Saat membuka pintu, mata Leon langsung tertuju kearah wanita yang sedang tertidur di atas sofa. Terlihat wanita itu tertidur dengan begitu lelap, sehingga membuat pria itu menjadi tidak enak untuk membangunkannya. Namun, ketika melihat wajah teduh wanita itu, tiba-tiba ingatannya langsung tertuju pada masa lalu.
"Maaf! Aku minta maaf karena baru menemukannya sekarang. Aku berjanji, akan mendidiknya menjadi seperti dirimu." Leon hanya bisa menatap wajah Naura dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.Dia terus menatap wajah wanita yang baru dia nikahi itu tanpa berani menyentuhnya. Dari posisi tidur sang istri, dia tau jika wanita itu tertidur karena menunggunya. Ntah apa tujuan Leon menikahi Naura, akan tetapi ada rahasia besar di balik pernikahan itu. Jika karena nafsu, sudah pasti dia mengambil haknya malam ini juga, tetapi dia terlihat tidak tertarik untuk melakukan hal itu.Melihat Naura yang hanya menggunakan kemeja putih miliknya, kening pria itu tiba-tiba mengerut. Padahal dia sudah menyuruh pelayan untuk menyiapkan pakaian untuk istrinya itu, tetapi mengapa dia memilih untuk mengenakan pakaiannya. Naura hanya mengunakan baju kemeja putih milik Leon yang kebesaran di tubuhnya. Sehingga membuat hasrat pria itu langsung terpancing."Dasar bocah tengil! Apa kamu mau mengodaku?" Gumam Leon sambil mengusap wajahnya kasar.Dia mengangkat tubuh mungil istri itu dengan lembut dan memindahkannya ke atas ranjang. Namun, pandangannya langsung teralih ke paha Naura yang di penuhi dengan luka lebab. Dia menatap kulit putih wanita itu yang di penuhi tato biru."Kenapa tubuhnya seperti ini?" Batin Leon menatap luka lebam itu. Dia memberanikan diri untuk membuka pakaian Naura dan memeriksa seluruh tubuh istrinya itu. Walaupun memiliki sifat yang sangat dingin dan cuek, tetapi pria itu masih memiliki hati nurani. Melihat seorang wanita terluka seperti itu, dia langsung merasa sangat geram."Siapa yang melakukan ini?" Batin Leon mengepalkan tangannya geram.Cukup lama dia terdiam memandangi tubuh Naura. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana penderitaan wanita itu selama ini. Apalagi melihat tubuh wanita itu yang terlihat kurus tidak terurus. Dari sana sudah bisa dibayangkan bagaimana penderitaan yang di alami wanita itu selama ini.Tidak sanggup lagi menahan amarahnya, Leon langsung menuju kamar mandi dan menguyur tubuhnya mengunakan air dingin. Cukup lama dia berdiam diri di bawah guyuran air itu, ini memang sudah menjadi kebiasaannya sejak sepuluh tahun lalu."Aku akan membalas semua perbuatan mereka. Aku berjanji," batin Leon sambil membayangkan senyuman manis seorang wanita yang selalu menghantui pikirannya.******Saat membuka mata, Naura melihat sosok pria gagah yang tertidur pulas di sampingnya. Jarak mereka cukup dekat, sehingga dia bisa merasakan hembusan napas pria itu yang begitu hangat menembus kulit putihnya."Ternyata kamu sangat tampan. Maaf! Karena aku sempat mengira jika kamu adalah pria tua mesum," Batin Naura sambil terus menatap wajah tampan suaminya itu.Tidak bosan-bosan dia menatap indahnya ciptaan Tuhan yang telah di ciptakan untuknya. Walaupun dia belum mengenal suaminya itu, akan tetapi dia yakin jika di balik sikap dingin dan juga misterius pria itu ada sisi baik yang tersembunyi."Apa kamu belum puas memandangku?" tanya Leon sedikit ketus tanpa membuka matanya, sehingga membuat wajah Naura langsung menunduk malu. Dia langsung bangkit dari tidurnya sambil mengatur jantunya yang berdegup tidak karuan."Maaf! Aku mau ke kamar mandi," ucap Naura langsung bangkit dari tidurnya.Namun, tangan kekar langsung mengenggam pergelangan tangannya, sehingga wanita itu langsung terdiam mematung."Apa dia ingin meminta haknya? bagaimana ini?" pikiran wanita itu langsung melayang entah kemana."Kenapa kamu mengunakan kemejaku? Bukankah para pelayan sudah menyiapkan pakaian untukmu?" tanya Leon menatap kemejanya yang masih melekat di tubuh Naura."Em! Itu.""Itu apa?""Mereka menyediakan pakaian yang kurang bahan untukku. Jadi aku pakai bajumu saja," ucap Naura polos."Kurang bahan?" gumam Leon mengerutkan keningnya bingung."Em! Jika Tuan tidak percaya, lihat saja," ucap Naura menunjuk lemari pakaiannya.Penasaran dengan pakaian kurang bahan yang dimaksud istrinya itu, Leon perlahan melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian Naura. Ketika membuka pintu lemari itu, Leon langsung tersenyum sinis sambil melirik Naura yang masih duduk di tepi ranjang."Jika kamu tidak suka dengan pakaian ini, aku akan menyuruh pelayan untuk mengantinya. Tapi jangan pernah menyentuh barang-barangku lagi," ucap Leon penuh penekanan sambil mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja rias lalu menghubungi seseorang.Naura hanya diam tidak berani berkutik, baru saja dia memuji pria itu, akan tetapi sekarang dia langsung menyesal akan itu. "Ternyata dia sangat menyebalkan," batin Naura sambil memanyunkan bibirnya kesal."Cepat sediakan pakaianku!" perintah Leon melihat Naura yang masih betah dengan posisinya itu."Ba... baik, Tuan!" wanita itu langsung refleks bangkit dari duduknya lalu memilih pakaian kerja untuk Leon.Tida banyak bicara, Leon langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Melihat kepergian sang suami, Naura langsung membuang napasnya kasar. Baru saja dia merasa aman berasa di tempat ini, akan tetapi tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh suaminya itu.Sambil menunggu Leon selesai mandi, Naura mencoba menyibukkan diri dengan membersihkan tempat tidur mereka. Namun, dia tidak sengaja melihat sesuatu di bawah bantal Leon. Seperti sebuah foto, dia memperhatikan foto itu dengan baik, seperti foto Leon dengan seorang wanita, akan tetapi dia tidak bisa melihat wajah wanita itu karena tertutup oleh bantal."Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Leon tiba-tiba muncul lalu mengambil foto itu. "Aku sudah mengatakan...,""Ma ... maafkan aku, Tuan! a... aku hanya ingin merapikan tempat tidur," ucap Naura dengan mata berkaca-kaca. Jujur walaupun sering mendapatkan perlakuan kasar dari keluarga pamannya, akan tetapi dia tidak pernah seperti ini. Ntah mengapa ketika Leon memarahinya, dia langsung begitu terluka.Tok... tok...Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu, sehingga Loen langsung beralih menatap pintu yang masih tertutup rapat."Masuk!" ucap Leon mengusap wajahnya kasar sambil menyimpan foto itu di tas kerjanya."Maaf, Tuan! ini pakaian untuk nyonya," ucap seorang pelayan membawa beberapa pakaian untuk Naura."Letakkan di sana," ucap Leon datar."Ganti semua pakaian yang telah kalian sediakan untuknya." Tanpa menatap pelayan itu, Leon langsung melangkahkan kakinya menuju ruang ganti.Melihat ekspresi sang tuan, pelayan itu hanya mengangguk patuh lalu meletakkan pakaian untuk Naura di atas ranjang."Tuan besar memang sangat tegas. Saya harap nyonya bisa mematuhi setiap peraturan yang dia buat," ucap pelayan itu sambil menatap Naura yang masih diam mematung dengan mata yang berkaca-kaca.******Setelah selesai membersihkan diri, Naura langsung turun untuk sarapan. Semua pekerjaan rumah sudah di kerjakan oleh pelayan, jadi dia tidak memiliki pekerjaan apapun di rumah itu. Sangat berbeda saat masih tinggal di kediaman Heri, dimana semua pekerjaan rumah dilimpahkan kepadanya. Namun, dia masih bingung dengan stelan pakaian yang di berikan pelayan ini. Dimana pakaian itu lebih cocok digunakan oleh wanita kantoran."Mommy! mommy mau kemana?" tanya Raygan melihat Naura berjalan mendekati mereka."Ehm!" Naura hanya diam sambil melirik Leon yang sedang asik menikmati sarapannya."Mommy ikut daddy ke kantor!" ucap Leon santai."Kenapa?""Karena mommy harus menjadi wanita pintar. Jadi dia harus belajar dengan bekerja di kantor daddy," ucap Leon tersenyum kecil."Bekerja! tapi, Tuan,""Jika aku sudah memberikan perintah, tidak ada yang boleh menolaknya," ucap Leon dengan tegas.Mendengar ucapan Leon, Naura hanya diam tanpa bisa berkata-kata. Dia hanya bisa menuruti setiap kata yang terucap dari mulut pria itu.Setelah selesai sarapan, mereka langsung berangkat ke kantor secara bersama-sama. Tidak lupa, mereka mengantar Raygan terlebih dahulu ke sekolahsekolah, baru kembali melanjutkan perjalanan mereka.Sesampainya di kantor, mereka langsung di sambut oleh para pegawai, di ikuti oleh seorang pria gagah dan tampat, usianya terlihat masih sangat muda."Selamat pagi, Tuan dan Nyo... ""Dia adalah sekertaris baruku, jadi beritahu dia apa saja yang harus dia lakukan," ucap Leon sambil terus melangkahkan kakinya.Mendengar perintang sang Tuan, Arga hanya bisa membuang napasnya kasar. Dia menatap punggung bosnya itu dengan tatapan penuh kebingungan, Ntah apa yang ada di pikiran Tuan besarnya itu, sehingga dia memperkerjakan istrinya sendiri sebagai sekertarisnya."Apa ini semua ada hubungannya dengan kejadian itu? Apa mungkin nyonya besar," batin Arga menatap Naura yang masih terdiam menatapnya."Kenapa kakak hanya diam? Apa ada yang aneh?" tanya Naura memperhatikan penampilannya."Tidak apa-apa. Ayo," ucap Arga berjalan mondar-mandir karena tidak tau harus memulai dari mana."Aku tunjukkan ruanganmu terlebih dulu," ucap Arga akhirnya menetapkan hatinya untuk memperlihatkan ruangan wanita itu terlebih dahulu. Naura hanya mengangguk patuh sambil mengikuti langkah asisten suaminya itu.Arga menjelaskan semua hal yang menjadi tugas Naura sebagai sekertaris Leon. Dengan cepat Naura langsung mengerti dan bisa melakukan tugasnya dengan baik. Melihat ke tanggapan wanita itu, perlahan Arga langsung menatap kagum. Padahal baru menjelaskan beberapa hal, tetapi wanita itu langsung bisa mengerti dengan cepat."Ternyata dia sangat pintar. Pantas saja Tuan memilihnya. Tidak hanya cantik, tetapi dia adalah sosok wanita yang tangguh," batin Arga melihat keseriusan Naura untuk mempelajari tugasnya."Kamu pelajari dokumen ini. Sebentar lagi kita ada rapat penting. Ingat! Kamu harus pelajari dengan teliti. Aku tidak mau ada kesalahan," ucap Leon dengan tiba-tiba muncul sambil memberikan sebuah dokumen kepada Naura."Baik, Tuan!" ucap Naura mengangguk patuh."Rapat penting!" Batin Arga menatap Leon bingung.Bersambung........."Apa kau sudah mempelajari semua berkas yang papa berikan?" Tanya Heri menatap sang putra yang asik memainkan ponsel. "Ia, Pa! Papa tenang saja, Rico pasti bisa," Ucap Rico santai sambil terus bermain game online. Melihat kelakuan putranya itu, Heri hanya bisa membuang napasnya pelan. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa, semoga putranya itu tidak membuat malu di rapat nanti. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan bangunan mewah yang berdiri kokoh. Rico menatap bangunan itu dengan tatapan penuh kekaguman, bagaimana tidak, bangunan itu jauh lebih besar dan juga mewah dari kantor sang papa. "Pa! Apa ini kantor milik pria tua itu?" Tanya Rico sambil terus menatap kantor Leon tanpa berkedip. "Benar! Jadi kau harus jaga sikapmu. Jangan sampai gara-gara kelakuanmu yang tidak beradap, Tuan Leon membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita," Ucap Heri ketus lalu melangkahkan kakinya memasuki kantor itu. Sesampainya di ruang rapat, dia melihat beberapa pengusaha penti
''Mommy!" pekik Raygan ketika melihat sang mommy berdiri di depan gerbang sekolah untuk menunggu kepulangannya. Senyuman di wajah polos bocah itu terlihat dengan jelas. Sudah lama dia memimpikan hal ini, hal yang sangat sederhana, akan tetapi sangat bermakna di hati kecilnya. "Jagoan mommy sudah pulang. Bagaimana sekolahnya? Apa menyenangkan?'' Tanya Naura sambil mengusap lembut puncak kepala Raygan. "Hari ini Raygan sangat senang. Karena akhirnya Ray bisa mengatakan kepada teman-teman Ray jika Ray juga punya mommy," ucap Raygan tersenyum penuh percaya diri. "Ray! apakah dia mommymu?" tanya Bimo, teman sekelas Raygan. "Ia! dia adalah mommyku. Aku juga punya mommy sama sepertimu," ucap Raygan mengenggam tangan Naura. Bocah itu menatap Naura dengan tatapan penuh kebahagiaan. "Tapi saya perhatikan kalian tidak mirip sama sekali. Apalagi melihat mommymu itu yang masih sangat muda. Saya rasa dia tidak mungkin mommy kandungmu, atau jangan-jangan," ucap Tania, mama Bimo tersenyum sini
"Mom! Apa benar mommy itu mommy tiri Ray?" Deg... Jantung Naura langsung berdegup kencang mendengar pertanyaan putra sambungnya itu. Walaupun usianya masih sangat muda, akan tetapi Raygan memiliki pemikiran yang sangat dewasa. Jadi, walaupun Tania tidak mengucapkan secara langsung, tetapi dia dapat mengerti apa maksud ucapan wanita itu. "Sayang! Kamu tidak perlu memikirkan perkataan mereka." Naura memilih untuk tidak membahas masalah itu lagi. "Tapi Ray juga berhak tahu, Mom," ucap Raygan dengan tegas. Sudah cukup selama ini dia di bully oleh teman-temannya, memang dia tidak masalah mendapatkan hinaan dan ejekan dari mereka. Namun, dia tidak terima jika ada orang yang menyakiti Naura, wanita yang telah memberikan kasih sayang seorang ibu untuknya. Mendengar ucapan Raygan, Naura hanya bisa diam membisu. Mulutnya seperti terkunci, sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. "Sayang!" ucap Naura menatap Raygan dengan mata yang berkaca-kaca. "Kebohongan tidak akan pernah
"Sayang! Ikut Mommy Naura ke kamarmu ya," Ucap Leon mengusap lembut air mata Raygan. "Naura! Bawa Raygan ke kamarnya." Naura hanya mengangguk patuh mendengar perintah Leon. "Sayang!" Ucap Naura dengan lembut sambil membawa Raygan menjauh. Melihat Naura dan Raygan telah pergi, Grace langsung tersenyum kecil. Dia berjalan mendekati Leon dengan senyuman yang melingkar di wajah cantiknya. Dia sangat yakin jika Leon akan menyambut kedatangannya dengan baik. "Kenapa kau kembali?" Tanya Leon dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan. Sehingga membuat senyuman yang sejak tadi melingkar di wajah Grace langsung menghilang dalam seketika. "Sayang! Kenapa kau bertanya seperti itu? Aku sudah kembali, sekarang lebih baik kita buka lembaran baru bersama-sama. Bersama putra kita," Grace merangkul mesra lengan Leon lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. "Maaf! Kami tidak membutuhkanmu lagi." Leon langsung mendorong tubuh Grace agar menjauh darinya. Tidak banyak bicara, dia langs
"Tuan!" Ucap Arga menatap Leon yang masih fokus dengan tumpukan dokumen yang ada di hadapannya. "Hem!" Leon hanya berdehem, tanpa menoleh sedikitpun. Tatapannya tetap tertuju pada dokumen yang ada di tangannya. Walaupun dia terlihat sangat lelah, tetapi dia tetap fokus dengan tumpukan dokumen itu. "Sepertinya tuan sangat kelelahan. Lebih baik tuan istirahat saja, biar saya yang memberiksa dokumen ini," "Tidak! Saya akan memeriksanya sendiri. Sebentar lagi juga selesai," Ucap Leon terus membuka lembaran dokumen itu. Pernikahannya dan Naura sudah berjalan selama dua minggu, akan tetapi hari-harinya selalu dia habiskan di kantor. Pergi sebelum Naura bagun, dan pulang setelah Naura tidur terlelap. Bahkan mereka hanya berbicara di kantor saja, itupun hanya mengenai masalah pekerjaan saja. Setelah kedatangan Grace, pria itu terlihat lebih tertutup dari biasanya. Walaupun aslinya dia memang seperti itu. "Tuan! Apa Anda tidak ingin menghabiskan waktu dengan nyonya besar?" Tanya Arga m
"Arggh! Sial. Kenapa tiba-tiba keuangan perusahaan kita bisa menurun seperti ini? Bukankah perusahaan Tuan Leon sudah memberikan bantuan kepada perusahaan ini?" Tanya Heri melemparkan berkas yang berisi laporan keuangan kantor. "Ma... Maaf, Tuan! Tapi," "Tapi apa?" Tidak membiarkan manager keuangan berbicara, Heri terus saja nyerocos tiada henti. Walaupun sudah mendapatkan uang yang begitu banyak dari Leon, tidak membuat nasib keuangannya semakin membaik. Kepalanya terasa ingin pecah melihat keadaan perusahaan yang semakin hancur. "Tuan Rico mengunakan uang perusahaan, Tuan!" Jelas manager keuangan itu tidak mau menjadi sasaran kemarahan Heri. Rico yang berbuat ulah, kenapa dia yang harus mendapatkan hukumannya. "Apa! Dimana anak itu?" "Di... Di ruangannya, Tuan!"Tidak banyak bicara, Heri langsung bergegas menuju ruangan Rico. Matanya memerah, rahannya langsung mengeras, seakan ingin menerkam setiap orang yang mendekat. Melihat ekspresi Heri yang menakutkan, semua karyawan yang d
"Sekali lagi kau menatap istriku seperti itu, akan kupastikan kau tidak bisa melihat lagi untuk selamanya." Leon menatap Rico dengan tatapan elangnya. "Ayo!" Ucap Leon menarik tangan Naura menuju mobil."Ternyata Tuan bisa cemburu juga," Batin Arga tersenyum kecil melihat tingkah tuan besarnya itu."Jaga sikapmu jika kau ingin hidup. Ingat! Nyonya Naura yang sekarang adalah Nyonya besar keluarga Arvando. Jika sekali lagi kau melakukan kebodohan ini, maka tidak akan ada kata ampun untukmu,'' ucap Arga dengan tegas, lalu pergi meningalkan Rico yang sedang menahan sajit karena bugeman mentah dari Loen."Arghh! Sial. Kenapa nasibku hari ini sangat sial?'' pekik Rico dengan kesal. Sudah jatuh, tertimpa tangga lagi, itulah yang dirasakan Rico saat.Sedangkan Leon langsung membawa Naura ke mobil. Tidak lupa dia membukakan pintu untuk sang istri. Naura hanya diam melihat sikap suaminya itu. Tentu dia tidak mau mengambil hati dari setiap setiap perlakuan baik sang suami, demi kebaikan dirinya
Di saat semua orang sedang menikmati suasana pesta, tiba-tiba perhatian mereka teralihkan ketika melihat kedatangan Leon dan juga Naura. Keduanya berjalan secara beriringan, sehingga semua orang yang ada di sana menjadi penasaran. Apalagi melihat kecantikan Naura, membuat mereka enggan untuk membuka mata. "Siapa wanita itu? Kenapa dia bersama Tuan Leon?""Dia sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Nyonya Grace, istri Tuan Leon,""Bukankah mereka susah berpisah? Perasaan sudah tujuh tahun Nyonya Grace menghilang. Apa mungkin wanita itu," Suara bisik-bisik tamu langsung terdengar ke seluruh gedung. Grace memang sudah lama menghilang, bahkan status pernikahannya dengan Leon juga belum jelas seperti apa. Namun, selama ini berita perceraian mereka tidak ada terdengar sama sekali, sehingga banyak yang mengira jika status mereka masih suami istri. "Selamat datang, Tuan!" Ucap Dirga, seorang pengacara terkenal yang kebetulan hadir di pesta itu. Dia adalah pengacara keluarga Arvando. "Ken
Leon tersenyum sendiri melihat layar ponselnya. Seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta, dia terus tersenyum sambil menatap foto propil whatshap milik Naura. Dia melihat jika pesan yang dia kirim telah di baca, akan tetapi san istri sama sekali tidak ada niat untuk membalas pesan itu. "Walaupun aku tidak bisa mendapatkanmu, tapi aku bisa memiliki putrimu. Maaf karena aku bersikap terlalu keras kepadanya. Aku janji akan memperbaiki sikapku," batin Leon beralih menatap foto Shella yang ada di meja kerjanya. "Tuan!" Tiba-tiba Arga main nyelonong masuk, sehinga Leon refleks meletakkan ponselnya (Tapi lupa mematikan layar) "Ehm! Ternyata duda jika jatuh cinta melebihi anak ingusan," Batin Arga melihat layar ponsel Leon yang masih menyala. Melihat tatapan asistennya itu, Leon langsung tersadar. Dia mengambil ponsel itu lalu memasukkannya ke saku celana. "Aku hanya ingin bertanya bagaimana keadaannya" jelas Leon tanpa menatap sekertarisnya itu. "Memangnya saya bertanya, Tu
Naura berjalan memasuki kediaman keluarga Debora. Dia menatap satu persatu pelayan yang menyambut kedatangannya, akan tetapi dia tidak menemukan Rita di barisan itu. "Dimana tante?" Tanya Naura kepada ketua pelayan. "Nyonya ada di kamarnya, Nyonya. Beberapa hari ini dia terus mengurung diri di kamarnya," Jelas pelayan itu. Mendengar penjelasan pelayan itu, Naura perlahan berpikir sejenak. Tidak biasa sang tante seperti itu, biasanya dia selalu ikut dalam barisan pelayan saat Naura berkunjung. "Baiklah! Aku akan menemuinya," ucap Naura kembali melangkahkan kakinya. Dia melangkahkan kakinya menuju kamar yang di tempati Rita. Kamar yang begitu sempit dan juga tidak memiliki perlengkapan tidur yang lengkap. Naura menatap pintu kamar yang tertutup dengan rapat. Melihat kamar itu, ingatan akan masa lalu yang begitu menyakitkan kembali muncul di ingatannya. Kamar yang sempit dan tidak layak itu adalah saksi penderitaan Naura selama ini. Di sana dia selalu menangis menumpahkan se
Mendengar ucapan Leon yang menyudutkan nya, Dirga hanya bisa terdiam. Dia tidak bisa berkata-kata lagi, dia sadar jika dia salah. Namun, dia juga merasa kesal akan sikap Leon yang selalu acuh tak acuh kepada Naura. "Maafkan saya, Tuan!" hanya kata-kata itu yang bisa muncul dari bibir Dirga. "Tidak masalah. Kau sudah menebus kesalahanmu," Leon tersenyum sekilas mengingat permainan panasnya dengan Naura semalam. Walaupun awalnya sang istri menolak, akan tetapi lama-lama dia juga menikmati setiap sentuhan yang Leon berikan kepadanya. "Tuan! kita ada pertemuan penting dengan salah satu klien. Apa Anda sudah siap?" tanya Arga mengalihkan pembicaraan. "Sudah!" ucap Leon melangkahkan hedak melangkahkan kakinya keluar. "Dimana Alex?" "Alex!" mendengar nama sang adik di sebut, Arga dan Dirga langsung saling lempar pandang. Tidak biasanya tuan besar mereka itu mengingat adik mereka. "Di ... Dia sedang kuliah, Tuan!" ucap Dirga sedikit gugup. Dia merasa cemas dan menduga jik
Setelah selesai melanjutkan olahraga, Leon langsung bergegas ke kamar mandi. Dia membersihkan tubuhnya sambil sesekali membayangkan olahraga panas yang telah dia laukan bersama sang istri. Sudah cukup lama dia tidak menuntaskan birahinya, sehingga dia tidak bisa mengontrol diri dan menguras habis seluruh tenaga sang istri. "Pasti dia sangat lelah," batin Leon tersenyum kecil. "Tapi dia sangat nikmat. Bahkan aku ingin lagi." Tiba-tiba pria itu berubah bucit. Padahal baru beberapa waktu lalu dia mengucapkan kata perpisahan. Apa sebenarnya yang ada dipikirannya selama ini? Setelah selesai membersihkan diri, dia bergegas keluar dengan mengunakan handuk yang melilit di pingangnya. Dia menatap ke arah Naura yang kembali tertidur karena kelelahan. "Ternyata dia sangat kelelahan. Aku sudah seperti singa lapar saja," ucap Leon terkekeh kecil sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh naura. Tidak lupa dia sedikit mengintip untuk melihat tubuh polos istrinya itu. Tidak lupa dengan hi
"Apa?" Tanya Arga dan Alex terkejut, bahkan mereka hampir kesedak minuman mendengar ucapan Dirga. "Kenapa? Aku tidak salah. Mereka sudah menikah, jadi wajar saja mereka melakukannya," ucap Dirga tersenyum tanpa dosa. Sebenarnya Dirga tidak rela jika Naura dan Leon berpisah. Terlebih lagi mengingat wanita itu sangat menyayangi Raygan, tentu saja Dirga tidak mau jika hidup Tuan Kecilnya itu kembali seperti dulu. Dimana dia selalu merindukan kasih sayang seorang ibu. "Aku hanya ingin menebus kesalahanku. Aku secara tidak sengaja mendukung keputusan Nyonya untuk berpisah dari Tuan Leon. Jadi, aku hanya ingin memperbaiki kesalahanku saja," ucap Dirga mencoba memberikan pengertian kepada kedua adiknya itu. "Kakak tidak salah. Aku juga mendukung," ucap Alex tersenyum puas. "Malam indah yang pernah tertunda akhirnya terlaksana juga," ucap Arga tersenyum mesum. Tanpa mereka sadari, ternyata sejak tadi ada sepasang kuping yang mendengarkan pembicaraan mereka. Siapa lagi jika bu
Leon berdiri seorang diri di balkon kamarnya. Dia menatap langit yang begitu gelap sambil mengisap sebatang rokok. Wajahnya terlihat murung, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Dad!" Suara lembut sang buah hati tiba-tiba menyadarkannya. "Ia!" Dia menatap sumber suara itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Apa daddy dan mommy bertengkar? kenapa mommy ingin pergi?" tanya Raygan dengan mata berkaca-kaca. Leon hanya bisa terdiam membisu. Mulutnya seakan terkunci dengan rapat, sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Dia mencoba mencari alasan agar sang putra dapat mengerti. Namun, pikirannya juga sangat kacau, sehingga membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. "Daddy!" Leon mencoba berbicara, akan tetapi dia tetap tidak tau apa yang harus dia katakan. "Mom! mommy mau kemana? mommy sudah janji tidak akan meninggalkan Ray, tapi ini," Raygan mencoba beralih ke Naura yang sedang membereskan barang-barangnya. Dia menatap wanita itu dengan tatapan pe
Semua yang telah berpartisipasi di dalam kejahatan Heri telah di hukum satu persatu. Mulai dari Arif yang telah memalsukan surat wasiat Tuan Besar Debora, dan juga Budi yang telah membantu dalam kecelakaan yang di alami kedua orang tua Naura. Setelah menemukan beberapa bukti, ternyata kematian mereka terjadi karena rencana Budi dan Heri. Mereka sengaja menciptakan kejadian itu seperti kecelakaan, dan menghilangkan semua bukti kejahatan mereka. Namun, sepintar-pintarnya mereka menyembunyikan kejahatan yang mereka lakukan, pasti akan terbongkar juga. Hari ini, di depan seluruh pejabat penting dan juga para pegawai penting Pt. Debora grub Naura di tetapkan sebagai direktur utama Pt. debora grub dan juga pewaris tunggal keluarga Debora. "Selamat, Nyonya!" Dirga memberikan selamat atas keberhasilan Naura merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. "Terima kasih! ini semua karena bantuan Anda," ucap Naura tersenyum. "Selamat, Nyonya! Akhirnya Anda berhasil menyingkirkan s
"Maaf! dengan Vico Asrico Debora?" beberapa pria berbadan tegap dan mengunakan seragam dinas polisi mendekati Rico yang sedang minum di sudut bar. "Ya! saya adalah Vico Asrico Debora. Ada apa?" tanya Rico tidak mengerti. "Anda di tahan atas tuduhan penggelapan dana perusahaan Debora, dan juga pemalsuan dokumen kepemilikan perusahaan itu," ucap ketua polisi memberikan surat perintah penahanan. "Bukan hanya itu, ada juga terlibat dalam sindikat jaringan narkoba dan juga judi online. Jadi, ikut kami sekarang," ucap polisi itu kembali sambil memborgol tangan Rico. "Pemalsuan dokumen? saya tidak tau masalah itu, Pak. Itu semua pengacara itu, dia yang memalsukan surat wasiat kakek." Rico berusaha untuk membela diri. "Silakan Anda jelaskan di kantor. Sekarang ikut kami secara baik-baik, atau kami akan berbuat kasar." Melihat tatapan tajam para polisi itu, Rico langsung ketakutan. Wajahnya memucat, diikuti dengan keringat dingin yang bercucuran. Tentu saja dia tidak berani menghada
Di saat semua orang masih tertidur dengan lelap, terlihat seorang wanita paruh baya sedang sibuk berkutik di dapur. Dia meracik setiap bumbu yang hendak dia masak dengan perasaan kesal. Terlihat wajahnya begitu lelah, apalagi usianya kini yang sudah tidak muda lagi, sehingga membuat seluruh tubuhnya terasa sakit. "Lelah sekali!" dia mencoba menyeka keringat yang memenuhi keningnya. "Ternyata Anda tau lelah juga," ucap seorang wanita berdiri di depan pintu sambil memperhatikan wanita itu. "Naura!" ucap Rita melihat kedatangan keponakan sekaligus majikan barunya. "Aku mau sarapan, cepat siapkan sarapan untukku," ucap Naura melirik jam tangannya yang sudah menunjuk ke pukul enam pagi. "Sebentar! Tante akan masakkan nasi goreng untukmu," ucap Rita menunduk. Jujur tubuhnya sudah sangat lelah, akan tetapi dia tidak berani membantah sama sekali. Apalagi mendengar ancaman Naura semalam, tentu dia tidak mau mendapatkan hukuman karena tidak becus bekerja. Di saat semua pelayan masih