"Jadilah Ayah yang baik untuk kali ini saja, ini undangan wisuda Ra besok pagi!" Raline melempar begitu saja kertas undangan wisuda dari sekolah SMA-nya di meja makan samping cangkir kopi milih ayah tiri.
Ayah Wisnu langsung melotot sambil mengisap sigaret yang ada di sela jari tangan kanan. Ayah tiri yang tidak berakhlak itu tetap duduk tidak berani berdiri. Raline sudah mengambil ancang-ancang memasang kuda-kuda jika sewaktu-waktu akan menerkam dirinya seperti biasa.Ayah Wisnu membuka kertas undangan dan membaca dengan teliti, "Baik, besok Ayah akan datang di acara wisuda Ra, tetapi ada syaratnya?""Apa syaratnya?""Ra harus menandatangani uang asuransi ibu Ra untuk Ayah semua.""Deal, Ra setuju. Besok jam sepuluh pagi Ra tunggu Ayah di Aula hotel!"Raline langsung masuk kamar dan mengunci pintu dari dalam. Kunci pintu yang dipasang oleh Raline tidak hanya satu, tetapi ada empat yang terlihat dan ada satu kunci digital dengan kode rahasia. Tidak seorang pun yang tahu tentang kode pintu digital yang dimiliki kecuali Raline sendiri.Bukan tanpa alasan Raline memiliki banyak kunci. Sudah tiga tahun ini semenjak mendiang ibu menikah dengan Ayah Wisnu. Ayah tiri itu selalu berusaha ingin menggagahi dengan segala cara.Selain kamar yang terkunci rapat, Raline juga menguasai ilmu bela diri. Semenjak satu minggu setelah Almarhumah Ibu Rayya menikah lagi. Tanpa diduga yang menjadi ayah tiri adalah laki-laki bejat dengan mata jelalatan selalu mengintip Raline saat di kamar.Raline termenung berbaring di tempat tidur menatap langit-langit kamar. Teringat saat tanpa sepengetahuan Ibu Rayya, Ayah Wisnu selalu berusaha masuk kamar Raline setiap ada kesempatan. Baik saat ibu sedang bekerja atau saat pada malam hari ketika ibu sedang tidur.Tiba-tiba Raline mendengar ayahnya berteriak, "Anak tidak punya sopan, Ayah belum selesai bicara main masuk aja!""Untuk apa sopan kepada Ayah durjana seperti Anda," jawab Raline dari dalam kamar.Raline kembali termenung teringat suatu malam ayah Wisnu berhasil masuk kamar dan ingin membekap dengan bantal. Untung Raline bangun dan Reflek menendang sang ayah tiri dengan kekuatan penuh. Ayah Wisnu terjengkang membentur tembok, kepala benjol dan kaki tekilir.Saat ditanya oleh Ibu Rayya, ayah mengaku terpeleset di kamar mandi. Menyalahkan Raline karena malas membersihkan kamar mandi. Akhirnya Raline yang terkena omelan ibu kandung dan ayah tiri tersenyum penuh kemenangan.Selama tiga tahun berlalu, ayah tiri tidak pernah berhenti mencoba masuk kamar Raline. Semakin sang ayah berusaha, Raline semakin tangguh dan tanpa lelah berlatih bela diri. Kelicikan dibalas dengan lebih licik, semua trik yang dilakukan sang ayah tiri bisa berbalik arah karena Raline selalu waspada.Sampai di pertengahan semester tahun terakhir SMA, Ibu Rayya mengalami kecelakaan lalu lintas. Setelah empat bulan berlalu Almarhumah Ibu Rayya mendapatkan asuransi atas nama Raline Maryam sebagai ahli waris. Dengan berbagai cara Ayah Wisnu ingin mendapatkan asuransi itu untuk bermain judi.Raline tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya karena pintu di gedor dari luar dengan suara keras. Suaranya sampai menggema di seluruh ruangan kamar Raline. Ditambah teriakan ayah tiri yang berteriak dengan keras, "Ra, cepat keluar dan tandatangani perjanjiannya sekarang!"Raline langsung terduduk di pinggir tempat tidur. Suara teriakan sang ayah dan suara pintu seolah saling bersahutan. Berkali-kali Ayah Wisnu berteriak meminta untuk membuka pintu.Raline mengerutkan keningnya sambil berpikir. Jika ditanda tangani sekarang pasti besok ada kemungkinan tidak menghadiri acara wisuda. Banyak akal bulus yang sering dipakai sebagai alasan agar ayah tiri durjana mendapatkan apa yang diinginkan."Tidak, besok setelah acara wisuda selesai, baru Ra akan tanda tangan!" teriak Raline dari dalam kamar.Dengan kesal Ayah Wisnu menendang pintu kamar milik Raline. Suaranya terdengar menggema dari dalam kamar. Sambil ngedumel dan marah dengan bahasa kasar serta nama semua kebun binatang disebutkan satu per satu.Raline kembali berbaring di tempat tidur. Ada perasaan marah yang dipendam sendiri dalam hati. Teringat sudah hampir satu tahun tinggal di rumah berdua dengan ayah tiri durjana.Ingin pergi dari rumah, tetapi masih melaksanakan amanah dari ibu kandung untuk tinggal bersama ayah minimal sampai lulus SMA. Ibu Rayya yang tidak pernah tahu kebejatan suami. Masih menganggap walau hanya ayah sambung tetap menyayangi seperti putri sendiri.Pukul delapan pagi, Raline sudah berangkat menuju salon tempat untuk bersolek dan berganti baju toga. Di sana sudah ditunggu oleh dua sahabat karib satu kelas. Shafea Naraya dan Hana Hasyim yang datang terlebih dahulu karena mereka mendapat giliran awal berdandan."Hai, Sis Bro. Apakah sudah selesai?" tanya Raline karena melihat hanya Shafea Naraya saja yang ada."Hana masih berganti baju, mengapa Ra datang terlambat?""Maaf, Ra bangun kesiangan gegara ayah durjana.""Ada apa lagi dengan ayah tiri kamu, Ra?""Akhirnya Ra menyerah, asuransi Ibu harus Ra serahkan kepada ayah.""Gelo, katanya uang itu untuk kuliah. Mengapa Ra serahkan pada ayah durjana itu?""Hanya itu satu-satunya jalan agar dia mau menghadiri wisuda ini. Ra ingin merasakan ingin di sayang layaknya orang tua pada anak. Tidak apa-apa toh Ra masih ada deposito untuk kuliah.""Jangan nekat, pikirkan masa depan Ra yang masih panjang!"Hana Hasim datang sudah dalam keadaan rapi dan sudah berdandan cantik, "Ra, cepat sekarang giliran kamu!""Ok, Ra masuk dulu. Ingat jangan tinggalkan Ra!"Penampilan tiga sahabat sangat berbeda setelah ke luar dari salon. Wajah ketiganya terlihat sangat dewasa karena polesan make-up. Bak bunga yang telah mekar dan siap dipersunting kumbang yang datang.Prosesi wisuda yang dilakukan di aula hotel yang tidak jauh dari sekolah Raline berjalan dengan lancar. Ayah Wisnu datang layaknya seorang ayah yang mengahadiri wisuda putrinya. Memberikan ucapan selamat dan membawa buket bunga sebagai ucapan selamat atas kelulusan.Saat Raline datang dan masuk area aula, ayah Wisnu sudah menunggu di depan pintu. Langsung memberikan buket bunga kepada Raline, "Selamat, Ra. Di mana tempat duduk wali murid?""Terima kasih, silahkan masuk nanti Ra tunjukkan tempatnya!""Selamat pagi, Om," sapa Hana Hisyam dan Shafea Naraya bersamaan."Pagi, Cantik." Ayah Wisnu matanya jelalatan melihat pada dua sahabat Raline.'Dasar ayah durjana.' Sayangnya hanya diucapkan dua sahabat Raline dalam hati.Acara berjalan dengan lancar sampai selesai tanpa kendala. Ayah Wisnu benar-benar menepati janji menjadi ayah yang baik dalam acara wisuda, "Ini Ra, silakan tanda tangan. Ayah sudah menepati janji!""Baik, sini Ra tanda tangan!"Raline menandatangani dua dokumen tanpa curiga sama sekali. Hanya sayangnya, setelah tanda tangan dan berjalan sampai parkiran ada lima bodyguard yang menyambut Raline dan ayah Wisnu."Apakah itu putrimu, Wisnu?" tanya pimpinan Bodyguard yang sering dipanggil Bang Jack."Benar, Bang Jack. Silakan bawa dia sekarang!""Ayah, apa ini maksudnya, Ra mau dibawa ke mana?"Ayah Wisnu sangat tahu jika Raline memiliki ilmu bela diri yang mumpuni. Dengan membawa lima bodyguard jelas Raline kalah telak karena disamping kalah jumlah juga kalah ilmu bela diri. "Ayo, ikut kami, Nona!" Dua Bodyguard langsung mencengkeram tangan Raline kanan dan kiri. "Apa-apaan ini? Lepaskan tangan Ra!" teriak Raline sambil meronta. "Percuma Anda melawan, Nona. Sebaiknya simpan tenaga Anda untuk nanti malam!" Salah satu Bodyguard berbicara sambil tergelak. "Apa salah Ra, Ayah?" tanya Raline sambil terus meronta dan berusaha terlepas dari cengkeraman dua bodyguard. Ayah Wisnu tergelak sambil membuka kertas yang baru saja ditandatangani oleh Raline, "Ra lihat dan baca ini!" Mata Raline terbelalak dengan sempurna saat membaca surat perjanjian yang disodorkan ayah Wisnu. Tertulis di kertas itu terlihat jelas bahwa Raline bersedia menikah dengan seorang laki-laki bernama Eddriz Bushiry untuk melunasi hutang. Tanda tangan yang awalnya dikira penyerahan uang asuransi sekarang ber
Pak Basri tergelak mendengar pertanyaan Raline. Pasalnya laki-laki jangkung itu tidak tahu asal-usul Raline. Yang dia tahu hanya tuannya saat ini akan menikah dengan gadis belia yang ada dihadapan secara diam-diam hari ini. "Anda ini bagaimana sih, Nona. Masak Anda tidak tahu hari pernikahan sendiri?" tanya Pak Basri sambil menggelengkan kepala. Raline mengerutkan keningnya teringat nama bos dari Ayah Wisnu adalah laki-laki dewasa. Hanya menebak berarti akan dinikahkan dengan putra angkat atau anak dari saudaranya. Atau mungkin akan dinikahkan dengan anak buah bos yang dipanggil Tuan Ed. "Eee, cepat dan jangan melamun, Nona!" perintah Pak Basri mengagetkan Raline yang sedang melamun. "Iya." Raline masih tetap tidak bertanya dan hanya menjawab sekedarnya enggan untuk bertanya akan menikah dengan siapa. Di kamar mandi semua peralatan sudah lengkap disediakan. Raline mandi dan kembali memakai baju yang tadi dipakainya tanpa menyentuh barang yang ada di kamar mandi. Ke luar dari kama
Mulut Eddriz Bushiry memerintahkan untuk Raline tersenyum bahagia walau tanpa suara. Tangan kiri laki-laki yang sekarang ini menjadi suaminya menarik kebaya bagian belakang dengan kencang. Wajahnya yang garang terlihat semakin garang saat mata melotot melakukan ancaman yang tidak terlihat kamera. Dengan sengaja Raline mengikuti perintah laki-laki yang sekarang ini menjadi suami. Tersenyum dengan tulus sambil melambaikan tangan. Sengaja pura-pura melirik pada pemilik ponsel sambil mengedikpan mata. Tangan Eddriz belum melepas kebaya Raline setelah kamera diarahkan ke wajah diri sendiri, "Kami baru saja melangsungkan akad nikah, tunggu undangan resmi dari kami, bye!" Ponsel dimatikan dengan tangan kanan. Raline langsung berbalik badan dan menarik tangan Eddriz serta memutarnya sedikit, "Kalau meminta bantuan tidak perlu memaksa, Pak Tua!" "Aaauw sakit, Bocah. Lepaskan!" teriaknya. Raline melepas tangan Eddriz sambil mendorong perlahan, "Lain kali minta baik-baik, tidak perlu memaksa
Raline ditarik dengan paksa oleh Eddriz, tidak perduli gadis itu memakai high heels. Tangan Raline mencengkeram legan Eddriz agar tidak terjatuh. Disamping tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, gaun yang dikenakan juga pas dibadan sehingga tidak leluasa bergerak bebas. "Jangan mencari perhatian, jangan menjawab hal yang tidak tahu. Cukup mengangguk dan tersenyum saja, mengerti?" pesan Eddriz sambil terus melangkah. Raline masih menyeimbangkan cara berjalan Eddriz yang cepat. Tidak menjawab apa yang perintahkan oleh suami dadakan. Laki-laki itu tidak memperhatikan Raline yang berjalan hampir setengah berlari. "Kalau ditanya menjawab?" Eddriz semakin mencengkeram tangan Raline dengan keras. "Hhhmm." Mungkin bagi wanita yang tidak mengenal bela diri pasti akan kesakitan. Namun, tidak bagi Raline karena cengkeraman itu dengan mudah akan bisa di lepas. Hanya sayangnya, Mereka tepat berada di depan tamu dan harus berpura-pura bahagia dan ramah. "Selamat malam dan selamat datang d
Bukan hanya kepala saja yang sakit karena terjun bebas dari tempat tidur. Raline juga mengusap bok*ngnya setelah mengusap kepala. Rasanya panas karena terjatuh dengan keras didorong dengan kaki menggunakan kekuatan penuh."Kamu tidak berhak tidur di sini, Arum. Aku sangat membencimu!" teriak Eddriz berjalan sempoyongan dan ingin naik ke tempat tidur.Raline langsung bangun dan terduduk. Melihat Eddriz sampai memicingkan mata. Laki-laki berumur itu memanggil nama mantan istri bukan nama Raline. "Ooo, mabuk ternyata Pak Tua ini," monolog Raline setelah memperhatikan gerak-geriknya.Raline tersenyum devil saat melihat Eddriz ingin naik ke tempat tidur, tetapi seolah kakinya sudah menginjak atas tempat tidur padahal masih jauh. Alhasil kaki itu hanya menyentuh pinggiran tempat tidur dan kaki kembali menginjak lantai."Kamu jangan menjauh seperti Arum, diam aku mau naik, bodoh!" Kaki Eddriz berkali-kali diangkat ingin naik di tempat tidur dan berkali-kali juga turun ke lantai lagi."Arum,
Ada bantal dan guling melayang ke arah Raline sebagai akibat jawabannya yang asal. Untung Raline langsung menangkis dan terjatuh tergeletak begitu saja bantal dan guling itu. Disertai nyengir kuda Raline karena ditatap tajam oleh pemilik kamar."Kamu siapkan di kamar mandi, aku mau mandi!" perintahnya kesal.Dengan gontai Raline berjalan menuju kamar mandi. Belum tahu yang harus dikerjakan untuk mempersiapkan kamar mandi seperti yang diinginkan. Eddriz Hanya mengingat posisi dan cara para pelayan kemarin saat mau mandi.Raline mengikuti semua cara pelayan mempersiapkan kamar mandi. Dari handuk yang diambil dari lemari yang ada di ujung kamar mandi. Mempersiapkan bath-up dengan sabun aroma terapi. Sampai sampo, sikat gigi, dan odol yang dipersiapkan dengan teliti, baik tempat atau arah letaknya."Semoga ini tidak mengecewakan, Ra belum pernah menyiapkan mandi mewah seperti ini," monolog Raline sendiri dan ke luar kamar mandi.Baru melangkah sampai pintu kamar mandi, Raline terdorong ma
Setelah drama memasang dasi pagi itu selesai, tiba-tiba Eddriz menghilang selama tiga hari. Tidak menapakkan batang hidungnya sekalipun. Hari-hari dilalui Raline hanya bersantai dan belajar menjadi seperti pelayang yang khusus melayani suami tuanya.Semakin akrab dengan dua pembantu yang ada di villa. Sering bercanda, makan bersama dan menikmati hari dengan suka cita. Hanya satu yang tidak bisa dilakukan adalah keluar dari villa karena bodyguard tetap menjaga villa dengan ketat dan dilarang ke luar.Kebahagiaan Raline seolah hanya sekejap mata saat malam hari ini Eddriz datang di waktu tengah malam dalam keadaan mabuk berat. Merancu dan selalu memanggil mantan istri yang tidak bisa dilupakannya."Mengapa kamu masih tidur di sini, Arum. Sana minggat!" teriaknya sambil menarik selimut yang Raline kenakan.Penampilan Eddriz terlihat acak-acakan. Dasi hanya melingkar di leher dan hampir terlepas. Kancing baju sudah terbuka sebagian. Jas hanya terpakai pada lengan sebelah kanan saja.Rambu
Raline segera turun dari tempat tidur melewati sisi lain Eddriz datang. Melihat laki-laki dewasa itu berpenampilan acak-acakan dan merancu tidak karuan. Selalu tentang mantan istri yang keluar dari mulutnya yang berbau alkohol."Aku sangat membencimu apalagi ketika melihat kamu menyajikan coklat panas pada selingkuhanmu itu, dasar brengsek!" teriak Eddriz sambil menunjuk Raline."Ooo, karena itu pak tua ini marah tadi pagi," monolog Raline mendengarkan rancuan Eddriz.Eddriz tanpa sadar melempar bantal dan guling ke arah Raline yang berdiri di sisi tempat tidur, "Wanita gila, mengapa hanya diam dan memandang seperti itu, mau aku colok matamu!"Raline hanya bisa melindungi diri dengan menangkis setiap bantal dan guling yang melayang ke arahnya. Setiap Eddriz mabuk pasti tidak akan sadar apa yang dilakukan. Mulai dari merancu, mencoba menyakiti dan berkata kasar. Sampai ingin selalu menumpahkan kegundahan hati dengan cara mengamuk dan memecahkan barang yang ada di kamar.Hampir satu bul
Mendadak tim dokter yang dipimpin oleh Dokter Daniel dan Dokter Atika melakukan operasi caesar pada Raline. Jika sang suami sudah bertitah, Raline harus mengikuti yang diperintahkan. Rasa sakit sebenarnya masih bisa ditahan, tetapi karena Eddriz yang tidak tega melihat istri kecilnya kesakitan, terpaksa harus melakukan operasi saat itu juga.Yang lebih parah lagi Eddriz ikut masuk di ruang opesasi caesar selalu gelisah dan sedikit mengganggu proses operasi. Raline yang memakai setengah anastesi membuat Eddriz semakin bingung. Dari dada ke bawah tidak merasakan apapun, sedangkan mulai dari dada, pundak, tangan ke atas tetap normal dan bisa digerakkan.Laki-laki tua itu terus membuat drama gegara melihat proses operasi yang baru pertama kali. Melihat dokter mulai membuka jalan bayi yang ada di bawah pusar, Eddriz tegang. Takut sang istri meringis kesakitan seperti awal akan melahirkan tadi."Bang, ada apa?""Itu mulai di buka, apakah Ra tidak merasakan sakit?""Tidak.""Benarkah?""Aban
Yang dikhawatirkan mengganggu ketenangan Raline tidak muncul hari ini. Asisten Wibi mendapatkan kabar jika pengusaha baru ayah Wisnu sedang melakukan lobi bisnis di kota Surabaya. Ada lima tim sukses Ayah Wisnu yang berangkat bersamaan akan bersaing melawan perusahaan Bushiry Group.Raline sedang berada di supermarket besar yang ada di lantai satu rumah sakit. Dikawal Jenny dan Bibi Asih kanan dan kiri saat memilih makanan ringan di etalase. Ada pengawalan ketat Bang Jeck dari kejauhan memantau setiap lalu lalang pengunjung.Ada seorang wanita datang mengenakan masker, kaca mata hitam dan berhijab pasmina. Awalnya memilih makanan ringan di samping Jenny. Tidak melakukan hal yang mencurigakan layaknya pengunjung yang sedang berbelanja."Jenny, makanan ini menurutmu varian apa yang paling enak?" tanya Raline."Yang super pedas itu yang paling bikin ketagihan, Nyonya.""Apakah pedas banget?""Tentu saja, Nyonya. Lihatlah tingkat kepedasannya level sepuluh."Tiba-tiba wanita yang mengenak
Rumah sakit hari ini disibukkan dengan persiapan istri pemiliki rumah sakit yang diduga akan melahirkan. Hampir jalan menuju kamar khusus untuk persalinan sudah di sterilkan dari pengunjung rumah sakit. Setiap sudut dan lorong dijaga ketat oleh security dan anah buah Bang Jack.Tidak hanya ambulance yang dikawal oleh Bang Jack. Satu mobil yang di dalamnya ada Jenny, Pak Basri dan Bibi Asih juga langsung dikawal. Asisten Wibi bertugas menjemput sahabat Raline yaitu kekasih hati Hanna dan kekasih kepala bodyguard Shafea.Sampai di rumah sakit brankar sudah siap siaga menunggu di depaan pintu rumah sakit. Bergegas masuk menuju kamar dan diikuti oleh tim dokter langsung berlari menuju kamar khusus. Eddriz ikut berlari disamping branker dan menautkan tangan Raline dengan sempurna.Raline terus mengusap perut yang terkadang menegang terkadang anteng. Wajahnya terlihat bingung selalu melihat sekitar orang-orang yang terlihat tegang. Termasuk wajah Eddriz yang terlihat sangat khawatir dan cem
Raline mengulang membaca rekan bisnis yang telah merebut perusahaan milik orang tua teman sekolah. Hampir tidak percaya membaca nama yang tertera dalam laporan itu. Nama Ayah Wisnu yang menjadi perebut perusahaan itu.Raline terpaku dan bingung membaca laporan dari Asisten Wibi. Pasalnya ayah tiri itu tidak pernah mempunyai pengalaman memimpin perusahaan. Tidak pernah juga berkecimpung di dunia bisnis dalam skala besar."Tunggu sebentar, Sayang. Abang juga hampir tidak percaya ini.""Coba panggil asisten Abang sekarang!""Baik, Abang hubungi dia sekarang menggunakan ponsel saja biar cepat."Kurang dari lima menit Asisten Wibi datang dengan tergesa-gesa. Sudah menduga tentang yang akan ditanyakan oleh atasanya terutama sang istri. Sehingga datang dengan membawa bukti dan kabar yang lebih lengkap lagi."Apakah laporan yang kamu berikan tadi benar adanya, Wibi?""Benar sekali, Tuan.""Ayah tiri Ra sekarang seorang pengusaha dari perusahaan itu?""Iya, sekarang ini dia sudah pindah di Jak
Bang Jack berlari medekati karyawan wanita yang pingsan. Wanita muda berumur kurang dari dua puluh tahun itu memejamkan mata. Terlihat wajahnya pucat dan tubuhnya lemah tak berdaya."Cepat panggil petugas klinik!" teriak Bang Jack."Sudah, Bang. Teman wanita ini tadi berlari menuju ke sana!""Bagus, kalian mundur, berikan udara yang cukup agar dia bisa bernapas dengan lega!"Yang awalnya tidak terlihat dari posisi Raline karena adanya kerumunan orang. Sekarang terlihat jelas wanita yang tergeletak tidak berdaya di lantai kantin. Raline menyipitkan mata karena seolah mengenal wanita yang pingsan itu."Ra sepertinya kenal wanita itu, deh, Bang.""Siapa, Sayang?""Entahlah, tetapi Ra lupa-lupa ingat. Siapa dia, ya?""Biarkan dia ditangani oleh dokter dulu, kalau penasaran nanti minta Jack atau Wibi untuk mengetahui identitasnya.""Iya.""Habiskan makannya, apa mau tambah lagi?""Tidak, Ra sudah kenyang."Raline dan Eddriz kembali ke kantor setelah selesai makan siang. Hanya dengan sekali
Asisten Wibi kembali mengirim vidio tentang Arum selama dua jam di dalam perusahaan. Dari CCTV terlihat wanita itu masuk ke kamar mandi. Tidak ke luar dari kamar mandi salama dua jam berlalu.Di dalam kamar mandi tidak ada CCTV. Sehingga bukti yang diberikan oleh Asisten Wibi hanya rekaman Arum masuk dan ke luar dari kamar mandi saja. Tidak ada yang tahu selama dua jam Arum melakukan apa saja."Sekarang ke mana wanita itu?" tanya Eddriz setelah Asisten Wibi selesai bercerita."Kami mengusir Nyonya Arum setelah dia menandatangani surat perjanjian, Tuan.""Surat perjanjian apa?"Asisten Wbi bercerita berniat melaporkan ke pihak yang berwajib tentang tindakan Arum hari ini. Harus ada efek jera agar tidak mengulangi lagi. Namun, wanita mantan istri itu memohon untuk tidak dibawa ke ranah hukum karena berniat baik..Asisten Wibi dan yang lain tidak mengetahui apa yang dimaksud niat baik Arum. Dengan menandatangani surat perjanjian di atas materai Arum melenggang ke luar perusahaan. Dengan
Eddriz memandang Arum dengan perasaan jijik dan kesal. Mantan istri itu terang-terangan menawarkan diri seperti wanita malam yang sedang menjajakan jasanya. Tiba-tiba teringat masa lalu yang dikalukan wanita mantan istri itu dulu saat berselingkuh."Kamu gila, aku bukan laki-laki yang doyan berselingkuh seperti kamu.""Aku tahu Bang Ed masih ada rasa cinta sama aku, jadi apa ...?" Arum tidak melanjutkan ucapannya saat Eddriz melambaikan tangan tanda tidak setuju."Stop, jangan dilanjutkan ucapan kamu, di sini tidak ada sama sekali nama kamu. Cinta masa lalu sudah aku kubur dalam-dalam, pergi dari sini!" Edrriz menunjuk dadanya sendiri."Bang Ed, please! aku ...!" Arum kembali tidak melanjutkan ucapannya karena mendengar suara seorang wanita yang memanggil dengan suara manja.."Abang!" teriak Raline pura-pura tidak mendengar percakapan suami dan mantan istrinya."Sayang, kemarilah!" Eddriz merentangkan tangannya menyambut Raline.Dengan sengaja Raline duduk dipangkuan Eddriz saling ber
Arum tetap tidak bisa dan dilarang keras masuk ke area resort milik Eddriz. Wanita mantan istri Eddriz itu dengan terpaksa ke luar dari area Ancol dengan kawalan ketat bodyguard pribadi Eddriz. Sambil komat-kamit mengucapkan sumpah serapah dan bahasa yang kasar seperti biasanya.Eddriz melihat semua yang dilakukan Arum dari kantor pribadi melalui CCTV. Hanya melihat sendiri tanpa didampingi oleh Raline. Sengaja tidak mengajak Raline agar istri tercinta bisa istirahat tanpa memikirkan apa pun terutama ulah mantan istri."Dasar wanita gila, ke laut saja sana!" teriak Eddriz ketika wanita mantan istri itu sesaat setelah di paksa ke luar dari area resort.Dengan menata hati dan menghilangkan emosi, Eddriz menyusul Raline yang sedang bersantai. Duduk di balkon sambil melihat deburan ombak dari samping resort. Tidak terlihat halaman depan terutama gerbang pintu utama sehingga Raline tidak melihat drama Arum yang ingin bertemu.Asisten Wibi mendekati Hanna yang sedang duduk berbincang dengan
Hanna terdiam sambil memandang wajah Asisten Wibi yang menunggu jawaban. Sayangnya, Hanna belum sempat menjawab pertanyaan cinta, ada suara Bang Jack menggelegar dari kejauhan, "Asisten Wibi!" teriaknya.Spontan Asisten Wibi dan Hanna menengok ke arah Bang Jack yang melambaikan tangan meminta untuk mendekat, "Ada apa?" tanya Asisten Wibi."Ada mantan istri Tuan Ed berjalan menuju ke sini!""Waduh gawat ini, Han. Tolong bantu Mas!""Ada apa, Mas?""Mantan istri Tuan Ed menuju ke sini, tadi Tuan Ed berpesan untuk mengusir dia!"Asisten Wibi berlari ke arah Bang Jack yang menunggu dengan cemas. Harus mencegah wanita mantan istri itu sebelum membuat ulah, "Mana orangnya?" tanya Asisten Wibi setelah berdiri disamping Bang Jack."Itu lihatlah!" Arum berjalan mendekati resort dengan dikawal asisten pribadi seorang wanita dan satu laki-laki yang tidak dikenal.Tidak hanya Bang Jack yang menunggu Asisten Wibi mendekat. Anak buah Bang Jack juga ikut menunggu perintah selanjutnya. Tindakan apa y