Eddriz terus saja tergelak sambil menciumi seluruh wajah Raline. Yang membuat jatuh cinta adalah istri selalu berbicara ceplas ceplos. Bahagia antara cinta dan kemungkinan akan dikaruniai bayi adalah hal yang sangat istimewa."Berdoa saja semoga kita diberikan keturunan, Sayang!" "Aamiin, apakah Ra bisa, Bang? Rasanya Ra belum siap menjadi ibu, Ra masih ingin disayang, diperhatikan dan dicintai. Sejak kecil Ra selalu sendiri dan disia-saiakan.""Sayang, dengarkan Abang! Cinta dan sayang Abang akan semakin besar untuk Ra. Tidak akan Abang kurangi walau ada putra kita nanti.""Abang akan tetap perhatian sama Ra?""Pastilah itu, bagi Abang kebahagian Ra di atas segalanya."Raline menganguk ragu, terkadang masih gamang saat melihat suami yang belum bisa menahan emosi. Kasih sayang dan perhatian yang selama ini dirasakan tidak ingin hilang. Dulu seolah susah diraih perhatian dan kasih sayang yang didamba.Dulu selalu haus kasih sayang dan perhatian. Ayah tiri yang dulu diharapkan sebagai
Empat test pack semua menunjukkan garis dua. Keakuratan test pack yang dipergunakan oleh dokter tidak diragukan lagi. Dokter Daniel bahkan menyerahkan test pack itu semua dengan disusun seperti memegang kartu."Selamat, Tuan. Anda akan menjadi orang tua sekarang. Lihatlah semua menunjukkan garis dua!"Eddriz tersenyum bengembang sambil menatap wajah Raline yang terlihat kaget. Menerima test pack itu dengan tangan bergetar. Seolah ada bintang dan bunga yang beterbangan di seluruh kamarnya."Alhamdulillah, terima kasih, Ra. Abang seperti mendapatkan emas segunung hari ini." Eddriz menekuk lutut bersimpuh di tempat tidur menghadap pada Raline langsung.Mata Eddriz berkaca-kaca, rasa bahagia itu seolah tidak terlukiskan lagi. Harapan lima belas tahu yang lalu kini terjadi. Mukjizat yang sangat besar dirasakan menumpuk di relung jiwa.Test pack diserahkan kepada Raline dengan tangan yang masih bergetar, "Ra, lihatlah, kita akan segera memiliki momongan, seluruh harta kekayaan Abang mungkin
Selesai pemeriksaan tim dokter, Eddriz sengaja mengabadikan moment hari ini dengan memanggil photografer. Ada banyak foto yang diambil dalam sesi foto kali ini. Sebagian besar foto Eddriz yang menunjukkan kebahagiaan karena akan hadir buah hati sebentar lagi..Foto yang pertama diambil adalah saat Eddriz memegang empat test pack dengan dijajar seperti kartu. Mulut terbuka dan tersenyum penuh ekspresif. Mata terllihat berbinar menunjukkan kebahagiaan.Foto yang kedua Eddriz berjongkok mencium perut Raline yang masih rata. Raline menunduk sambil mengusap rambut Eddriz. Senyum Raline mengembang sempurna memancarkan kebahagiaan dan masih banyak lagi foto yang diambil."Wibi, kamu posting tiga foto terbaik ke media sosial resmi perusahaan.""Baik, apa boleh saya membari saran. Tuan?""Tentu silakan!""Sebaiknya diposting setelah kita sampai Jakarta saja karena akan lebih aman untuk kesehatan Nyonya Ra, Tuan!"Eddriz mengangguk dan tersenyum setuju atas usual Asisten Wibi. Jika diposting se
Raline tertawa lepas saat berjalan di pinggir pantai bedua. Tadi digoda oleh Jenny dengan mengatakan suami akan ditaksir orang. Penampilan Eddriz yang terlihat santai dan maco tetap tidak hilang pesona garangnya.Beberapa kali berjalan dengan ditatap aneh oleh pengunjung pantai. Perbedaan umur keduanya membuat banyak orang menduga jika mereka pasangan ayah dan anak. Bahkan, ada yang mengatakan seperti ayah yang pacaran dengan putrinya sendiri."Jangan cembrut begitu, Bang. Nanti hilang gantengnya!"Eddriz mengecup sekilas bibir Raline saat banyak orang memandang. Sengaja menunjukkan gadis belia yang bersama adalah miliknya seorang. Tidak ada yang salah dengan perbedaan usia jika hati saling mencinta.Terus berjalan menyusuri pantai dan bergandengan tangan. Berbincang dan terkadang sedikit bercanda. Sambil menikmati indahya pemandangan dan mendengar deburan ombak.Tiba-tiba Raline menghentikan langkahnya melihat wanita hamil yang sedang duduk meluruskan kaki di kursi malas. Perutnya te
"Sayang ada apa?" tanya Eddriz berdiri di samping Raline."Laki-laki itu menggoda Ra, Abang ke mana saja, sih?""Maaf, Abang ke resort sebentar."Ternyata setelah pesan es kelapa muda, Eddriz pulang ke resort untuk mengambil uang dan memanggil Bang Jack. Sehingga saat Raline diganggu oleh seorang laki-laki Eddriz tidak mengetahuinya.Tepat laki-laki itu tersungkur ke tanah, Eddriz berlari mendekat dan berjongkok mengusap kaki Raline menggunakan sapu tangan. Memberikan kode untuk menambah bogem mentah kepada laki-laki yang berani menyentuh istri tercinta.Bang Jack menarik paksa laki-laki itu menjauhi restoran. Membawa ke tempat yang sepi untuk diberikan pelajaran yang tidak bisa dilupakan seumur hidupnya. Menerima konsekuensi karena salah telah mengganggu istri seorang konglomerat besar."Maaf, Sayang. Abang tadi pulang sebentar mengambil uang dan identitas.""Tidak apa-apa, Ra bisa mengatasi sendiri, kok.""Duduklah, akan Abang panggilkan pelayan untuk mengantar pesanan Ra!"Pelaya
Raline melirik Eddriz yang memancarkan kebahagian sejati. Tidak ingin membuat suami menjadi khwatir gara-gara kabar dari sang mantan istri. Ponsel langsung di matikan dan diletakkan di samping bantal begitu saja.Raline ingin bertemu dengan Asisten Wibi. Pasti asisten itu sudah datang dan akan melaporkan kepada Eddriz tentang keadaan sang mantan pagi ini. Lebih memilih ingin menunda kabar itu sampai jelas beritanya.Hanya dengan ke luar kamar dan sarapan bisa bertemu dengan Asisten Wibi, "Bang, Ra mau sarapan buah.""Tentu, ayo kita ke luar!""Ada kelengkeng dan anggur tidak di kulkas, Bang?""Seharusnya ada, sih. Nanti Abang tanyakan dulu pada Basri."Saat Raline duduk di kursi meja makan, belum ada Asisten Wibi di mana pun. Eddriz memanggil Pak Basri dan mendekati kulkas yang ada di samping dapur. Baru kali ini laki-laki tua yang sebentar lagi akan memiliki bayi itu membuka kulkas, biasanya jika menginginkan sesuatu hanya berteriak memerintah saja.Bersamaan Eddriz di depan kulkas b
Eddriz terdiam saat Raline bertanya dengan suara jutek. Wajah istri kecil itu terlihat sangat marah dan cemburu, "Sayang Abang hanya ingin bersimpati dan berkunjung saja, tidak lebih.""Tidak perlu beralasan, silakan Abang ke rumah sakit, Ra juga akan ke luar dari sini!" teriak Raline meninggalkan tempat dan berlari menuju kamar."Ra ...!" Eddriz tidak melanjutkan ucapannya karena Aisisten Wibi mengusap pundaknya."Tuan.""Ada apa?""Seharusnya Anda tidak usah berangkat, akan banyak anggapan Anda masih mencintai Nyonya Arum. Apalagi saat wartawan mengetahui Anda ke sana.""Oya, mengapa tanpa sadar aku ingin ke sana, ya?" Eddriz baru sadar apa yang dilakukan.Asisten Wibi tersenyum simpul, teringat saat Eddriz ingin membuka dokumen di ponsel. Sayangnya, yang dilihat tentang berita Arum yang sedang berada di ruang operasi. Tanpa sadar langsung mengenakan baju stelan jas yang ada di kantor kerja dan bergegas ke luar berniat berkunjung ke rumah sakit.Eddriz langsung menepuk dahi sendiri,
Tiba-tiba Raline merasa tertantang, antara cemburu dan emosi menjadi adrenalin semakin meningkat. Tanpa ragu Raline bergerilya di bibir Edrriz baik luar atau pun dalam. Mengabsen seluruh rongga yang ada dengan penuh gair*ah. Yang dulu sering merasa canggung dan gengsi, kini Raline memiliki semangat lebih. Tidak tahu dari mana rasa dan semangat itu. Seolah ada dorongan hati untuk membuktikan cinta di hati.Tidak menyangka dengan ucapan ketus tuntutan itu menjadi semangat sang istri. Yang awalnya takut tersinggung, kini menjadi tersenyum. Ikut membuktikan jika hati juga mendamba dengan sepenuh hati. Eddriz tidak kalah semangat, kerinduan menunggu selama satu bulan tidak disia-siakan. Berberilya mengimbangi aksi Raline. Saling berganti memberi dan menerima tanpa menyia-nyiakan kesempatan.Eddriz mengangkat Raline ke tempat tidur tanpa melepaskan tautan bibir. Sengaja di dudukkan di pinggir tempat tidur. Tautan terlepas, kemudian Eddriz berjongkok dan mengusap bibir yang basah karena ul