Ayah Wisnu sangat tahu jika Raline memiliki ilmu bela diri yang mumpuni. Dengan membawa lima bodyguard jelas Raline kalah telak karena disamping kalah jumlah juga kalah ilmu bela diri.
"Ayo, ikut kami, Nona!" Dua Bodyguard langsung mencengkeram tangan Raline kanan dan kiri."Apa-apaan ini? Lepaskan tangan Ra!" teriak Raline sambil meronta."Percuma Anda melawan, Nona. Sebaiknya simpan tenaga Anda untuk nanti malam!" Salah satu Bodyguard berbicara sambil tergelak."Apa salah Ra, Ayah?" tanya Raline sambil terus meronta dan berusaha terlepas dari cengkeraman dua bodyguard.Ayah Wisnu tergelak sambil membuka kertas yang baru saja ditandatangani oleh Raline, "Ra lihat dan baca ini!"Mata Raline terbelalak dengan sempurna saat membaca surat perjanjian yang disodorkan ayah Wisnu. Tertulis di kertas itu terlihat jelas bahwa Raline bersedia menikah dengan seorang laki-laki bernama Eddriz Bushiry untuk melunasi hutang. Tanda tangan yang awalnya dikira penyerahan uang asuransi sekarang berubah menjadi surat perjanjian hutang."Ayah menjual Ra?" tanya Raline dengan suara keras dan emosi."Iya, itu akibat Ra selalu menolak Ayah.""Brengsek, dasar Ayah durjana. Lepaskan Ra!" teriak Raline terus meronta bahkan kaki diangkat ingin menendang Ayah Wisnu."Itu akibat Ra tidak mau menuruti keinginan Ayah, rasakan sendiri akibatnya!" teriak Ayah Wisnu dengan emosi."Ayah bejat dan tidak berperikemanusiaan, semoga suatu saat nanti membusuk sendirian!"Ayah Wisnu tertawa terbahak-bahak karena merasa menang. Baru kali ini melihat putri tiri tidak berdaya di tangan bodyguard yang berpenampilan garang dan berbadan kekar. Biasanya Ayah Wisnu selalu kalah karena pertahanan sang putri yang sangat kuat, tetapi sekarang ini Raline yang tidak berdaya."Mulai sekarang kita tidak ada hubungan lagi, Ra. Selamat menikmati harimu yang baru!"Dengan penuh amarah dan emosi Raline bersumpah serapah. Disertai nama binatang didaftar satu per satu. Mengungkapkan kemarahan hati yang memuncak karena tega menjual anak sendiri."Ra berjanji suatu saat nanti Ayah akan Ra kejar sampai liang lahat pun tidak perduli!""Silakan saja kalau Ra bisa lepas dari orang yang membeli Ra saat ini!""Brengsek!""Ayah yakin Ra yang akan membusuk terlebih dahulu pada bos killer itu!"Raline terdiam dan tidak memberontak lagi mendengar Ayah Wisnu yang berbicara dengan penuh keyakinan. Tidak mengenal nama yang tertera di surat perjanjian. Hanya mendengar sebutan saja rasanya mulai merinding.Dua bodyguard yang mengawal langsung memasukkan Raline dalam mobil mewah yang terparkir di ujung parkiran. Meronta pun tetap Raline tidak berdaya. Disamping karena masih memakai baju kebaya dan toga, kekuatan yang dimiliki tidak sebanding dengan bodyguard yang berbadan kekar dan tinggi besar.Ayah Wisnu bertolak pinggang melihat mobil mewah yang mulai bergerak mundur. Wajah jahatnya sangat terlihat saat senyuman devil itu tersungging di bibirnya. Terus memandangi Raline yang terdiam tidak berdaya."Selamat menikmati neraka, Ra!" teriak Ayah Wisnu sambil melambaikan tangan dan tergelak.Raline hanya terdiam dan menatap wajah Ayah Wisnu dengan penuh kebencian. Dendam hati kini semakin membara pada ayah tiri durjana. Raline hanya memakai tas kecil berisi dopet dan identitas. Hanya ada uang lima lembar warna merah. Ponsel yang baterainya hampir habis dan tidak membawa charger.Dalam perjalanan, Raline termenung meratapi nasibnya kini. Tidak mengetahui dijual pada orang seperti apa dan akan dijadikan apa nantinya juga tidak tahu. Hampir dua jam perjalanan tanpa berhenti menuju luar kota Jakarta. Raline memperhatikan setiap jalan yang dilewati. Berniat mengingat semua untuk berjaga-jaga dengan hal yang paling buruk sekali pun.Setelah tiga jam berlalu, mobil berhenti di sebuah villa yang ada di puncak. Villa yang berdiri megah dan sangat terlihat mewah. Hanya sayangnya villa itu terlihat sepi hanya ada beberapa pegawai dan security yang berjaga."Silakan turun, Nona!""Tidak perlu di pegang, Ra bisa turun sendiri!" teriak Raline sambil menghempaskan tangan salah satu bodyguard yang akan menarik tangannya."Silakan saja, yang penting jangan coba-coba kabur dari sini!"Raline berjalan hanya dikawal dua bodyguard kanan dan kiri masuk villa. Pintu terbuka dari dalam oleh dua wanita paruh baya yang menyambut sambil menunduk hormat, "Silakan masuk, Nona. Mari ikuti Bibi!"Raline hanya diam saja dan memandang dua bibi yang memakai seragam. Mereka bergantian mengawal setelah dua bodyguard berhenti di depan pintu."Antar ke kamar Tuan Ed sekarang, Bibi!" perintah salah satu Bodyguard."Siap, Pak."Raline mengerutkan keningnya mendengar salah satu bodyguard menyebut nama Tuan Ed. Nama itu tidak asing di telinga karena Ayah Wisnu sering menyebut nama itu saat sedang melakukan panggilan lewat ponsel. Mulai menyadari orang yang dimaksud adalah bos tempat Ayah Wisnu bekerja.Pernah mendengar cerita dari Ibu Rayya jika bos perusahaan dari ayah tiri adalah laki-laki seumuran ayah kandung. Orangnya tegas, tidak perduli kawan atau lawan jika menentang pasti akan didepak dari perusahaan. Wajahnya garang dan berwibawa, jarang tersenyum dan memiliki istri tetapi belum memiliki keturunan.Satu tahun terakhir ini mengetahui bos dari Ayah Wisnu telah bercerai karena istrinya berselingkuh dengan disainer terkenal. Istri dari Tuan Eddriz Bushiry juga seorang disainer kondang yang ada di Jakarta. Karena keduanya bekerja sama sehingga dari rekan kerja menjadi teman kencan walau keduanya sudah memiliki pasangan masing-masing."Silakan duduk, Nona!" perintah Bibi Asih.Raline duduk dan memandangi kamar yang terlihat besar dan mewah. Ukurannya sepuluh kali lipat kamar miliknya. Semua peralatan dan perlengkapan sangat mewah dan berkelas.Raline masih diam dan waspada saja tanpa bertanya ataupun menjawab bibi yang mencoba sok akrab. Dua bibi yang mengatakan untuk menunggu sampai ada perias datang. Mengatakan silakan meminta apapun termasuk makanan atau minuman yang diinginkan.Satu jam, dua jam sampai mununggu lebih dari empat jam Raline masih terdiam dan membisu. Disuguhi minum atau pun kue, sama sekali tidak Raline sentuh. Ditawari menu makan hanya menggelengkan kepala saja.Pukul tiga sore, kepala pelayan masuk kamar dengan membawa dua koper besar dan kecil. Yang besar di letakkan di dekat lemari pakaian. Koper yang kecil diletakkan di meja dekat sofa yang Raline duduki."Nona, perkenalkan nama saya Pak Basri. Ini koper milik perias pengantin yang sebentar lagi orangnya akan masuk ke sini. Silakan Anda mandi dulu!"Raline menggelengkan kepala dan enggan bangun dari tempat duduk. Hanya melirik jam yang ada di atas pintu kamar. Biasanya jika di rumah akan mandi sore sekitar pukul lima sore."Cepat bangun dan silakan mandi, Nona. Perias akan segera datang. Akad nikah akan dilaksanakan satu jam lagi!""Siapa yang akan menikah?" tanya Raline kaget.Pak Basri tergelak mendengar pertanyaan Raline. Pasalnya laki-laki jangkung itu tidak tahu asal-usul Raline. Yang dia tahu hanya tuannya saat ini akan menikah dengan gadis belia yang ada dihadapan secara diam-diam hari ini. "Anda ini bagaimana sih, Nona. Masak Anda tidak tahu hari pernikahan sendiri?" tanya Pak Basri sambil menggelengkan kepala. Raline mengerutkan keningnya teringat nama bos dari Ayah Wisnu adalah laki-laki dewasa. Hanya menebak berarti akan dinikahkan dengan putra angkat atau anak dari saudaranya. Atau mungkin akan dinikahkan dengan anak buah bos yang dipanggil Tuan Ed. "Eee, cepat dan jangan melamun, Nona!" perintah Pak Basri mengagetkan Raline yang sedang melamun. "Iya." Raline masih tetap tidak bertanya dan hanya menjawab sekedarnya enggan untuk bertanya akan menikah dengan siapa. Di kamar mandi semua peralatan sudah lengkap disediakan. Raline mandi dan kembali memakai baju yang tadi dipakainya tanpa menyentuh barang yang ada di kamar mandi. Ke luar dari kama
Mulut Eddriz Bushiry memerintahkan untuk Raline tersenyum bahagia walau tanpa suara. Tangan kiri laki-laki yang sekarang ini menjadi suaminya menarik kebaya bagian belakang dengan kencang. Wajahnya yang garang terlihat semakin garang saat mata melotot melakukan ancaman yang tidak terlihat kamera. Dengan sengaja Raline mengikuti perintah laki-laki yang sekarang ini menjadi suami. Tersenyum dengan tulus sambil melambaikan tangan. Sengaja pura-pura melirik pada pemilik ponsel sambil mengedikpan mata. Tangan Eddriz belum melepas kebaya Raline setelah kamera diarahkan ke wajah diri sendiri, "Kami baru saja melangsungkan akad nikah, tunggu undangan resmi dari kami, bye!" Ponsel dimatikan dengan tangan kanan. Raline langsung berbalik badan dan menarik tangan Eddriz serta memutarnya sedikit, "Kalau meminta bantuan tidak perlu memaksa, Pak Tua!" "Aaauw sakit, Bocah. Lepaskan!" teriaknya. Raline melepas tangan Eddriz sambil mendorong perlahan, "Lain kali minta baik-baik, tidak perlu memaksa
Raline ditarik dengan paksa oleh Eddriz, tidak perduli gadis itu memakai high heels. Tangan Raline mencengkeram legan Eddriz agar tidak terjatuh. Disamping tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, gaun yang dikenakan juga pas dibadan sehingga tidak leluasa bergerak bebas. "Jangan mencari perhatian, jangan menjawab hal yang tidak tahu. Cukup mengangguk dan tersenyum saja, mengerti?" pesan Eddriz sambil terus melangkah. Raline masih menyeimbangkan cara berjalan Eddriz yang cepat. Tidak menjawab apa yang perintahkan oleh suami dadakan. Laki-laki itu tidak memperhatikan Raline yang berjalan hampir setengah berlari. "Kalau ditanya menjawab?" Eddriz semakin mencengkeram tangan Raline dengan keras. "Hhhmm." Mungkin bagi wanita yang tidak mengenal bela diri pasti akan kesakitan. Namun, tidak bagi Raline karena cengkeraman itu dengan mudah akan bisa di lepas. Hanya sayangnya, Mereka tepat berada di depan tamu dan harus berpura-pura bahagia dan ramah. "Selamat malam dan selamat datang d
Bukan hanya kepala saja yang sakit karena terjun bebas dari tempat tidur. Raline juga mengusap bok*ngnya setelah mengusap kepala. Rasanya panas karena terjatuh dengan keras didorong dengan kaki menggunakan kekuatan penuh."Kamu tidak berhak tidur di sini, Arum. Aku sangat membencimu!" teriak Eddriz berjalan sempoyongan dan ingin naik ke tempat tidur.Raline langsung bangun dan terduduk. Melihat Eddriz sampai memicingkan mata. Laki-laki berumur itu memanggil nama mantan istri bukan nama Raline. "Ooo, mabuk ternyata Pak Tua ini," monolog Raline setelah memperhatikan gerak-geriknya.Raline tersenyum devil saat melihat Eddriz ingin naik ke tempat tidur, tetapi seolah kakinya sudah menginjak atas tempat tidur padahal masih jauh. Alhasil kaki itu hanya menyentuh pinggiran tempat tidur dan kaki kembali menginjak lantai."Kamu jangan menjauh seperti Arum, diam aku mau naik, bodoh!" Kaki Eddriz berkali-kali diangkat ingin naik di tempat tidur dan berkali-kali juga turun ke lantai lagi."Arum,
Ada bantal dan guling melayang ke arah Raline sebagai akibat jawabannya yang asal. Untung Raline langsung menangkis dan terjatuh tergeletak begitu saja bantal dan guling itu. Disertai nyengir kuda Raline karena ditatap tajam oleh pemilik kamar."Kamu siapkan di kamar mandi, aku mau mandi!" perintahnya kesal.Dengan gontai Raline berjalan menuju kamar mandi. Belum tahu yang harus dikerjakan untuk mempersiapkan kamar mandi seperti yang diinginkan. Eddriz Hanya mengingat posisi dan cara para pelayan kemarin saat mau mandi.Raline mengikuti semua cara pelayan mempersiapkan kamar mandi. Dari handuk yang diambil dari lemari yang ada di ujung kamar mandi. Mempersiapkan bath-up dengan sabun aroma terapi. Sampai sampo, sikat gigi, dan odol yang dipersiapkan dengan teliti, baik tempat atau arah letaknya."Semoga ini tidak mengecewakan, Ra belum pernah menyiapkan mandi mewah seperti ini," monolog Raline sendiri dan ke luar kamar mandi.Baru melangkah sampai pintu kamar mandi, Raline terdorong ma
Setelah drama memasang dasi pagi itu selesai, tiba-tiba Eddriz menghilang selama tiga hari. Tidak menapakkan batang hidungnya sekalipun. Hari-hari dilalui Raline hanya bersantai dan belajar menjadi seperti pelayang yang khusus melayani suami tuanya.Semakin akrab dengan dua pembantu yang ada di villa. Sering bercanda, makan bersama dan menikmati hari dengan suka cita. Hanya satu yang tidak bisa dilakukan adalah keluar dari villa karena bodyguard tetap menjaga villa dengan ketat dan dilarang ke luar.Kebahagiaan Raline seolah hanya sekejap mata saat malam hari ini Eddriz datang di waktu tengah malam dalam keadaan mabuk berat. Merancu dan selalu memanggil mantan istri yang tidak bisa dilupakannya."Mengapa kamu masih tidur di sini, Arum. Sana minggat!" teriaknya sambil menarik selimut yang Raline kenakan.Penampilan Eddriz terlihat acak-acakan. Dasi hanya melingkar di leher dan hampir terlepas. Kancing baju sudah terbuka sebagian. Jas hanya terpakai pada lengan sebelah kanan saja.Rambu
Raline segera turun dari tempat tidur melewati sisi lain Eddriz datang. Melihat laki-laki dewasa itu berpenampilan acak-acakan dan merancu tidak karuan. Selalu tentang mantan istri yang keluar dari mulutnya yang berbau alkohol."Aku sangat membencimu apalagi ketika melihat kamu menyajikan coklat panas pada selingkuhanmu itu, dasar brengsek!" teriak Eddriz sambil menunjuk Raline."Ooo, karena itu pak tua ini marah tadi pagi," monolog Raline mendengarkan rancuan Eddriz.Eddriz tanpa sadar melempar bantal dan guling ke arah Raline yang berdiri di sisi tempat tidur, "Wanita gila, mengapa hanya diam dan memandang seperti itu, mau aku colok matamu!"Raline hanya bisa melindungi diri dengan menangkis setiap bantal dan guling yang melayang ke arahnya. Setiap Eddriz mabuk pasti tidak akan sadar apa yang dilakukan. Mulai dari merancu, mencoba menyakiti dan berkata kasar. Sampai ingin selalu menumpahkan kegundahan hati dengan cara mengamuk dan memecahkan barang yang ada di kamar.Hampir satu bul
Eddris menyentuh punggung Raline saat membangunkan gadis yang tertidur di sebelahnya. Raline langsung mendesis karena tepat menyentuh luka. Mata Raline langsung berkaca-kaca menahan rasa sakit. "Apa yang terjadi?" Eddriz mengulang pertanyaannya. "Lupakan saja, tunggu akan Ra panggilkan dokter!"Raline berbalik badan sambil mengusap air mata. Rasa nyeri saat lukanya di sentuh hanya ditahan dengan diam. Tidak ingin membagi rasa sakit yang dirasakan pada laki-laki yang telah menyakiti tadi malam.Tidak hanya Dokter Daniel yang datang. Asisten Wibi dan pimpinan bodyguard Bang Jack Barron juga ikut masuk. Sedangkan Raline memilih duduk di meja makan sambil termenung.Rasa sakit dan penderitaan yang dirasakan Raline memang tidak seberat saat bersama dengan ayah tiri. Namun, dulu setidaknya ada dua sahabat yang selalu memberikan semangat. Sekarang ini benar-benar merasa sendiri sebatang kara.Ponsel milik Raline sampai sekarang dibiarkan mati. Sengaja tidak ingin lagi mengenal dunia luar s
Mendadak tim dokter yang dipimpin oleh Dokter Daniel dan Dokter Atika melakukan operasi caesar pada Raline. Jika sang suami sudah bertitah, Raline harus mengikuti yang diperintahkan. Rasa sakit sebenarnya masih bisa ditahan, tetapi karena Eddriz yang tidak tega melihat istri kecilnya kesakitan, terpaksa harus melakukan operasi saat itu juga.Yang lebih parah lagi Eddriz ikut masuk di ruang opesasi caesar selalu gelisah dan sedikit mengganggu proses operasi. Raline yang memakai setengah anastesi membuat Eddriz semakin bingung. Dari dada ke bawah tidak merasakan apapun, sedangkan mulai dari dada, pundak, tangan ke atas tetap normal dan bisa digerakkan.Laki-laki tua itu terus membuat drama gegara melihat proses operasi yang baru pertama kali. Melihat dokter mulai membuka jalan bayi yang ada di bawah pusar, Eddriz tegang. Takut sang istri meringis kesakitan seperti awal akan melahirkan tadi."Bang, ada apa?""Itu mulai di buka, apakah Ra tidak merasakan sakit?""Tidak.""Benarkah?""Aban
Yang dikhawatirkan mengganggu ketenangan Raline tidak muncul hari ini. Asisten Wibi mendapatkan kabar jika pengusaha baru ayah Wisnu sedang melakukan lobi bisnis di kota Surabaya. Ada lima tim sukses Ayah Wisnu yang berangkat bersamaan akan bersaing melawan perusahaan Bushiry Group.Raline sedang berada di supermarket besar yang ada di lantai satu rumah sakit. Dikawal Jenny dan Bibi Asih kanan dan kiri saat memilih makanan ringan di etalase. Ada pengawalan ketat Bang Jeck dari kejauhan memantau setiap lalu lalang pengunjung.Ada seorang wanita datang mengenakan masker, kaca mata hitam dan berhijab pasmina. Awalnya memilih makanan ringan di samping Jenny. Tidak melakukan hal yang mencurigakan layaknya pengunjung yang sedang berbelanja."Jenny, makanan ini menurutmu varian apa yang paling enak?" tanya Raline."Yang super pedas itu yang paling bikin ketagihan, Nyonya.""Apakah pedas banget?""Tentu saja, Nyonya. Lihatlah tingkat kepedasannya level sepuluh."Tiba-tiba wanita yang mengenak
Rumah sakit hari ini disibukkan dengan persiapan istri pemiliki rumah sakit yang diduga akan melahirkan. Hampir jalan menuju kamar khusus untuk persalinan sudah di sterilkan dari pengunjung rumah sakit. Setiap sudut dan lorong dijaga ketat oleh security dan anah buah Bang Jack.Tidak hanya ambulance yang dikawal oleh Bang Jack. Satu mobil yang di dalamnya ada Jenny, Pak Basri dan Bibi Asih juga langsung dikawal. Asisten Wibi bertugas menjemput sahabat Raline yaitu kekasih hati Hanna dan kekasih kepala bodyguard Shafea.Sampai di rumah sakit brankar sudah siap siaga menunggu di depaan pintu rumah sakit. Bergegas masuk menuju kamar dan diikuti oleh tim dokter langsung berlari menuju kamar khusus. Eddriz ikut berlari disamping branker dan menautkan tangan Raline dengan sempurna.Raline terus mengusap perut yang terkadang menegang terkadang anteng. Wajahnya terlihat bingung selalu melihat sekitar orang-orang yang terlihat tegang. Termasuk wajah Eddriz yang terlihat sangat khawatir dan cem
Raline mengulang membaca rekan bisnis yang telah merebut perusahaan milik orang tua teman sekolah. Hampir tidak percaya membaca nama yang tertera dalam laporan itu. Nama Ayah Wisnu yang menjadi perebut perusahaan itu.Raline terpaku dan bingung membaca laporan dari Asisten Wibi. Pasalnya ayah tiri itu tidak pernah mempunyai pengalaman memimpin perusahaan. Tidak pernah juga berkecimpung di dunia bisnis dalam skala besar."Tunggu sebentar, Sayang. Abang juga hampir tidak percaya ini.""Coba panggil asisten Abang sekarang!""Baik, Abang hubungi dia sekarang menggunakan ponsel saja biar cepat."Kurang dari lima menit Asisten Wibi datang dengan tergesa-gesa. Sudah menduga tentang yang akan ditanyakan oleh atasanya terutama sang istri. Sehingga datang dengan membawa bukti dan kabar yang lebih lengkap lagi."Apakah laporan yang kamu berikan tadi benar adanya, Wibi?""Benar sekali, Tuan.""Ayah tiri Ra sekarang seorang pengusaha dari perusahaan itu?""Iya, sekarang ini dia sudah pindah di Jak
Bang Jack berlari medekati karyawan wanita yang pingsan. Wanita muda berumur kurang dari dua puluh tahun itu memejamkan mata. Terlihat wajahnya pucat dan tubuhnya lemah tak berdaya."Cepat panggil petugas klinik!" teriak Bang Jack."Sudah, Bang. Teman wanita ini tadi berlari menuju ke sana!""Bagus, kalian mundur, berikan udara yang cukup agar dia bisa bernapas dengan lega!"Yang awalnya tidak terlihat dari posisi Raline karena adanya kerumunan orang. Sekarang terlihat jelas wanita yang tergeletak tidak berdaya di lantai kantin. Raline menyipitkan mata karena seolah mengenal wanita yang pingsan itu."Ra sepertinya kenal wanita itu, deh, Bang.""Siapa, Sayang?""Entahlah, tetapi Ra lupa-lupa ingat. Siapa dia, ya?""Biarkan dia ditangani oleh dokter dulu, kalau penasaran nanti minta Jack atau Wibi untuk mengetahui identitasnya.""Iya.""Habiskan makannya, apa mau tambah lagi?""Tidak, Ra sudah kenyang."Raline dan Eddriz kembali ke kantor setelah selesai makan siang. Hanya dengan sekali
Asisten Wibi kembali mengirim vidio tentang Arum selama dua jam di dalam perusahaan. Dari CCTV terlihat wanita itu masuk ke kamar mandi. Tidak ke luar dari kamar mandi salama dua jam berlalu.Di dalam kamar mandi tidak ada CCTV. Sehingga bukti yang diberikan oleh Asisten Wibi hanya rekaman Arum masuk dan ke luar dari kamar mandi saja. Tidak ada yang tahu selama dua jam Arum melakukan apa saja."Sekarang ke mana wanita itu?" tanya Eddriz setelah Asisten Wibi selesai bercerita."Kami mengusir Nyonya Arum setelah dia menandatangani surat perjanjian, Tuan.""Surat perjanjian apa?"Asisten Wbi bercerita berniat melaporkan ke pihak yang berwajib tentang tindakan Arum hari ini. Harus ada efek jera agar tidak mengulangi lagi. Namun, wanita mantan istri itu memohon untuk tidak dibawa ke ranah hukum karena berniat baik..Asisten Wibi dan yang lain tidak mengetahui apa yang dimaksud niat baik Arum. Dengan menandatangani surat perjanjian di atas materai Arum melenggang ke luar perusahaan. Dengan
Eddriz memandang Arum dengan perasaan jijik dan kesal. Mantan istri itu terang-terangan menawarkan diri seperti wanita malam yang sedang menjajakan jasanya. Tiba-tiba teringat masa lalu yang dikalukan wanita mantan istri itu dulu saat berselingkuh."Kamu gila, aku bukan laki-laki yang doyan berselingkuh seperti kamu.""Aku tahu Bang Ed masih ada rasa cinta sama aku, jadi apa ...?" Arum tidak melanjutkan ucapannya saat Eddriz melambaikan tangan tanda tidak setuju."Stop, jangan dilanjutkan ucapan kamu, di sini tidak ada sama sekali nama kamu. Cinta masa lalu sudah aku kubur dalam-dalam, pergi dari sini!" Edrriz menunjuk dadanya sendiri."Bang Ed, please! aku ...!" Arum kembali tidak melanjutkan ucapannya karena mendengar suara seorang wanita yang memanggil dengan suara manja.."Abang!" teriak Raline pura-pura tidak mendengar percakapan suami dan mantan istrinya."Sayang, kemarilah!" Eddriz merentangkan tangannya menyambut Raline.Dengan sengaja Raline duduk dipangkuan Eddriz saling ber
Arum tetap tidak bisa dan dilarang keras masuk ke area resort milik Eddriz. Wanita mantan istri Eddriz itu dengan terpaksa ke luar dari area Ancol dengan kawalan ketat bodyguard pribadi Eddriz. Sambil komat-kamit mengucapkan sumpah serapah dan bahasa yang kasar seperti biasanya.Eddriz melihat semua yang dilakukan Arum dari kantor pribadi melalui CCTV. Hanya melihat sendiri tanpa didampingi oleh Raline. Sengaja tidak mengajak Raline agar istri tercinta bisa istirahat tanpa memikirkan apa pun terutama ulah mantan istri."Dasar wanita gila, ke laut saja sana!" teriak Eddriz ketika wanita mantan istri itu sesaat setelah di paksa ke luar dari area resort.Dengan menata hati dan menghilangkan emosi, Eddriz menyusul Raline yang sedang bersantai. Duduk di balkon sambil melihat deburan ombak dari samping resort. Tidak terlihat halaman depan terutama gerbang pintu utama sehingga Raline tidak melihat drama Arum yang ingin bertemu.Asisten Wibi mendekati Hanna yang sedang duduk berbincang dengan
Hanna terdiam sambil memandang wajah Asisten Wibi yang menunggu jawaban. Sayangnya, Hanna belum sempat menjawab pertanyaan cinta, ada suara Bang Jack menggelegar dari kejauhan, "Asisten Wibi!" teriaknya.Spontan Asisten Wibi dan Hanna menengok ke arah Bang Jack yang melambaikan tangan meminta untuk mendekat, "Ada apa?" tanya Asisten Wibi."Ada mantan istri Tuan Ed berjalan menuju ke sini!""Waduh gawat ini, Han. Tolong bantu Mas!""Ada apa, Mas?""Mantan istri Tuan Ed menuju ke sini, tadi Tuan Ed berpesan untuk mengusir dia!"Asisten Wibi berlari ke arah Bang Jack yang menunggu dengan cemas. Harus mencegah wanita mantan istri itu sebelum membuat ulah, "Mana orangnya?" tanya Asisten Wibi setelah berdiri disamping Bang Jack."Itu lihatlah!" Arum berjalan mendekati resort dengan dikawal asisten pribadi seorang wanita dan satu laki-laki yang tidak dikenal.Tidak hanya Bang Jack yang menunggu Asisten Wibi mendekat. Anak buah Bang Jack juga ikut menunggu perintah selanjutnya. Tindakan apa y