Jenny tersenyum sambil menggerakkan kepala seperti wanita India, "Nyonya kira Tuan Ed bersandiwara menikahi istri yang sekarang, perlu Nyonya tahu, setiap hari Jenny selalu melihat film India secara life. Yang kejar-kejaranlah, yang suap-suapan bahkan terkadang mereka pangku-pangkuan segala.""Kamu dibayar berapa sama Bang Ed untuk bercerita bohong, ha?" tanya Arum dengan kesal."Ooo, banyak sekali, tentunya sepuluh kali libat dari uang yang Anda pegang itu," jawab Jenny sambil menunjuk uang yang dipegang Arum. "Baik, nanti aku bayar dua puluh kali lipat dari ini, sekarang ini dulu dan ceritakan sekarang!""Maaf, Nyonya. Kalau tidak ada uang tidak ada cerita, bye!" Jenny melambaikan tangan menirukan lambaian tangan Arum saat masuk di acara resepsi tadi."Brengsek. dedemit jadi-jadian susah di kibulin," gerutu Arum sendiri berjalan masuk kamar mandi.Bang Jack yang dari tadi merekam perbincangan antara Jenny dan Arum dibalik tiang besar tersenyum. Langsung mengirim rekaman vidio ke p
Teriakan Eddriz yang terdengar emosi menciutkan sebagian orang yang mendengar di sekitar panggung pelaminan. Untung udah tidak ada tamu yang datang. Hanya ada kru WO dan karyawan hotel serta pegawai pribadi Eddriz.Arum tetap nekat ingin naik ke panggung pelaminan. Sayangnya, wanita hamil itu ditahan oleh Bang Jack dan tidak bisa bergerak, "Maaf, Nyonya. Sebaiknya Anda jangan naik dan silakan ke luar dari sini!"Raline menarik tangan Eddriz untuk tetap duduk. Mengusap pundaknya untuk mengurangi emosi yang meledak-ledak, "Bang, turunkan emosinya," bisik Raline mulutnya menempel di telinga.Eddriz tersenyum bukan karena emosi yang turun, tetapi tersenyum karena geli. Bibir Raline menempel di daun telinga yang membuat badan menjadi merinding. Apalagi tanpa dikomando keris tumpul tiba-tiba bangun sempurna tanpa diperintah."Apakah kaki masih pegal, Ra?""Masih, Bang.""Ayo kita ke kamar saja!""Tunggu sebentar, apakah boleh Ra melepas sepatu hight heels ini?" tanya Raline sambil membungk
"Abang jahat!" Raline menutup selimut sampai kepala dan wajah tidak terlihat seperti semula.Eddriz berjongkok dan turun dari tempat tidur. Membuka kembali selimut yang menutup wajah Raline. Walau senyuman bahagia selalu terlihat di bibir, tetapi khawatir karena dibilang jahat."Ra, Sayang. Apa salah Abang?"Raline kaget dan mengintip saat Eddriz memanggil sayang, "Banyak.""Coba sebutkan satu saja, biar Abang bisa memperbaiki diri?""Dulu Abang berjanji akan menunggu Ra sampai siap, mengapa tadi setengah memaksa. Ininya Ra sakit dan perih jadinya," jawab Raline dengan suara manja.Eddriz menahan tawa dengan menutup mulut menggunakan tangan kiri. Rasa yang ada tadi sama sekali tidak bisa dikandalikan. Cinta yang tumbuh tiba-tiba menuntut lebih karena sudah lama tidak melakukan itu."Maaf, Abang khilaf, habisnya Ra manis sekali jadi Abang ingin menikmatinya.""Ra bukan gula.""Iya, Ra itu cintanya Abang.""Gombal.""Maafkan Abang, Ra Sayang.""Ra kesal sama Abang sampai sekarang masih
Raline mengintip melalui celah pintu yang khusus bisa dilihat dari dalam dan tidak bisa dilihat dari luar, "Astagfirullah, mengapa mereka datang lali?"Raline berjalan perlahan menuju tempat tidur lagi sambil meringis karan masih ada rasa perih di sana. Bergegas mengambil ponsel dan mengirim pesan WA kepada suami, "Bang, mereka kembali. Sekarang ada di depan pintu kamar. Ra malas menghadapi mereka"Tidak ada satu detik pesan itu langsung dibaca oleh Eddriz. Sayangnya pesan itu tidak dijawab. Terlihat ponsel tidak dalam keadaan online lagi sesaat setelah membaca."Iiish, kebiasaan hanya dibaca saja. Biarkan saja kalau begitu, mau menekan bel pintu seribu kali juga emang gue pikirin," gerutu Raline sendiri berbaring dan menyelimuti tubuh sampai kepala.Raline mengira Eddriz tidak memperdulikan pesan WA tadi. Pasalnya hanya dibaca saja tanpa dijawab. Baru saja ingin memejamkan mata tiba-tiba pintu terbuka dan medengar ada keributan di luar kamar."Ra, Sayang!" teriak Eddriz tidak perduli
Eddriz baru percaya setelah anak buah Bang Jack mengirim foto bukti jika Arum dan Evan sudah masuk di apartemen mereka. Bahkan anak buah Bang Jack ikut masuk di komplek aparteman yang sebagian besar penghuninya adalah artis ibu kota. Lebih dari sepuluh foto bukti yang dikirim dan dilihat oleh Eddriz."Ok, silakan kalian kerja di tempat masing-masing. Jangan sampai malam ini istrirahatku teganggu!""Baik, Tuan. Kami permisi.""Hhmm."Yang belum bisa meninggalkan tempat hanya Jenny dan Pak Basri. Mereka sedang mempersiapkan makam malam untuk pasangan pengantin.Pak Basri dan Jenny menunggu perintah Eddriz untuk menyajikan di meja makan atau biarkan saja di meja dorong. Mereka berdiri sampai tim ke luar dari kamar. Biasanya pintu akan di tutup terlebih dahulu baru memerintahkan untuk dipersiapkan.Kali ini pintu masih terbuka saat Eddriz berbalik badan mendekati tempat tidur. Dari awal Raline sama sekali tidak turun dari tempat tidur. Raline hanya duduk meluruskan kaki sambil mendengarka
"Kurang ajar, wanita satu ini minta dilempar ke laut!" Eddriz mengayun tangan ingin melempar ponsel miliknya."Abang jangan dilempar!" teriak Raline.Eddriz menghentikan tangan saat posisi sudah di belakang pundak, "Mengapa tidak boleh dilempar, gara-gara ponsel ini Abang tidak bisa melihat cahaya mentari pagi di wajah Ra?""Iiish, malah merayu, bawa sini ponsel Abang!" Tangan Raline menengadah."Mau Ra apain?"Raline membuka penutup ponsel dengan alat kecil yang diambil dari balik cover ponsel milik sendiri. Mengeluarkan kartu kecil yang ada di dalamnya. Pasti sang mantan tidak bisa mengirim pesan WA lagi karena ponsel sudah non aktif."Sudah beres, ayo tidur!" Raline langsung berbaring dan menarik selimut."Iya, sini Abang peluk!"Malam ini Raline tidur terlelap dalam pelukan Eddriz. Sampai pagi hari Eddriz benar-benar membuktikan tidak lagi memaksa beraksi walau keris tumpul berontak menuntut. Hanya bisa menuntaskan di kamar mandi sendiri demi mendapatkan kepercayaan.Pagi harinya,
Tanpa diberitahu pun sebenarnya Raline sudah mengetahui jika suara teriakan yang di luar aadalah ayaah tiri dan istri. Suara itu terdengar pilu dan keputusasaan. Adaa suara ratapan yang terdengar menyayat hati dari dari tangisan itu.Atara kasihan dan dendam yang membara, Raline melangkah menuju gerbang utama dengan emosi dan kesal. Tidak memperdulikan panggilan suami yang sangat khawatir. Tidak mendengarkan larangan Bang Jack yang meminta untuk kembali."Jangan larang, Ra. Ayah durjana itu sudah saatnya diberikan pelajaraan!" teriaknya dengan lantang."Tetapi, Sayang. Abang ...?" Eddriz tidak melanjutkan ucapannya saat Raline meletak jari telunjuk di bibir.Ada suara teriakan Ayah Wisnu yang meminta bantuan keuangan karena terlilit hutang renternir. Raline membalikkan badan ketika Eddriz mengkuti dari belakang, "Bang, apakah boleh Ra minta uang cash?""Buat apa, Sayang.?""Ra ingin melelparkan uang itu ke wajah laki-laki tua yang tidak tahu diri itu!""Dengan senag hati, Abang ke kam
Pak Basri dan Jenny saling pandang saat Eddriz bertenya tentang keris tumpul kepada Raline. Tidak ada yang mengetahui istilah itu kecuali pasangan suami istri beda usia itu. Istilah yang terdengar aneh dan antik susah difahami artinya."Jangan membicarakan itu, Ra masih merasa ngilu kalau teringat itu!""Baiklah, tetapi jangan marah lagi, Abang tidak sengaja membentak Ra tadi.""Hhmm." Pak Basri masih bingung dan bertanya-tanya tentang pembicaraan tuan dan nyonyanya. Hanya memberikan kode kepada Jenny untuk bertanya. Sayangnya, Jenny menggelengkan kepala dan mengangkat pundak tanda tidak faham maksudnya."Basri, Jenny," panggil Eddriz duduk di samping Raline."Ya, Tuan!" Mereka menjawab dengan kompak dan keras."Persiapkan koper perjalanan selama dua malam tiga hari, kalian juga harus ikut!""Baik, Tuan," jawab Pak Basri."Perjalanan ke mana, Tuan. Biar Jenny mempersiapkan koper dengan sempurna.""Malam tahun baru di Malaysia, dan awal tahun di India."Jenny tersenyum simpul, "Siap,
Mendadak tim dokter yang dipimpin oleh Dokter Daniel dan Dokter Atika melakukan operasi caesar pada Raline. Jika sang suami sudah bertitah, Raline harus mengikuti yang diperintahkan. Rasa sakit sebenarnya masih bisa ditahan, tetapi karena Eddriz yang tidak tega melihat istri kecilnya kesakitan, terpaksa harus melakukan operasi saat itu juga.Yang lebih parah lagi Eddriz ikut masuk di ruang opesasi caesar selalu gelisah dan sedikit mengganggu proses operasi. Raline yang memakai setengah anastesi membuat Eddriz semakin bingung. Dari dada ke bawah tidak merasakan apapun, sedangkan mulai dari dada, pundak, tangan ke atas tetap normal dan bisa digerakkan.Laki-laki tua itu terus membuat drama gegara melihat proses operasi yang baru pertama kali. Melihat dokter mulai membuka jalan bayi yang ada di bawah pusar, Eddriz tegang. Takut sang istri meringis kesakitan seperti awal akan melahirkan tadi."Bang, ada apa?""Itu mulai di buka, apakah Ra tidak merasakan sakit?""Tidak.""Benarkah?""Aban
Yang dikhawatirkan mengganggu ketenangan Raline tidak muncul hari ini. Asisten Wibi mendapatkan kabar jika pengusaha baru ayah Wisnu sedang melakukan lobi bisnis di kota Surabaya. Ada lima tim sukses Ayah Wisnu yang berangkat bersamaan akan bersaing melawan perusahaan Bushiry Group.Raline sedang berada di supermarket besar yang ada di lantai satu rumah sakit. Dikawal Jenny dan Bibi Asih kanan dan kiri saat memilih makanan ringan di etalase. Ada pengawalan ketat Bang Jeck dari kejauhan memantau setiap lalu lalang pengunjung.Ada seorang wanita datang mengenakan masker, kaca mata hitam dan berhijab pasmina. Awalnya memilih makanan ringan di samping Jenny. Tidak melakukan hal yang mencurigakan layaknya pengunjung yang sedang berbelanja."Jenny, makanan ini menurutmu varian apa yang paling enak?" tanya Raline."Yang super pedas itu yang paling bikin ketagihan, Nyonya.""Apakah pedas banget?""Tentu saja, Nyonya. Lihatlah tingkat kepedasannya level sepuluh."Tiba-tiba wanita yang mengenak
Rumah sakit hari ini disibukkan dengan persiapan istri pemiliki rumah sakit yang diduga akan melahirkan. Hampir jalan menuju kamar khusus untuk persalinan sudah di sterilkan dari pengunjung rumah sakit. Setiap sudut dan lorong dijaga ketat oleh security dan anah buah Bang Jack.Tidak hanya ambulance yang dikawal oleh Bang Jack. Satu mobil yang di dalamnya ada Jenny, Pak Basri dan Bibi Asih juga langsung dikawal. Asisten Wibi bertugas menjemput sahabat Raline yaitu kekasih hati Hanna dan kekasih kepala bodyguard Shafea.Sampai di rumah sakit brankar sudah siap siaga menunggu di depaan pintu rumah sakit. Bergegas masuk menuju kamar dan diikuti oleh tim dokter langsung berlari menuju kamar khusus. Eddriz ikut berlari disamping branker dan menautkan tangan Raline dengan sempurna.Raline terus mengusap perut yang terkadang menegang terkadang anteng. Wajahnya terlihat bingung selalu melihat sekitar orang-orang yang terlihat tegang. Termasuk wajah Eddriz yang terlihat sangat khawatir dan cem
Raline mengulang membaca rekan bisnis yang telah merebut perusahaan milik orang tua teman sekolah. Hampir tidak percaya membaca nama yang tertera dalam laporan itu. Nama Ayah Wisnu yang menjadi perebut perusahaan itu.Raline terpaku dan bingung membaca laporan dari Asisten Wibi. Pasalnya ayah tiri itu tidak pernah mempunyai pengalaman memimpin perusahaan. Tidak pernah juga berkecimpung di dunia bisnis dalam skala besar."Tunggu sebentar, Sayang. Abang juga hampir tidak percaya ini.""Coba panggil asisten Abang sekarang!""Baik, Abang hubungi dia sekarang menggunakan ponsel saja biar cepat."Kurang dari lima menit Asisten Wibi datang dengan tergesa-gesa. Sudah menduga tentang yang akan ditanyakan oleh atasanya terutama sang istri. Sehingga datang dengan membawa bukti dan kabar yang lebih lengkap lagi."Apakah laporan yang kamu berikan tadi benar adanya, Wibi?""Benar sekali, Tuan.""Ayah tiri Ra sekarang seorang pengusaha dari perusahaan itu?""Iya, sekarang ini dia sudah pindah di Jak
Bang Jack berlari medekati karyawan wanita yang pingsan. Wanita muda berumur kurang dari dua puluh tahun itu memejamkan mata. Terlihat wajahnya pucat dan tubuhnya lemah tak berdaya."Cepat panggil petugas klinik!" teriak Bang Jack."Sudah, Bang. Teman wanita ini tadi berlari menuju ke sana!""Bagus, kalian mundur, berikan udara yang cukup agar dia bisa bernapas dengan lega!"Yang awalnya tidak terlihat dari posisi Raline karena adanya kerumunan orang. Sekarang terlihat jelas wanita yang tergeletak tidak berdaya di lantai kantin. Raline menyipitkan mata karena seolah mengenal wanita yang pingsan itu."Ra sepertinya kenal wanita itu, deh, Bang.""Siapa, Sayang?""Entahlah, tetapi Ra lupa-lupa ingat. Siapa dia, ya?""Biarkan dia ditangani oleh dokter dulu, kalau penasaran nanti minta Jack atau Wibi untuk mengetahui identitasnya.""Iya.""Habiskan makannya, apa mau tambah lagi?""Tidak, Ra sudah kenyang."Raline dan Eddriz kembali ke kantor setelah selesai makan siang. Hanya dengan sekali
Asisten Wibi kembali mengirim vidio tentang Arum selama dua jam di dalam perusahaan. Dari CCTV terlihat wanita itu masuk ke kamar mandi. Tidak ke luar dari kamar mandi salama dua jam berlalu.Di dalam kamar mandi tidak ada CCTV. Sehingga bukti yang diberikan oleh Asisten Wibi hanya rekaman Arum masuk dan ke luar dari kamar mandi saja. Tidak ada yang tahu selama dua jam Arum melakukan apa saja."Sekarang ke mana wanita itu?" tanya Eddriz setelah Asisten Wibi selesai bercerita."Kami mengusir Nyonya Arum setelah dia menandatangani surat perjanjian, Tuan.""Surat perjanjian apa?"Asisten Wbi bercerita berniat melaporkan ke pihak yang berwajib tentang tindakan Arum hari ini. Harus ada efek jera agar tidak mengulangi lagi. Namun, wanita mantan istri itu memohon untuk tidak dibawa ke ranah hukum karena berniat baik..Asisten Wibi dan yang lain tidak mengetahui apa yang dimaksud niat baik Arum. Dengan menandatangani surat perjanjian di atas materai Arum melenggang ke luar perusahaan. Dengan
Eddriz memandang Arum dengan perasaan jijik dan kesal. Mantan istri itu terang-terangan menawarkan diri seperti wanita malam yang sedang menjajakan jasanya. Tiba-tiba teringat masa lalu yang dikalukan wanita mantan istri itu dulu saat berselingkuh."Kamu gila, aku bukan laki-laki yang doyan berselingkuh seperti kamu.""Aku tahu Bang Ed masih ada rasa cinta sama aku, jadi apa ...?" Arum tidak melanjutkan ucapannya saat Eddriz melambaikan tangan tanda tidak setuju."Stop, jangan dilanjutkan ucapan kamu, di sini tidak ada sama sekali nama kamu. Cinta masa lalu sudah aku kubur dalam-dalam, pergi dari sini!" Edrriz menunjuk dadanya sendiri."Bang Ed, please! aku ...!" Arum kembali tidak melanjutkan ucapannya karena mendengar suara seorang wanita yang memanggil dengan suara manja.."Abang!" teriak Raline pura-pura tidak mendengar percakapan suami dan mantan istrinya."Sayang, kemarilah!" Eddriz merentangkan tangannya menyambut Raline.Dengan sengaja Raline duduk dipangkuan Eddriz saling ber
Arum tetap tidak bisa dan dilarang keras masuk ke area resort milik Eddriz. Wanita mantan istri Eddriz itu dengan terpaksa ke luar dari area Ancol dengan kawalan ketat bodyguard pribadi Eddriz. Sambil komat-kamit mengucapkan sumpah serapah dan bahasa yang kasar seperti biasanya.Eddriz melihat semua yang dilakukan Arum dari kantor pribadi melalui CCTV. Hanya melihat sendiri tanpa didampingi oleh Raline. Sengaja tidak mengajak Raline agar istri tercinta bisa istirahat tanpa memikirkan apa pun terutama ulah mantan istri."Dasar wanita gila, ke laut saja sana!" teriak Eddriz ketika wanita mantan istri itu sesaat setelah di paksa ke luar dari area resort.Dengan menata hati dan menghilangkan emosi, Eddriz menyusul Raline yang sedang bersantai. Duduk di balkon sambil melihat deburan ombak dari samping resort. Tidak terlihat halaman depan terutama gerbang pintu utama sehingga Raline tidak melihat drama Arum yang ingin bertemu.Asisten Wibi mendekati Hanna yang sedang duduk berbincang dengan
Hanna terdiam sambil memandang wajah Asisten Wibi yang menunggu jawaban. Sayangnya, Hanna belum sempat menjawab pertanyaan cinta, ada suara Bang Jack menggelegar dari kejauhan, "Asisten Wibi!" teriaknya.Spontan Asisten Wibi dan Hanna menengok ke arah Bang Jack yang melambaikan tangan meminta untuk mendekat, "Ada apa?" tanya Asisten Wibi."Ada mantan istri Tuan Ed berjalan menuju ke sini!""Waduh gawat ini, Han. Tolong bantu Mas!""Ada apa, Mas?""Mantan istri Tuan Ed menuju ke sini, tadi Tuan Ed berpesan untuk mengusir dia!"Asisten Wibi berlari ke arah Bang Jack yang menunggu dengan cemas. Harus mencegah wanita mantan istri itu sebelum membuat ulah, "Mana orangnya?" tanya Asisten Wibi setelah berdiri disamping Bang Jack."Itu lihatlah!" Arum berjalan mendekati resort dengan dikawal asisten pribadi seorang wanita dan satu laki-laki yang tidak dikenal.Tidak hanya Bang Jack yang menunggu Asisten Wibi mendekat. Anak buah Bang Jack juga ikut menunggu perintah selanjutnya. Tindakan apa y