Eddriz tiba-tiba teringat di luar ada banyak wartawan yang sedang mewawancarai Asisten Wibi. Jika akan ke luar kamar sekarang akan ada banyak resiko yang terjadi. Disamping Raline diketahui media, juga akan emosi karena adanya berita viral tentang mantan istri dan suami yang baru ditemui tadi."Tunggu laporan dari Asisten Wibi, ok?""Hhhmm," Raline mengerucutkan bibirnya karena kecewa."Besok Abang ke Thailand, apakah Ra mau ikut?"Raline mengerutkan keningnya teringat sudah janjian dengan Shafea dan Hanna mulai dari subuh. Pasti harus melakukan penyamaran dan sembunyi dari media jika harus ikut ke negara yang dijuluki negeri gajah putih itu. Sangat merepotkan dan menguras tenaga dan pikiran."Tidak, Bang. Ra di sini saja, nanti setelah acara resepsi baru Ra akan ikut Abang naik pesawat. Anggap saja Ra sudah pernah naik esdawat karena Ra sudah pernah naik truk tronton." Eddriz bukan hanya tergelak, dia tertawa terbahak-bahak sambil memeluk Raline dengan gemas. Bertepatan Asisten Wib
Bersamaan Eddriz mengejar Raline, bersamaan pula ada yang mengetuk pintu dari luar. Kebetulan Eddriz memegang ponsel, spontan laki-laki tua suami Raline itu mengarahkan ponsel ke pintu. Pak Basri dan Jenny masuk, bersamaan Raline tertangkap dan berada dalam pelukan Eddriz."Ampun, Bang. Ra nyerah!""Eee maaf, Tuah." Pak Basri dan Jenny spontan berbalik badan karena melihat Eddriz yang memeluk Raline dari belakang."Sana kalian keluar, tinggalkan meja di situ saja!" perintah Eddriz masih tetap memeluk Raline."Siap, Tuan.""Abang, ampun!" sepasang suami istri itu masih bercanda tanpa merperdulikan dipandang dengan senyum yang mengembang oleh Jenny dan Pak Basri."Pokoknya Ra harus mendapat hukuman karena telah usil sama Abang."Bak Basri terpaksa menarik tangan Jenny untuk bergegas ke luar kamar. Jenny ikut tersenyum menyaksikan pemandangan langka dan enggan melangkah, "Jangan melihat singa yang sedang jatuh cinta, nanti Jenny terkena cakarnya, ayo cepat keluar," bisik Pak Basri berjal
Raline langsung menutup mulut saat mendengar ada si mantan istri di aula hotel. Hanya membayangkan wanita hamil itu saja pikiran sudah berkelana entah ke mana. Pasalnya teringat suami tua itu yang selalu marah, emosi dan mengamuk saat mendengar tentang dia."Jenny, panggil Bang Jack dan Pak Basri sekarang!" perintah Raline tanpa sadar juga ikut emosi."Siap laksanakan, Nyonya Ra!" Jenny berlari ke luar kamar dengan langkah gemulai."Han, Fea. Nanti jangan takut dan kaget kalau Bang Jack mengeluarkan taringnya," canda Raline saat melihat dua sahabat itu mulai tegang."Fea sudah tegang duluan, Ra. bodyguard itu menyeramkan.""Hanna juga sangat takut saat mata dia melotot, seolah dia mau menelan Hanna mentah-mentah."Raline tergelak sambil menggelengkan kepala, "Bang Jack itu tampangnya galak, tetapi hatinya selembut salju.""Benarkah?" Hanna yang paling antusias mendengar Raline bercerita."Ngomong-ngomong apakah dia masih bujang?" tanya Shafea ikut antusias.Raline tersenyum simpul ter
Tidak perduli meeting baru berjalan setengah dan belum ada kesepakatan serta keputusan. Eddriz bergegas pulang memenuhi permintaan Raline. Hanya Asisiten Wibi yang diperintahkan untuk melanjutkan meeting dan akan dipantau melalui online."Tuan Ed sekarang benar-benar sedang mabuk kepayang dengan istri barunya," gumam Asisten Wibi saat melihat Eddriz bergegas ke luar dari ruang meeting yang ada di perusaahaaan di Thailand.Dari kantor sampai bandara dan menuju Indonesia, Eddriz terus chatting dengan Raline. Raline tetap tidak mau ke luar dari kamar hotel yang tadi ditempai dua sahabat. Hanya Jenny saja yang menemani di dalam kamar, sedangkan Pak Basri menunggu di samping lobi mengawasi sekitar hotel.Perjalanan Thailand Indonesia tidak lah sebentar. Bersamaan Seminar selesai bersamaan Eddriz sampai di lobi hotel. Bersamaan pula Disainer kondang Arum Maharani dan tim keluar dari ruang aula. Aula berada di samping lobi paling ujung dan posisi lift ada di tengah. Eddriz dengan pengawala
Eddriz tersenyum sambil memandang Raline yang terlelap dalam pelukan. Mengusap rambut yang terurai, mengusap bibir yang mungil. Kemudian berpindah ke pipi dan mengecupnya sekilas."Abang berjanji akan menunggu sampai kamu siap, Ra. Tolong jangan pergi dari sisi Abang," monolog Eddriz sendiri.Setelah Raline terlelap, Eddriz turun dari tempat tidur. Duduk di sofa panjang dan membuka laptop. Harus melanjutkan meeting dengan pemegang saham yang ada di negara Thailand.Walau ada perbedaan waktu antara dua negara, tetapi tidak ada kendala sedikitpun. Mungkin karena Eddriz hatinya sedang berbunga-bunga. Tidak ada emosi dan marah seperti biasa saat meeting tidak sesuai ekspektasi.Eddriz ikut tidur di samping Raline saat sudah selesai meeting. Yang dulu tidur selalu di batasi dengan guling, sekarang guling itu sudah berubah fungsi. Guling yang bernapas lebih hangat dan lebih menyenangkan.Pukul sepertiga malam, Raline terbangun seperti biasa. Yang biasanya bisa langsung turun tanpa menggeser
Perlahan Raline mendekati benda yang jatuh di tengah taman. Ada koran yang dugulung dan terlihat kusut. Jika didengar dari suaranya kemungkinan ada benda keras di dalamnyaBaru saja jongkok untuk memeriksa, tiba-tiba ada suara berteriak, "Jangan disentuh, Ra!" teriaknya."Astagfirullah, Abang bikin kaget saja!"Eddriz langsung menarik Raline dalam pelukan. Tadi berniat mengajak sarapan berdua di taman. Tidak menyangka tiba-tiba ada sesuatu melayang sampai di tengah taman.Tidak mengetahui berasal dari mana benda itu datang. Yang terlihat sesaat benda itu berada di tengah taman. Seperti surat kaleng yang tidak bernama."Jack!" teriak Eddriz dengan suara menggelegar.Tidak hanya Bang Jack yang datang, lima anak buah dan tiga security juga ikut datang. Ditambah Pak Basri dan Jenny juga ikut datang. Suara Eddriz yang terdengar seperti suara saat dia mengalami krisis kepercayaan diri dulu."Ada apa, Tuan?""Itu benda terbungkus koran hampir mengenai Ra, kamu periksa sekarang!""Siap, Tuan.
Dalam laporan Bang Jack mengatakan dua laki-laki itu sudah ke luar dari komplek perumahan elit itu sesaat setelah melempar batu setengah jam yang lalu. Tepatnya sesaat setelah melempar ke taman mereka langsung pergi meninggalkan komplek perumahan.Nomor motor yang dipakai hanya nomor palsu. Setelah diselidiki dan di croscek dengan teman kepolisian yang berwenang tidak ada nomor itu. Dicari dikaryawan ojek online juga tidak ada yang mirip seperti motor itu."Jadi bagamana, Bang?" tanya Raline."Dia sudah ke luar dari komplek saat Jack ke pos pintu gerbang komplek."Raline memegang dagu sambil mengangguk, "Padahal Ra ingin tenang di sini, tetapi mengapa lebih tidak lebih tidak tenang, ya?" "Apakah mau pindah lagi?""Pindah ke mana, Bang?""Jangan seperti orang miskin, Ra. Abang masih punya rumah selain di sini, punya apartemen juga. Ra tinggal bilang mau yang seperti apa?"Raline tersenyum kecut, dibilang orang miskin, dari kecil sudah terbiasa hidup dengan pas-pasan. Tidak pernah tahu
Walau Raline tidak bisa membalas saat Edrriz mengeksplor dan menyusuri bibir mungilnya. Namun, Raline bisa merasakan dan menikmati getaran yang disalurkan. Sampai Raline hampir kehabisan oksigen, tautan dua bibir itu baru terlepas sempurna."Abang." Wajah Raline merona seperti tomat karena malu.Eddriz mengusap bibir Raline yang basah setelah menurunkan Raline, "Apakah Ra baru pertama melakukannya?" "Iya, Ra jadi malu.""Pantas saja, lain kali dibalas jangan hanya menikmati saja!"Raline memonyongkan bibirnya lima centimeter, "Ra tidak tahu caranya, bagaimana bisa membalas?""Mau Abang ajarin?" Badan Eddriz sedikit membungkuk.Raline spontan melihat jam diniding yang berada di atas pintu. Sebentar lagi suami harus berangkat kerja karena akan meeting. Selain karena malu juga masih canggung karena tidak pernah melakukan adegan dewasa itu."Coba lihat sudah jam berapa, Abang?""Meeting bisa ditunda, kalau Ra mau diajarin.""Eee, tidak Ra malu.""Baiklah, Abang tidak akan memaksa."Akhir
Mendadak tim dokter yang dipimpin oleh Dokter Daniel dan Dokter Atika melakukan operasi caesar pada Raline. Jika sang suami sudah bertitah, Raline harus mengikuti yang diperintahkan. Rasa sakit sebenarnya masih bisa ditahan, tetapi karena Eddriz yang tidak tega melihat istri kecilnya kesakitan, terpaksa harus melakukan operasi saat itu juga.Yang lebih parah lagi Eddriz ikut masuk di ruang opesasi caesar selalu gelisah dan sedikit mengganggu proses operasi. Raline yang memakai setengah anastesi membuat Eddriz semakin bingung. Dari dada ke bawah tidak merasakan apapun, sedangkan mulai dari dada, pundak, tangan ke atas tetap normal dan bisa digerakkan.Laki-laki tua itu terus membuat drama gegara melihat proses operasi yang baru pertama kali. Melihat dokter mulai membuka jalan bayi yang ada di bawah pusar, Eddriz tegang. Takut sang istri meringis kesakitan seperti awal akan melahirkan tadi."Bang, ada apa?""Itu mulai di buka, apakah Ra tidak merasakan sakit?""Tidak.""Benarkah?""Aban
Yang dikhawatirkan mengganggu ketenangan Raline tidak muncul hari ini. Asisten Wibi mendapatkan kabar jika pengusaha baru ayah Wisnu sedang melakukan lobi bisnis di kota Surabaya. Ada lima tim sukses Ayah Wisnu yang berangkat bersamaan akan bersaing melawan perusahaan Bushiry Group.Raline sedang berada di supermarket besar yang ada di lantai satu rumah sakit. Dikawal Jenny dan Bibi Asih kanan dan kiri saat memilih makanan ringan di etalase. Ada pengawalan ketat Bang Jeck dari kejauhan memantau setiap lalu lalang pengunjung.Ada seorang wanita datang mengenakan masker, kaca mata hitam dan berhijab pasmina. Awalnya memilih makanan ringan di samping Jenny. Tidak melakukan hal yang mencurigakan layaknya pengunjung yang sedang berbelanja."Jenny, makanan ini menurutmu varian apa yang paling enak?" tanya Raline."Yang super pedas itu yang paling bikin ketagihan, Nyonya.""Apakah pedas banget?""Tentu saja, Nyonya. Lihatlah tingkat kepedasannya level sepuluh."Tiba-tiba wanita yang mengenak
Rumah sakit hari ini disibukkan dengan persiapan istri pemiliki rumah sakit yang diduga akan melahirkan. Hampir jalan menuju kamar khusus untuk persalinan sudah di sterilkan dari pengunjung rumah sakit. Setiap sudut dan lorong dijaga ketat oleh security dan anah buah Bang Jack.Tidak hanya ambulance yang dikawal oleh Bang Jack. Satu mobil yang di dalamnya ada Jenny, Pak Basri dan Bibi Asih juga langsung dikawal. Asisten Wibi bertugas menjemput sahabat Raline yaitu kekasih hati Hanna dan kekasih kepala bodyguard Shafea.Sampai di rumah sakit brankar sudah siap siaga menunggu di depaan pintu rumah sakit. Bergegas masuk menuju kamar dan diikuti oleh tim dokter langsung berlari menuju kamar khusus. Eddriz ikut berlari disamping branker dan menautkan tangan Raline dengan sempurna.Raline terus mengusap perut yang terkadang menegang terkadang anteng. Wajahnya terlihat bingung selalu melihat sekitar orang-orang yang terlihat tegang. Termasuk wajah Eddriz yang terlihat sangat khawatir dan cem
Raline mengulang membaca rekan bisnis yang telah merebut perusahaan milik orang tua teman sekolah. Hampir tidak percaya membaca nama yang tertera dalam laporan itu. Nama Ayah Wisnu yang menjadi perebut perusahaan itu.Raline terpaku dan bingung membaca laporan dari Asisten Wibi. Pasalnya ayah tiri itu tidak pernah mempunyai pengalaman memimpin perusahaan. Tidak pernah juga berkecimpung di dunia bisnis dalam skala besar."Tunggu sebentar, Sayang. Abang juga hampir tidak percaya ini.""Coba panggil asisten Abang sekarang!""Baik, Abang hubungi dia sekarang menggunakan ponsel saja biar cepat."Kurang dari lima menit Asisten Wibi datang dengan tergesa-gesa. Sudah menduga tentang yang akan ditanyakan oleh atasanya terutama sang istri. Sehingga datang dengan membawa bukti dan kabar yang lebih lengkap lagi."Apakah laporan yang kamu berikan tadi benar adanya, Wibi?""Benar sekali, Tuan.""Ayah tiri Ra sekarang seorang pengusaha dari perusahaan itu?""Iya, sekarang ini dia sudah pindah di Jak
Bang Jack berlari medekati karyawan wanita yang pingsan. Wanita muda berumur kurang dari dua puluh tahun itu memejamkan mata. Terlihat wajahnya pucat dan tubuhnya lemah tak berdaya."Cepat panggil petugas klinik!" teriak Bang Jack."Sudah, Bang. Teman wanita ini tadi berlari menuju ke sana!""Bagus, kalian mundur, berikan udara yang cukup agar dia bisa bernapas dengan lega!"Yang awalnya tidak terlihat dari posisi Raline karena adanya kerumunan orang. Sekarang terlihat jelas wanita yang tergeletak tidak berdaya di lantai kantin. Raline menyipitkan mata karena seolah mengenal wanita yang pingsan itu."Ra sepertinya kenal wanita itu, deh, Bang.""Siapa, Sayang?""Entahlah, tetapi Ra lupa-lupa ingat. Siapa dia, ya?""Biarkan dia ditangani oleh dokter dulu, kalau penasaran nanti minta Jack atau Wibi untuk mengetahui identitasnya.""Iya.""Habiskan makannya, apa mau tambah lagi?""Tidak, Ra sudah kenyang."Raline dan Eddriz kembali ke kantor setelah selesai makan siang. Hanya dengan sekali
Asisten Wibi kembali mengirim vidio tentang Arum selama dua jam di dalam perusahaan. Dari CCTV terlihat wanita itu masuk ke kamar mandi. Tidak ke luar dari kamar mandi salama dua jam berlalu.Di dalam kamar mandi tidak ada CCTV. Sehingga bukti yang diberikan oleh Asisten Wibi hanya rekaman Arum masuk dan ke luar dari kamar mandi saja. Tidak ada yang tahu selama dua jam Arum melakukan apa saja."Sekarang ke mana wanita itu?" tanya Eddriz setelah Asisten Wibi selesai bercerita."Kami mengusir Nyonya Arum setelah dia menandatangani surat perjanjian, Tuan.""Surat perjanjian apa?"Asisten Wbi bercerita berniat melaporkan ke pihak yang berwajib tentang tindakan Arum hari ini. Harus ada efek jera agar tidak mengulangi lagi. Namun, wanita mantan istri itu memohon untuk tidak dibawa ke ranah hukum karena berniat baik..Asisten Wibi dan yang lain tidak mengetahui apa yang dimaksud niat baik Arum. Dengan menandatangani surat perjanjian di atas materai Arum melenggang ke luar perusahaan. Dengan
Eddriz memandang Arum dengan perasaan jijik dan kesal. Mantan istri itu terang-terangan menawarkan diri seperti wanita malam yang sedang menjajakan jasanya. Tiba-tiba teringat masa lalu yang dikalukan wanita mantan istri itu dulu saat berselingkuh."Kamu gila, aku bukan laki-laki yang doyan berselingkuh seperti kamu.""Aku tahu Bang Ed masih ada rasa cinta sama aku, jadi apa ...?" Arum tidak melanjutkan ucapannya saat Eddriz melambaikan tangan tanda tidak setuju."Stop, jangan dilanjutkan ucapan kamu, di sini tidak ada sama sekali nama kamu. Cinta masa lalu sudah aku kubur dalam-dalam, pergi dari sini!" Edrriz menunjuk dadanya sendiri."Bang Ed, please! aku ...!" Arum kembali tidak melanjutkan ucapannya karena mendengar suara seorang wanita yang memanggil dengan suara manja.."Abang!" teriak Raline pura-pura tidak mendengar percakapan suami dan mantan istrinya."Sayang, kemarilah!" Eddriz merentangkan tangannya menyambut Raline.Dengan sengaja Raline duduk dipangkuan Eddriz saling ber
Arum tetap tidak bisa dan dilarang keras masuk ke area resort milik Eddriz. Wanita mantan istri Eddriz itu dengan terpaksa ke luar dari area Ancol dengan kawalan ketat bodyguard pribadi Eddriz. Sambil komat-kamit mengucapkan sumpah serapah dan bahasa yang kasar seperti biasanya.Eddriz melihat semua yang dilakukan Arum dari kantor pribadi melalui CCTV. Hanya melihat sendiri tanpa didampingi oleh Raline. Sengaja tidak mengajak Raline agar istri tercinta bisa istirahat tanpa memikirkan apa pun terutama ulah mantan istri."Dasar wanita gila, ke laut saja sana!" teriak Eddriz ketika wanita mantan istri itu sesaat setelah di paksa ke luar dari area resort.Dengan menata hati dan menghilangkan emosi, Eddriz menyusul Raline yang sedang bersantai. Duduk di balkon sambil melihat deburan ombak dari samping resort. Tidak terlihat halaman depan terutama gerbang pintu utama sehingga Raline tidak melihat drama Arum yang ingin bertemu.Asisten Wibi mendekati Hanna yang sedang duduk berbincang dengan
Hanna terdiam sambil memandang wajah Asisten Wibi yang menunggu jawaban. Sayangnya, Hanna belum sempat menjawab pertanyaan cinta, ada suara Bang Jack menggelegar dari kejauhan, "Asisten Wibi!" teriaknya.Spontan Asisten Wibi dan Hanna menengok ke arah Bang Jack yang melambaikan tangan meminta untuk mendekat, "Ada apa?" tanya Asisten Wibi."Ada mantan istri Tuan Ed berjalan menuju ke sini!""Waduh gawat ini, Han. Tolong bantu Mas!""Ada apa, Mas?""Mantan istri Tuan Ed menuju ke sini, tadi Tuan Ed berpesan untuk mengusir dia!"Asisten Wibi berlari ke arah Bang Jack yang menunggu dengan cemas. Harus mencegah wanita mantan istri itu sebelum membuat ulah, "Mana orangnya?" tanya Asisten Wibi setelah berdiri disamping Bang Jack."Itu lihatlah!" Arum berjalan mendekati resort dengan dikawal asisten pribadi seorang wanita dan satu laki-laki yang tidak dikenal.Tidak hanya Bang Jack yang menunggu Asisten Wibi mendekat. Anak buah Bang Jack juga ikut menunggu perintah selanjutnya. Tindakan apa y