Share

120. Sebuah Kenyataan Untuk Irene

Amanda menatap wajah sang suami seraya terkekeh. “Itu PR kita lah, Mas.”

Haikal menghela napas sambil geleng-geleng kepala. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke telinga sang istri dan berbisik di sana.

“Biarkan Pasya merenung dulu, Manda. Biar dia sembuhkan dulu lukanya.”

Tawa Amanda seketika terhenti mendengar penuturan suaminya. Dia lalu menatap lekat wajah suaminya.

“Iya, betul. Aku juga dulu merasakan luka yang sama seperti yang anakku rasakan saat ini. Dikhianati oleh orang yang aku cintai. Sakit memang rasanya, Mas. Apa ini sebuah karma?” ucap Amanda, yang membuat Haikal sontak terpaku di tempatnya.

Sementara itu di dalam kamar, Pasya sedang menerima telepon dari Niko.

“Halo, Nik. Bagaimana dengan calon pembeli mobil saya?” sapa Pasya.

“Halo, Pak. Kami sudah ketemu dengan Bu Irene. Kata Bu Irene, dia yang akan membeli mobil Bapak. Dia ingin selalu mengenang tentang diri Bapak, begitu katanya. Jadi kami batal melihat mobil itu. Lalu Bu Irene bilang, akan mentransfer uangnya ke rekeni
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status