"Apa katamu?" Ejekan Gretel dan Julia sontak membuat Sabian naik pitam.Ketika melihat situasi memburuk, kedua pria di samping Sabian segera menahannya dan membujuk, "Kak, mereka dari keluarga kaya. Kita nggak boleh sembarangan. Bersabarlah.""Benar. Kalau terjadi sesuatu pada mereka di sini, keluarga kita yang akan terkena masalah."Setelah mendengarnya, Sabian menarik napas dalam-dalam dan memilih untuk menenangkan diri. Sementara itu, Julia menyunggingkan bibirnya dan memprovokasi, "Tuan Sabian, jangan emosional begitu. Nanti kamu jatuh sakit lho."Julia datang dengan persiapan hari ini sehingga tidak akan takut pada Keluarga Chuwardi. Sabian pun bertanya dengan kesal, "Apa tujuan kalian kemari? Putriku sudah meninggal. Kalian hanya datang untuk mentertawakannya?""Hei, hei, jangan bicara sembarangan. Kami menganggap Berry sebagai saudara. Kami tentu sedih kalau dia meninggal," sahut Julia yang berpura-pura bersimpati."Benar. Kami mendengar tentang kabar duka ini, makanya segera ke
Semua anggota Keluarga Chuwardi sibuk berbisik. Mereka merasa khawatir. Keluarga Chuwardi hanya keluarga kelas dua, bagaimana mungkin melawan Keluarga Luandi yang begitu berkuasa? Bahkan, tidak berlebihan untuk mengatakan Keluarga Luandi bisa melenyapkan Keluarga Chuwardi dalam semalam!"Apa sebenarnya tujuan kalian?" tanya Sabian dengan ekspresi masam. Meskipun tidak ingin mengakuinya, Keluarga Chuwardi memang masih belum terlepas dari bahaya. Mereka belum memenuhi janji mereka kepada Daniel. Kematian Berry tidak akan memengaruhi apa pun."Jangan panik begini. Kami datang untuk membantu kalian melewati krisis ini," balas Julia sembari tersenyum."Benar. Kami punya hubungan dekat dengan Keluarga Luandi. Asalkan kami memohon, Keluarga Chuwardi pasti akan terbebas dari bahaya ini," tambah Gretel. Dengan hubungannya dengan Ariana, mudah saja baginya untuk membantu Keluarga Chuwardi."Kita nggak punya hubungan apa-apa. Kenapa kalian tiba-tiba ingin membantu kami?" tanya Sabian dengan suara
"Luther? Kenapa kamu bisa di sini?" Julia tak kuasa mengernyit saat melihat Luther. Ekspresinya seketika menjadi dingin. Hubungan keduanya benar-benar sudah hancur sekarang."Luther, kenapa kamu selalu muncul di mana pun? Dasar pembawa sial!" maki Gretel dengan wajah yang dipenuhi kekesalan. Sebelumnya di Perusahaan Farmasi Chuwardi, dia bukan hanya tidak mendapatkan keuntungan, tetapi juga diberi pelajaran oleh Luther. Hal ini membuat kebenciannya terhadap Luther telah merasuki jiwanya."Kalau kalian datang untuk formula Salep Halimun, kusarankan kalian untuk menyerah," ujar Luther dengan dingin."Huh! Apa urusannya denganmu? Sebaiknya kamu pikirkan keselamatanmu sendiri." Ekspresi Julia tampak masam."Benar. Keselamatanmu saja sudah nggak terjamin, tapi masih ikut campur urusan orang. Kamu mau cepat mati, ya?" tanya Gretel yang memelotot.Mereka tahu bahwa kematian Berry berkaitan dengan Daniel sehingga sengaja datang kemari untuk mengambil keuntungan. Adapun Luther, pria ini pasti a
Begitu mendengar permintaan anggota Keluarga Chuwardi, ekspresi Julia membaik. Dia berkata dengan tidak acuh, "Aku bisa menuruti permintaan kalian, bahkan membantu kalian melewati krisis ini. Tapi, syaratnya masih sama, yaitu menyerahkan formula Salep Halimun.""Nggak masalah, kami akan menyerahkannya," sahut Alfon sambil mengangguk. Kehidupan mereka cukup baik sekarang. Mereka tidak perlu mempertaruhkan nyawa demi sebuah formula."Tuan Sabian, apa pendapatmu?" tanya Julia yang mengalihkan pandangannya kepada Sabian. Sabian pun menggertakkan giginya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya mengangguk. Keluarga Ghanim dan Keluarga Fabiano datang dengan persiapan sehingga Keluarga Chuwardi tidak punya pilihan lain. Sabian pun tidak menyangka dirinya akan mengalami kejadian seperti ini."Bagus, orang bijaksana memang pintar menilai situasi. Kalian membuat keputusan tepat," ujar Julia sambil tersenyum puas."Kenapa diam saja? Cepat serahkan formula itu kepada kami," desak Gretel."Ya, ya .
"Kamu menyebut mereka sebagai petarung hebat? Entah dari mana datangnya kepercayaan diri seperti itu," ejek Luther sambil melirik orang-orang itu dengan dingin."Kurang ajar!" Para petarung itu sontak murka. Berani sekali pemuda seperti Luther meremehkan mereka. Benar-benar cari mati."Huh! Dasar nggak tahu diri!" Gretel mendengus, lalu memerintahkan, "Seret dia keluar dari tempat ini!""Baik!" Saat berikutnya, para petarung itu mengeluarkan pisau dan menerjang ke arah Luther."Enyahlah kalian semua!" Luther berjinjit, lalu menyerbu ke arah mereka. Seketika, energi sejati yang dahsyat memancar keluar.Belasan petarung itu sontak terhempas bak ditabrak mobil. Tubuh mereka terhantam kuat di aula leluhur. Semuanya memuntahkan darah dan berteriak kesakitan.Melihat situasi ini, orang-orang tercengang. Tidak ada yang menduga bahwa Luther ternyata sehebat ini. Hanya dengan satu serangan, dia berhasil menjatuhkan belasan petarung hebat. Benar-benar berlebihan."Gi ... gimana mungkin?" Julia d
"Luther! Kamu benar-benar cari mati!" Julia mengancam dengan ekspresi galak, "Kuperintahkan kamu untuk segera berlutut dan meminta maaf. Kalau nggak, aku akan menelepon Daniel dan menyuruhnya datang untuk memberimu pelajaran!"Begitu ancaman ini dilontarkan, seluruh Keluarga Chuwardi sungguh panik. Mereka sibuk berbicara."Luther, kamu dalam masalah besar! Mereka berasal dari keluarga kaya. Tindakanmu ini sama saja dengan membangunkan harimau yang tidur lelap!""Kenapa diam saja? Cepat berlutut dan minta maaf! Kalau sampai Daniel datang, kamu bakal mati tragis dibuatnya!""Nggak masalah kalau kamu saja yang mati, tapi jangan melibatkan kami. Keluarga Chuwardi celaka gara-gara kamu!"Julia dan Gretel merasa bangga melihat para anggota Keluarga Chuwardi yang panik. Memangnya kenapa kalau Luther pintar bertarung? Dia tidak mungkin menang dari pasukan Keluarga Luandi. Begitu Daniel datang, Luther hanya akan binasa meskipun memiliki kemampuan."Gimana? Sudah takut, 'kan? Cepat berlutut!" be
"Kamu benar-benar nggak tertolong lagi kali ini. Membunuh anak angkat Raja Ernest berarti menantang Keluarga Luandi. Kamu nggak bakal mendapatkan tempat lagi di Negara Drago ini!" seru Gretel.Selama ini, Gretel selalu menganggap Keluarga Luandi sebagai penyokongnya. Makanya, dia selalu menyanjung Ariana, Daniel, dan lainnya.Gretel mengira dirinya bisa merajalela dengan sokongan ini. Tanpa diduga, Luther malah membunuh penyokongnya. Pria ini bukan lagi sekadar berani, melainkan sakit jiwa."Da ... Daniel benar-benar mati? Luther, apa kamu sadar dengan yang kamu lakukan? Kami benar-benar celaka karenamu kali ini!" Setelah termangu sesaat, seluruh anggota Keluarga Chuwardi pun meratap. Masalah ini pasti akan menimbulkan keributan besar. Apabila Keluarga Luandi mengusut masalah ini, Keluarga Chuwardi hanya akan binasa."Aku yang membunuh Daniel, bukan kalian. Aku bisa menanggung semuanya sendirian," ujar Luther dengan tidak acuh."Memangnya kamu sanggup?" Alfon berteriak dengan gusar, "K
Luther melanjutkan dengan ekspresi datar, "Aku akan mengerahkan seluruh koneksiku untuk membuat Keluarga Ghanim dan Keluarga Fabiano bangkrut.""Bangkrut? Haha! Konyol sekali!" Julia sontak tertawa dan berkata, " Luther, kamu kira siapa kamu? Kamu cuma dokter kampungan. Dari mana kemampuanmu untuk melawan kami?""Ya. Kamu saja sudah kesulitan menjamin keselamatan sendiri, tapi masih mengancam kami? Asal kamu tahu, aku sudah mengabari Keluarga Luandi barusan. Begitu mereka sampai, kamu nggak akan bisa lolos!" seru Gretel. Di mata mereka, Luther sudah pasti akan mati hari ini."Aku sudah memberi kalian kesempatan, tapi kalian nggak menghargainya. Kalau begitu, rasakan akibatnya sendiri." Selesai berbicara, Luther mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan. Dia bertekad untuk mengerahkan seluruh koneksinya di Midyar untuk menjatuhkan Keluarga Ghanim dan Keluarga Fabiano."Sok hebat!" Julia mendengus dan mengejek, "Kamu kira kami bakal takut dengan cara ini? Konyol sekali. Aku sudah mengala