Dengan cepat Asisten Wibi mencari informasi tentang korban perahu wisata yang belum ditemukan. Nama Evan tidak hanya disainer dan suami Arum saja, ada banyak nama itu di Indonesia. Terbukti dari keterangan kepolisian, korban Evan yang belum ditemukan asli berasal dari Bali."Bukan, Tuan. Korban yang belum ditemukan bernama I Wayan Evando.""Berarti bukan suami wanita tua itu?"Asisten Wibi menjawab dan dengan menggeleng dan tersenyum. Sekarang Eddriz mulai mengikuti perkataan Raline yang menyebut wanita tua untuk Arum. Sebenarnya umur mantan suami istri itu berbeda sekitar sepuluh tahun lebih tua Eddriz.Sekitar dua jam tim SAR mencari korban disekitar resort milik Eddriz. Ada Bang Jack dan lima orang anak buah yang membantu pihak yang berwajib. Namun, tidak satu pun korban ditemukan di area resort.Eddriz kembali ke meja makan didampingi oleh Asisten Wibi. Asisten cekatan itu berniat untuk sarapan pagi sekaligus makan siang. Tadi pagi tidak sempat sarapan karena banyaknya tugas yang
Eddriz terus saja tergelak sambil menciumi seluruh wajah Raline. Yang membuat jatuh cinta adalah istri selalu berbicara ceplas ceplos. Bahagia antara cinta dan kemungkinan akan dikaruniai bayi adalah hal yang sangat istimewa."Berdoa saja semoga kita diberikan keturunan, Sayang!" "Aamiin, apakah Ra bisa, Bang? Rasanya Ra belum siap menjadi ibu, Ra masih ingin disayang, diperhatikan dan dicintai. Sejak kecil Ra selalu sendiri dan disia-saiakan.""Sayang, dengarkan Abang! Cinta dan sayang Abang akan semakin besar untuk Ra. Tidak akan Abang kurangi walau ada putra kita nanti.""Abang akan tetap perhatian sama Ra?""Pastilah itu, bagi Abang kebahagian Ra di atas segalanya."Raline menganguk ragu, terkadang masih gamang saat melihat suami yang belum bisa menahan emosi. Kasih sayang dan perhatian yang selama ini dirasakan tidak ingin hilang. Dulu seolah susah diraih perhatian dan kasih sayang yang didamba.Dulu selalu haus kasih sayang dan perhatian. Ayah tiri yang dulu diharapkan sebagai
Empat test pack semua menunjukkan garis dua. Keakuratan test pack yang dipergunakan oleh dokter tidak diragukan lagi. Dokter Daniel bahkan menyerahkan test pack itu semua dengan disusun seperti memegang kartu."Selamat, Tuan. Anda akan menjadi orang tua sekarang. Lihatlah semua menunjukkan garis dua!"Eddriz tersenyum bengembang sambil menatap wajah Raline yang terlihat kaget. Menerima test pack itu dengan tangan bergetar. Seolah ada bintang dan bunga yang beterbangan di seluruh kamarnya."Alhamdulillah, terima kasih, Ra. Abang seperti mendapatkan emas segunung hari ini." Eddriz menekuk lutut bersimpuh di tempat tidur menghadap pada Raline langsung.Mata Eddriz berkaca-kaca, rasa bahagia itu seolah tidak terlukiskan lagi. Harapan lima belas tahu yang lalu kini terjadi. Mukjizat yang sangat besar dirasakan menumpuk di relung jiwa.Test pack diserahkan kepada Raline dengan tangan yang masih bergetar, "Ra, lihatlah, kita akan segera memiliki momongan, seluruh harta kekayaan Abang mungkin
Selesai pemeriksaan tim dokter, Eddriz sengaja mengabadikan moment hari ini dengan memanggil photografer. Ada banyak foto yang diambil dalam sesi foto kali ini. Sebagian besar foto Eddriz yang menunjukkan kebahagiaan karena akan hadir buah hati sebentar lagi..Foto yang pertama diambil adalah saat Eddriz memegang empat test pack dengan dijajar seperti kartu. Mulut terbuka dan tersenyum penuh ekspresif. Mata terllihat berbinar menunjukkan kebahagiaan.Foto yang kedua Eddriz berjongkok mencium perut Raline yang masih rata. Raline menunduk sambil mengusap rambut Eddriz. Senyum Raline mengembang sempurna memancarkan kebahagiaan dan masih banyak lagi foto yang diambil."Wibi, kamu posting tiga foto terbaik ke media sosial resmi perusahaan.""Baik, apa boleh saya membari saran. Tuan?""Tentu silakan!""Sebaiknya diposting setelah kita sampai Jakarta saja karena akan lebih aman untuk kesehatan Nyonya Ra, Tuan!"Eddriz mengangguk dan tersenyum setuju atas usual Asisten Wibi. Jika diposting se
Raline tertawa lepas saat berjalan di pinggir pantai bedua. Tadi digoda oleh Jenny dengan mengatakan suami akan ditaksir orang. Penampilan Eddriz yang terlihat santai dan maco tetap tidak hilang pesona garangnya.Beberapa kali berjalan dengan ditatap aneh oleh pengunjung pantai. Perbedaan umur keduanya membuat banyak orang menduga jika mereka pasangan ayah dan anak. Bahkan, ada yang mengatakan seperti ayah yang pacaran dengan putrinya sendiri."Jangan cembrut begitu, Bang. Nanti hilang gantengnya!"Eddriz mengecup sekilas bibir Raline saat banyak orang memandang. Sengaja menunjukkan gadis belia yang bersama adalah miliknya seorang. Tidak ada yang salah dengan perbedaan usia jika hati saling mencinta.Terus berjalan menyusuri pantai dan bergandengan tangan. Berbincang dan terkadang sedikit bercanda. Sambil menikmati indahya pemandangan dan mendengar deburan ombak.Tiba-tiba Raline menghentikan langkahnya melihat wanita hamil yang sedang duduk meluruskan kaki di kursi malas. Perutnya te
"Sayang ada apa?" tanya Eddriz berdiri di samping Raline."Laki-laki itu menggoda Ra, Abang ke mana saja, sih?""Maaf, Abang ke resort sebentar."Ternyata setelah pesan es kelapa muda, Eddriz pulang ke resort untuk mengambil uang dan memanggil Bang Jack. Sehingga saat Raline diganggu oleh seorang laki-laki Eddriz tidak mengetahuinya.Tepat laki-laki itu tersungkur ke tanah, Eddriz berlari mendekat dan berjongkok mengusap kaki Raline menggunakan sapu tangan. Memberikan kode untuk menambah bogem mentah kepada laki-laki yang berani menyentuh istri tercinta.Bang Jack menarik paksa laki-laki itu menjauhi restoran. Membawa ke tempat yang sepi untuk diberikan pelajaran yang tidak bisa dilupakan seumur hidupnya. Menerima konsekuensi karena salah telah mengganggu istri seorang konglomerat besar."Maaf, Sayang. Abang tadi pulang sebentar mengambil uang dan identitas.""Tidak apa-apa, Ra bisa mengatasi sendiri, kok.""Duduklah, akan Abang panggilkan pelayan untuk mengantar pesanan Ra!"Pelaya
Raline melirik Eddriz yang memancarkan kebahagian sejati. Tidak ingin membuat suami menjadi khwatir gara-gara kabar dari sang mantan istri. Ponsel langsung di matikan dan diletakkan di samping bantal begitu saja.Raline ingin bertemu dengan Asisten Wibi. Pasti asisten itu sudah datang dan akan melaporkan kepada Eddriz tentang keadaan sang mantan pagi ini. Lebih memilih ingin menunda kabar itu sampai jelas beritanya.Hanya dengan ke luar kamar dan sarapan bisa bertemu dengan Asisten Wibi, "Bang, Ra mau sarapan buah.""Tentu, ayo kita ke luar!""Ada kelengkeng dan anggur tidak di kulkas, Bang?""Seharusnya ada, sih. Nanti Abang tanyakan dulu pada Basri."Saat Raline duduk di kursi meja makan, belum ada Asisten Wibi di mana pun. Eddriz memanggil Pak Basri dan mendekati kulkas yang ada di samping dapur. Baru kali ini laki-laki tua yang sebentar lagi akan memiliki bayi itu membuka kulkas, biasanya jika menginginkan sesuatu hanya berteriak memerintah saja.Bersamaan Eddriz di depan kulkas b
Eddriz terdiam saat Raline bertanya dengan suara jutek. Wajah istri kecil itu terlihat sangat marah dan cemburu, "Sayang Abang hanya ingin bersimpati dan berkunjung saja, tidak lebih.""Tidak perlu beralasan, silakan Abang ke rumah sakit, Ra juga akan ke luar dari sini!" teriak Raline meninggalkan tempat dan berlari menuju kamar."Ra ...!" Eddriz tidak melanjutkan ucapannya karena Aisisten Wibi mengusap pundaknya."Tuan.""Ada apa?""Seharusnya Anda tidak usah berangkat, akan banyak anggapan Anda masih mencintai Nyonya Arum. Apalagi saat wartawan mengetahui Anda ke sana.""Oya, mengapa tanpa sadar aku ingin ke sana, ya?" Eddriz baru sadar apa yang dilakukan.Asisten Wibi tersenyum simpul, teringat saat Eddriz ingin membuka dokumen di ponsel. Sayangnya, yang dilihat tentang berita Arum yang sedang berada di ruang operasi. Tanpa sadar langsung mengenakan baju stelan jas yang ada di kantor kerja dan bergegas ke luar berniat berkunjung ke rumah sakit.Eddriz langsung menepuk dahi sendiri,
Mendadak tim dokter yang dipimpin oleh Dokter Daniel dan Dokter Atika melakukan operasi caesar pada Raline. Jika sang suami sudah bertitah, Raline harus mengikuti yang diperintahkan. Rasa sakit sebenarnya masih bisa ditahan, tetapi karena Eddriz yang tidak tega melihat istri kecilnya kesakitan, terpaksa harus melakukan operasi saat itu juga.Yang lebih parah lagi Eddriz ikut masuk di ruang opesasi caesar selalu gelisah dan sedikit mengganggu proses operasi. Raline yang memakai setengah anastesi membuat Eddriz semakin bingung. Dari dada ke bawah tidak merasakan apapun, sedangkan mulai dari dada, pundak, tangan ke atas tetap normal dan bisa digerakkan.Laki-laki tua itu terus membuat drama gegara melihat proses operasi yang baru pertama kali. Melihat dokter mulai membuka jalan bayi yang ada di bawah pusar, Eddriz tegang. Takut sang istri meringis kesakitan seperti awal akan melahirkan tadi."Bang, ada apa?""Itu mulai di buka, apakah Ra tidak merasakan sakit?""Tidak.""Benarkah?""Aban
Yang dikhawatirkan mengganggu ketenangan Raline tidak muncul hari ini. Asisten Wibi mendapatkan kabar jika pengusaha baru ayah Wisnu sedang melakukan lobi bisnis di kota Surabaya. Ada lima tim sukses Ayah Wisnu yang berangkat bersamaan akan bersaing melawan perusahaan Bushiry Group.Raline sedang berada di supermarket besar yang ada di lantai satu rumah sakit. Dikawal Jenny dan Bibi Asih kanan dan kiri saat memilih makanan ringan di etalase. Ada pengawalan ketat Bang Jeck dari kejauhan memantau setiap lalu lalang pengunjung.Ada seorang wanita datang mengenakan masker, kaca mata hitam dan berhijab pasmina. Awalnya memilih makanan ringan di samping Jenny. Tidak melakukan hal yang mencurigakan layaknya pengunjung yang sedang berbelanja."Jenny, makanan ini menurutmu varian apa yang paling enak?" tanya Raline."Yang super pedas itu yang paling bikin ketagihan, Nyonya.""Apakah pedas banget?""Tentu saja, Nyonya. Lihatlah tingkat kepedasannya level sepuluh."Tiba-tiba wanita yang mengenak
Rumah sakit hari ini disibukkan dengan persiapan istri pemiliki rumah sakit yang diduga akan melahirkan. Hampir jalan menuju kamar khusus untuk persalinan sudah di sterilkan dari pengunjung rumah sakit. Setiap sudut dan lorong dijaga ketat oleh security dan anah buah Bang Jack.Tidak hanya ambulance yang dikawal oleh Bang Jack. Satu mobil yang di dalamnya ada Jenny, Pak Basri dan Bibi Asih juga langsung dikawal. Asisten Wibi bertugas menjemput sahabat Raline yaitu kekasih hati Hanna dan kekasih kepala bodyguard Shafea.Sampai di rumah sakit brankar sudah siap siaga menunggu di depaan pintu rumah sakit. Bergegas masuk menuju kamar dan diikuti oleh tim dokter langsung berlari menuju kamar khusus. Eddriz ikut berlari disamping branker dan menautkan tangan Raline dengan sempurna.Raline terus mengusap perut yang terkadang menegang terkadang anteng. Wajahnya terlihat bingung selalu melihat sekitar orang-orang yang terlihat tegang. Termasuk wajah Eddriz yang terlihat sangat khawatir dan cem
Raline mengulang membaca rekan bisnis yang telah merebut perusahaan milik orang tua teman sekolah. Hampir tidak percaya membaca nama yang tertera dalam laporan itu. Nama Ayah Wisnu yang menjadi perebut perusahaan itu.Raline terpaku dan bingung membaca laporan dari Asisten Wibi. Pasalnya ayah tiri itu tidak pernah mempunyai pengalaman memimpin perusahaan. Tidak pernah juga berkecimpung di dunia bisnis dalam skala besar."Tunggu sebentar, Sayang. Abang juga hampir tidak percaya ini.""Coba panggil asisten Abang sekarang!""Baik, Abang hubungi dia sekarang menggunakan ponsel saja biar cepat."Kurang dari lima menit Asisten Wibi datang dengan tergesa-gesa. Sudah menduga tentang yang akan ditanyakan oleh atasanya terutama sang istri. Sehingga datang dengan membawa bukti dan kabar yang lebih lengkap lagi."Apakah laporan yang kamu berikan tadi benar adanya, Wibi?""Benar sekali, Tuan.""Ayah tiri Ra sekarang seorang pengusaha dari perusahaan itu?""Iya, sekarang ini dia sudah pindah di Jak
Bang Jack berlari medekati karyawan wanita yang pingsan. Wanita muda berumur kurang dari dua puluh tahun itu memejamkan mata. Terlihat wajahnya pucat dan tubuhnya lemah tak berdaya."Cepat panggil petugas klinik!" teriak Bang Jack."Sudah, Bang. Teman wanita ini tadi berlari menuju ke sana!""Bagus, kalian mundur, berikan udara yang cukup agar dia bisa bernapas dengan lega!"Yang awalnya tidak terlihat dari posisi Raline karena adanya kerumunan orang. Sekarang terlihat jelas wanita yang tergeletak tidak berdaya di lantai kantin. Raline menyipitkan mata karena seolah mengenal wanita yang pingsan itu."Ra sepertinya kenal wanita itu, deh, Bang.""Siapa, Sayang?""Entahlah, tetapi Ra lupa-lupa ingat. Siapa dia, ya?""Biarkan dia ditangani oleh dokter dulu, kalau penasaran nanti minta Jack atau Wibi untuk mengetahui identitasnya.""Iya.""Habiskan makannya, apa mau tambah lagi?""Tidak, Ra sudah kenyang."Raline dan Eddriz kembali ke kantor setelah selesai makan siang. Hanya dengan sekali
Asisten Wibi kembali mengirim vidio tentang Arum selama dua jam di dalam perusahaan. Dari CCTV terlihat wanita itu masuk ke kamar mandi. Tidak ke luar dari kamar mandi salama dua jam berlalu.Di dalam kamar mandi tidak ada CCTV. Sehingga bukti yang diberikan oleh Asisten Wibi hanya rekaman Arum masuk dan ke luar dari kamar mandi saja. Tidak ada yang tahu selama dua jam Arum melakukan apa saja."Sekarang ke mana wanita itu?" tanya Eddriz setelah Asisten Wibi selesai bercerita."Kami mengusir Nyonya Arum setelah dia menandatangani surat perjanjian, Tuan.""Surat perjanjian apa?"Asisten Wbi bercerita berniat melaporkan ke pihak yang berwajib tentang tindakan Arum hari ini. Harus ada efek jera agar tidak mengulangi lagi. Namun, wanita mantan istri itu memohon untuk tidak dibawa ke ranah hukum karena berniat baik..Asisten Wibi dan yang lain tidak mengetahui apa yang dimaksud niat baik Arum. Dengan menandatangani surat perjanjian di atas materai Arum melenggang ke luar perusahaan. Dengan
Eddriz memandang Arum dengan perasaan jijik dan kesal. Mantan istri itu terang-terangan menawarkan diri seperti wanita malam yang sedang menjajakan jasanya. Tiba-tiba teringat masa lalu yang dikalukan wanita mantan istri itu dulu saat berselingkuh."Kamu gila, aku bukan laki-laki yang doyan berselingkuh seperti kamu.""Aku tahu Bang Ed masih ada rasa cinta sama aku, jadi apa ...?" Arum tidak melanjutkan ucapannya saat Eddriz melambaikan tangan tanda tidak setuju."Stop, jangan dilanjutkan ucapan kamu, di sini tidak ada sama sekali nama kamu. Cinta masa lalu sudah aku kubur dalam-dalam, pergi dari sini!" Edrriz menunjuk dadanya sendiri."Bang Ed, please! aku ...!" Arum kembali tidak melanjutkan ucapannya karena mendengar suara seorang wanita yang memanggil dengan suara manja.."Abang!" teriak Raline pura-pura tidak mendengar percakapan suami dan mantan istrinya."Sayang, kemarilah!" Eddriz merentangkan tangannya menyambut Raline.Dengan sengaja Raline duduk dipangkuan Eddriz saling ber
Arum tetap tidak bisa dan dilarang keras masuk ke area resort milik Eddriz. Wanita mantan istri Eddriz itu dengan terpaksa ke luar dari area Ancol dengan kawalan ketat bodyguard pribadi Eddriz. Sambil komat-kamit mengucapkan sumpah serapah dan bahasa yang kasar seperti biasanya.Eddriz melihat semua yang dilakukan Arum dari kantor pribadi melalui CCTV. Hanya melihat sendiri tanpa didampingi oleh Raline. Sengaja tidak mengajak Raline agar istri tercinta bisa istirahat tanpa memikirkan apa pun terutama ulah mantan istri."Dasar wanita gila, ke laut saja sana!" teriak Eddriz ketika wanita mantan istri itu sesaat setelah di paksa ke luar dari area resort.Dengan menata hati dan menghilangkan emosi, Eddriz menyusul Raline yang sedang bersantai. Duduk di balkon sambil melihat deburan ombak dari samping resort. Tidak terlihat halaman depan terutama gerbang pintu utama sehingga Raline tidak melihat drama Arum yang ingin bertemu.Asisten Wibi mendekati Hanna yang sedang duduk berbincang dengan
Hanna terdiam sambil memandang wajah Asisten Wibi yang menunggu jawaban. Sayangnya, Hanna belum sempat menjawab pertanyaan cinta, ada suara Bang Jack menggelegar dari kejauhan, "Asisten Wibi!" teriaknya.Spontan Asisten Wibi dan Hanna menengok ke arah Bang Jack yang melambaikan tangan meminta untuk mendekat, "Ada apa?" tanya Asisten Wibi."Ada mantan istri Tuan Ed berjalan menuju ke sini!""Waduh gawat ini, Han. Tolong bantu Mas!""Ada apa, Mas?""Mantan istri Tuan Ed menuju ke sini, tadi Tuan Ed berpesan untuk mengusir dia!"Asisten Wibi berlari ke arah Bang Jack yang menunggu dengan cemas. Harus mencegah wanita mantan istri itu sebelum membuat ulah, "Mana orangnya?" tanya Asisten Wibi setelah berdiri disamping Bang Jack."Itu lihatlah!" Arum berjalan mendekati resort dengan dikawal asisten pribadi seorang wanita dan satu laki-laki yang tidak dikenal.Tidak hanya Bang Jack yang menunggu Asisten Wibi mendekat. Anak buah Bang Jack juga ikut menunggu perintah selanjutnya. Tindakan apa y