalani pelatihan resmi yang bisa mencapai level seperti i
Saat ini, di bawah Gunung Talaka, teriakan histeris terdengar di mana-mana. Luther menjatuhkan lawan-lawannya dengan kekuatan tak terbendung. Hanya dengan satu tebasan pedang, dia bisa menjatuhkan belasan orang.Akan tetapi, tidak peduli sekuat apa pun Luther, jumlah pasukan di sekitar masih tidak berkurang, melainkan menjadi makin banyak.Meskipun para prajurit itu hanya berdiri diam di tempat, Luther setidaknya membutuhkan 3 hari 3 malam untuk menghabisi mereka semua. Apalagi, mereka adalah prajurit elite yang memiliki pertahanan kuat.Sekuat apa pun Luther, dia tidak mungkin membantai semuanya sendirian. Dia adalah manusia dan bukan robot yang tidak kenal lelah. Setiap tebasan yang dikerahkan pasti akan menguras energinya.Tidak masalah jika dalam waktu singkat. Namun, seiring berjalannya waktu, kekuatan Luther akan melemah hingga akhirnya dia mati kelelahan."Huh! Mari kita lihat, sampai kapan kamu bisa bertahan?" cela Roman yang berdiri di kejauhan untuk menyaksikan semuanya. Lagi
Buk, buk, buk .... Tidak lama setelah beberapa pesilat wanita itu jatuh, pesilat lainnya juga tidak sadarkan diri. Keanehan ini terus terjadi hingga akhirnya situasi menjadi agak di luar kendali.Sejumlah besar pasukan menunjukkan gejala keracunan yang sama. Kabut putih itu seperti angin kencang yang menyapu dedaunan. Hanya dalam beberapa menit, hampir setengah pasukan jatuh pingsan."Apa yang terjadi? Kenapa mereka semua terjatuh?" Kedelapan komandan itu menyadari ada yang tidak beres. Ekspresi mereka dipenuhi keterkejutan."Ada racun! Kabut beracun! Hati-hati!" Seorang prajurit berteriak, tetapi sayangnya semua sudah terlambat. Ada makin banyak prajurit yang kehilangan kesadaran diri. Jika situasi seperti ini terus berlanjut, pasukan mereka akan habis."Cepat makan Pil Penawar Racun!" seru kedelapan komandan itu. Tim medis selalu menyediakan beberapa macam obat yang bisa menetralisasi racun. Akan tetapi, obat itu tidak akan cukup untuk pasukan sebanyak ini. Hanya saja, ini lebih baik
Charlotte menunggangi seekor elang raksasa hitam dan berputar-putar di udara. Sepasang mata yang tajam dan dingin itu menatap semua orang yang berada di bawah.Karena Anderson berhasil menyingkirkan kabut beracun, hanya setengah pasukan yang tumbang. Tentunya, Charlotte bisa menjatuhkan sisanya dengan mudah. Sekte Sihir tidak pernah takut pada kesenjangan jumlah saat bertarung."Charlotte?" Luther cukup terkejut melihat gadis itu. Dia tidak menyangka Charlotte akan menjadi orang pertama yang datang untuk membantunya."Paman, kamu baik-baik saja?" tanya Charlotte dari udara."Nggak apa-apa, aku masih bisa bertahan kok," sahut Luther sambil tersenyum. Dia mengeluarkan pil dan memasukkan ke mulutnya.Energi Luther terkuras cukup banyak karena pertarungan tadi. Baik itu energi sejati atau kekuatan fisiknya, semua perlu diisi ulang. Untungnya, Luther selalu membawa berbagai pil sehingga dia bisa menutupi kekurangan ini."Gadis Kecil, siapa kamu? Berani sekali kamu ikut campur urusan kami!"
Bola hitam yang dilempar oleh Charlotte jauh lebih berbahaya daripada kabut putih sebelumnya. Kabut putih termasuk racun kronis. Setelah terkena racun itu, orang akan menjadi lemas dan jatuh pingsan. Jika mendapat pertolongan tepat waktu, nyawa orang itu masih bisa diselamatkan.Namun, hal ini berbeda untuk kabut hitam. Sifat korosif yang kuat bisa membuat manusia berubah menjadi mayat dalam hitungan detik. Mereka akan berakhir mengenaskan."Dasar siluman!" Roman menatap Charlotte sambil menggertakkan giginya dengan penuh kebencian. Hanya dengan satu bola racun, wanita ini berhasil membunuh ratusan prajurit elitenya. Hasil seperti ini benar-benar mengerikan. Jika Charlotte melemparkan beberapa bola beracun lagi, bukankah 99% pasukan ini akan mati?"Gimana? Sekarang sudah tahu kehebatanku, 'kan?" Charlotte yang menunggang elang berteriak dengan arogan, "Kalau tahu diri, segera tinggalkan tempat ini. Kalau nggak, aku akan melempar bola beracun lagi. Kujamin kalian semua akan mati di sini