Saat ini, sekelompok kerabat yang mengenakan pakaian duka mulai berteriak marah dan menangis hingga membuat kekacauan besar yang menarik perhatian banyak orang di sekitar. Beberapa orang yang tidak memahami situasinya pun mulaii mencaci maki. Ada yang orang yang bahkan mengeluarkan ponsel untuk mulai merekam kejadian itu dan mengunggahnya ke internet. Dalam sekejap, suasana di tempat itu menjadi riuh.Berry mengernyitkan alis dan ekspresinya terlihat muram. Dia memang tahu hari ini akan ada orang yang membuat kekacauan, tetapi dia tidak menyangka akan begitu merepotkan. Dia merasa agak kewalahan karena tidak bisa memukul dan memarahi orang itu, bahkan menjelaskan hal itu pada orang itu juga tidak berguna.Pada saat itu, Julia tiba-tiba berkata dengan nada sinis, "Berry, aku pikir Salep Halimun adalah obat ajaib, ternyata hanya racun yang mencelakai orang. Keluarga Chuwardi adalah keluarga terhormat, tapi nggak nyangka kalian malah melakukan hal yang mencelakai orang seperti ini demi me
"Huh! Berani menantang kami? Cari mati saja!" Melihat Berry yang kebingungan, Julia tidak bisa menahan tawa dinginnya.Dunia bisnis sama seperti medan perang, Keluarga Ghanim sudah terbiasa melakukan trik kotor seperti ini. Sebelumnya, para keluarga kecil ataupun menengah yang tidak menghormati dan menolak untuk tunduk pada Keluarga Ghanim akan selalu berakhir hancur. Sepertinya, Keluarga Chuwardi juga akan berakhir seperti itu.Melihat putrinya sudah kebingungan, Sabian akhirnya maju dan berkata dengan tegas, "Fitnah! Semua itu hanya fitnah! Aku bersedia menggunakan reputasi Keluarga Chuwardi sebagai jaminannya. Salep Halimun yang kami kembangkan ini sudah sesuai dengan semua peraturan dan nggak ada masalah apa pun. Kejadian hari ini murni adalah jebakan seseorang yang sengaja memfitnah kami!""Omong kosong! Sekarang buktinya sudah jelas, ayahku benar-benar dibunuh oleh kalian!" teriak pria paruh baya itu.Salah seorang wanita di belakang pria itu juga menyesuaikan aktingnya dengan pr
Luther berkata dengan tenang, "Orang dari Kementerian Kesehatan nggak punya surat perintah penangkapan, atas dasar apa kalian menangkap orang?""Benar sekali! Kalian boleh menghentikan pengedaran obat-obatan, tapi nggak berhak menangkap orang!" kata Sabian yang segera menanggapi perkataan Luther.Setiap departemen memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Kementerian Kesehatan memang bertanggung jawab tentang hal medis, tetapi mereka tidak berhak untuk menangkap dan menginterogasi seseorang."Kalian sudah melanggar hukum, jadi kami sebagai pejabat pemerintahan tentu saja bertanggung jawab menangani kalian," kata pria botak itu dengan tegas."Nggak perlu berlagak hebat. Kalaupun kami melanggar hukum, kalian tetap saja nggak berhak menangkap kami, apalagi kita nggak melanggar hukum," kata Luther dengan ekspresi yang tetap tenang.Mata pria botak itu memelotot. Merasa otoritasnya ditantang, dia marah karena malu dan berkata, "Lancang! Anak muda, kuperingatkan kamu, jangan halangi kami men
Pada saat itu, Dilan terkejut dan menjadi sangat panik. Dia tidak menyangka masalah ini malah berhubungan dengan Keluarga Oktavius yang merupakan keluarga tingkat kedua di antara delapan keluarga kaya dan hanya kalah dengan Keluarga Lambert. Terutama dalam bidang medis, keluarga ini adalah pemimpinnya. Bahkan kepala Kementerian Kesehatan pun didukung oleh keluarga ini. Dia ini hanya direktur kecil, bagaimana mungkin dia berani menyinggung keluarga ini?Dilan gemetar dan berkata dengan ketakutan, "Tuan ... Hemdar, hal ini pasti hanya salah paham. Keluarga Oktavius adalah teladan dalam bidang ini dan punya reputasi yang baik, nggak akan melanggar hukum.""Benarkah? Jadi, apa yang terjadi dengan Salep Halimun? Bukankah tadi kamu mau menangkap orang?" tanya Hemdar dengan nada dingin.Dilan ketakutan hingga terus mengayunkan tangannya. "Nggak ... hanya salah paham! Orang dari Kementerian Kesehatan hanya bertanggung jawab dalam urusan medis, nggak punya hak untuk menangkap orang. Aku tentu s
Julia berteriak dengan ekspresi yang kesal, "Buktinya sudah jelas, apa yang masih perlu kamu selidiki? Aku perintahkan kamu, segera tangkap mereka. Kalau nggak, aku akan melanggar hukum demi keuntungan pribadi!""Eh?" Dilan mengernyitkan alis dan ekspresinya menjadi buruk."Pak Dilan, lihatlah sekelilingmu. Banyak orang yang sedang menatapmu dan juga ada banyak wartawan di sini. Kamu benar-benar ingin melindungi orang-orang ini?" kata Yudas dengan nada yang tajam."Ini ...." Ekspresi Dilan terlihat ragu dan merasa sangat kesulitan. Dia tidak berani menyinggung Keluarga Oktavius, tetapi kekuatan opini publik sangat menakutkan. Jika berita ini dikabarkan dengan berlebihan, saat itu semuanya akan menjadi sangat merepotkan."Yudas, sebaiknya perhatikan kata-katamu. Hati-hati aku akan menuntutmu sudah memfitnah," kata Hemdar dengan tenang."Tuan Hemdar, ini adalah urusan kami dengan Keluarga Chuwardi, aku harap kamu jangan ikut campur," kata Yudas."Keluarga Oktavius dan Keluarga Chuwardi s
Setelah Eira menunjukkan bukti terakhirnya, pria paruh baya itu sudah putus asa sepenuhnya. Jika buktinya hanya polis asuransi dan transaksi di bank, dia masih bisa membantahnya. Namun, racunnya sudah ditemukan dan juga ada sidik jarinya di atas, sekarang dia tidak bisa mengatakan apa pun lagi."Ternyata, orang ini sengaja menipu! Benar-benar menyebalkan!""Ayah sendiri saja dibunuh, sungguh tak punya hati nurani!""Bajingan! Dia benar-benar bajingan!"Pada saat ini, kerumunan di sekitar mulai mencaci maki pria paruh baya itu. Awalnya, mereka mengira pedagang busuk itu yang mencelakai orang, tetapi akhirnya malah pria paruh baya ini yang sengaja mencemarkan nama baik orang. Yang paling menyebalkan adalah orang ini malah membunuh ayahnya sendiri. Mereka merasa orang ini sudah kehilangan hati nuraninya, lebih parah daripada hewan."Benar-benar nggak berguna!" maki Julia dengan suara pelan dan mengernyitkan alis. Hal sekecil ini saja tidak bisa dilakukan dengan benar dan malah meninggalka
"Hemdar, keuntungan apa yang sudah diberikan Keluarga Chuwardi untukmu sampai kamu begitu membantu mereka?" tanya Julia sambil mengernyitkan alis."Aku ini selalu membantu orang nggak bersalah yang ditindas. Kenapa? Kamu keberatan?" kata Hemdar sambil mengangkat dagunya."Hemdar, nggak ada musuh yang abadi, hanya kepentingan yang abadi. Aku nggak peduli berapa banyak keuntungan yang diberikan Keluarga Chuwardi padamu, Keluarga Ghanim bersedia memberimu dua kali lipatnya," kata Julia yang mulai menawarkan kesepakatan kepada Hemdar.Mendengar perkataan itu, Hemdar tersenyum sinis, "Dua kali lipat? Sejujurnya, aku adalah pemegang saham terbesar dari Salep Halimun ini sebanyak 40% saham. Kalau kamu mau menawarkanku dua kali lipat, berarti aku mendapat 80% saham. Apa Keluarga Ghanim sanggup memberikannya?""Apa?" Mendengar perkataan itu, ekspresi Julia akhirnya berubah. Dia mengira Hemdar hanya mendapat sedikit keuntungan sehingga turun tangan membantu Keluarga Chuwardi. Tak disangka, kedua
Melihat ketiganya sudah setuju, hati Julia merasa senang dan tersenyum licik. Benar-benar sekelompok orang bodoh. Dia tidak menyangka hanya beberapa kata yang menantang saja, mereka sudah terjebak dengan mudah. Jika tidak yakin sepenuhnya, dia tidak mungkin akan memulai taruhan ini. Sebelumnya, memfitnah mereka dengan jenazah hanya rencana awal, sekarang adalah rencananya selanjutnya untuk menghabisi mereka sepenuhnya. Asalkan Luther dan yang lainnya berani menerima taruhan ini, berarti mereka sudah masuk ke dalam jebakannya."Pengawal, siapkan perjanjiannya untuk ditandatangani mereka!" perintah Julia. Mendengar perintah itu, para bawahannya segera mulai sibuk dan langsung menyiapkan dua kontrak. Perjanjian taruhan ditulis dengan jelas bahwa pihak yang kalah harus mengungkapkan resep obatnya, lalu memohon maaf dan berjanji tidak akan menjual produk itu lagi."Sudah baca dengan jelas? Kalau sudah, langsung tanda tangan saja," desak Julia.Luther dan yang lainnya tidak banyak omong koso