Mulut Eddriz Bushiry memerintahkan untuk Raline tersenyum bahagia walau tanpa suara. Tangan kiri laki-laki yang sekarang ini menjadi suaminya menarik kebaya bagian belakang dengan kencang. Wajahnya yang garang terlihat semakin garang saat mata melotot melakukan ancaman yang tidak terlihat kamera.
Dengan sengaja Raline mengikuti perintah laki-laki yang sekarang ini menjadi suami. Tersenyum dengan tulus sambil melambaikan tangan. Sengaja pura-pura melirik pada pemilik ponsel sambil mengedikpan mata.Tangan Eddriz belum melepas kebaya Raline setelah kamera diarahkan ke wajah diri sendiri, "Kami baru saja melangsungkan akad nikah, tunggu undangan resmi dari kami, bye!"Ponsel dimatikan dengan tangan kanan. Raline langsung berbalik badan dan menarik tangan Eddriz serta memutarnya sedikit, "Kalau meminta bantuan tidak perlu memaksa, Pak Tua!""Aaauw sakit, Bocah. Lepaskan!" teriaknya.Raline melepas tangan Eddriz sambil mendorong perlahan, "Lain kali minta baik-baik, tidak perlu memaksa. Ra akan melakukan dengan senang hati!"Eddriz mengusap lengan yang sakit, "Jangan mentang-mentang kamu bisa bela diri bisa menentangku, ingat kamu sudah aku beli dari Wisnu bejat itu dengan harga mahal!"Raline terdiam memandang Eddriz yang terus mengusap lengan menggunakan sapu tangan. Tatapan mata terlihat penuh amarah dan emosi. Kebencian dan kekesalan seolah lekat di muka garang dan tanpa ekspresi."Aku tahu kamu ingin balas dendam pada Wisnu, aku bisa membantu kamu asal kamu menuruti semua kataku. Aku juga punya rahasia ayah tirimu itu tentang ibumu.""Apa maksud Anda?""Belum waktunya aku bercerita, aku akan melihat sampai mana kamu bisa membuat aku percaya dan tidak akan kabur dariku."Raline langsung terduduk di kursi rias dengan hati gundah gulana. Ada sesuatu rahasia yang disembunyikan ayah Wisnu tentang Ibu Rayya. Sudah bisa dipastikan hal yang buruk yang dilakukan ayah tiri durjana itu pada ibu."Sana ganti baju, sebentar lagi akan ada tamu bisnisku datang. Berdandanlah seperti Nyonya Ed yang sebenarnya!"Raline tidak menjawab perintah laki-laki yang umurnya dua kali lipat darinya itu. Otak dan pikiran masih tertuju pada perbuatan yang dilakukan ayah tiri. Tidak memperhatikan suami tua yang berganti baju tanpa sungkan di depan mata."Cepat ganti baju!" teriaknya.Spontan Raline melihat ke arah Eddriz yang hanya memakai celana segitiga saja, "Astagfirullah," kata Raline langsung memalingkan wajah.Eddriz tergelak dan menggelengkan kepala, "Dasar bocah, sebentar lagi Pak Basri datang membantu kamu berdandan, sana cepat mandi dulu!"Raline berjalan dengan gontai ke kamar mandi. Membuka semua atribut dari baju kebaya dan aksesoris. Diletakkan di meja rias yang ada di kamar mandi.Mandi hanya untuk menghilangkan keringat sebentar saja. Mengambil handuk dan melihat gaun yang tergantung di samping handuk, "Bagus banget gaun ini, apakah ini yang harus Ra kenakan malam ini?" tanya Raline sendiri.Gaun berwarna hitam dengan lengan pendek dan sedikit terbuka di punggung. Panjang sampai menutupi mata kaki dan ada belahan di rok bagian belakang. Raline memakainya perlahan dan langsung berkaca di depan cermin, "Subhanallah, bagus banget gaun ini," monolog Raline sendiri sambil berputar melihat gaun yang sangat nyaman di pakai.Sambil memandang dirinya di cermin, Raline mulai bertekat. Akan balas dendam dan akan mengungkap rahasia yang dikatakan suami dadakan. Tidak perduli apa yang akan diperintahkan oleh Eddriz yang killer itu, yang terpenting bisa balas dendam kepada ayah yang tega menjual dirinya."Tunggu pembalasan Ra, Ayah!" teriak Raline dengan kesal.Akan bertekat juga menunjukkan jika sekarang bahagia walau hanya sandiwara. Yang terpenting ayah tiri tidak lagi bisa mengusik. Walau sebenarnya masih gamang tentang nasib dan masa depan yang suram sudah menanti.Suara ketukan pintu mengagetkan Raline dari lamunan. Raline bergegas membuka pintu yang dari tadi dikunci dari dalam, "Ada apa ...?" Raline tidak melanjutkan ucapannya. Dikira hanya Pak Basri yang datang, tetapi ada laki-laki gemulai yang berdiri di samping Pak Basri."SIlahkan ke luar, Nyonya!" perintah Pak Basri."Tadi siang panggil Nona sekarang mengapa panggil Nyonya, mengapa tidak panggil Ra saja sih?" tanya Raline sambil menggerutu."Maaf, ini perintah dari Tuan Ed, Nyonya. Kalau tidak mengikuti pasti kami akan didepak dari sini.""Ooo terserah saja, deh.""Perkenalkan dia Jinny, dia yang akan menjadi Stylist pribadi Anda, Nyonya," kata Pak Basri menunjuk laki-laki yang lemah gemulai."Selamat malam, Nyonya. Saya Jinny.""Malam.""Silakan duduk, Jinny akan merias Anda sekarang!""Baiik, terima kasih."Tidak kurang dari setengah jam, Raline berrdandan sangat cantik. Wajahnya kini terlihat sangat dewasa dari umurnya. Tidak ada yang menyangka gadis yang baru berusia delapan belas tahun itu berubah drastis dari gadis lugu menjadi anggun dan mempesona."Waaah Anda cantik sekali, Nyonya. Tidak salah Tuan Ed memilih Anda sebagai istrinya, tidak kalah cantik dari Nyonya Arum."Pak Basri langsung meletakkan jari telunjuk di bibir. Matanya mengawasi sekitar kamar dan ke arah pintu masuk. Tidak seorang pun boleh menyebut nama mantan istri pertama Tuan Ed, "Ssstt, jangan sebut nama itu di rumah ini kalau masih ingin bekerja di sini, Jinny!""Ups, maaf keceplosan." Jinny memukul mulutnya berkali-kali."Mengapa dilarang, Pak?" tanya Raline penasaran."Tuan Ed pasti ngamuk tanpa alasan saat mendengar nama itu, dikhinanati terang-terangan dan tidak bisa move on dari sang mantan itu mungkin alasannya." Jinny nyerocos menjawab sambil berbicara dengan wajah di goyangkan layaknya wanita India.Pak Basri langsung memukul pundak Jinny dengan map yang dipegangnya, "Dasar mulut bebek, Pak Basri sumpel pakai map ini baru tahu, dibilang diam malah nyerocos terus!""Auuaw, maaf. Jinny tidak tahan kalau tidak ngegosip."Raline tersenyum melihat tingkah Jinny yang terlihat kemayu. Menjadikan hiburan kecil di antara kepenatan hati dan kebimbangan jiwa. Seolah mendapat hiburan gratis saat pikiran lagi kalut dan bingung."Tunggu dulu, Pak Basri. Jinny mau memberikan contoh cara menjadi wanita berkelas seperti Nyonya A ... ups, seperti wanita kelas atas pada Nyonya Ra, lihatlah!""Baik, Jinny.""Yang pertama saat berjalan badan tegak, dagu diangkat dan jangan lupa pandangan ke depan, seperti ini!" Jinny memperagakan seperti yang di katakan."Seperti ini?" tanya Raline mengikuti gerakan Jinny."Ya, kurang tegak sedikit, Nyonya!""Ooo seperti ini?""Ok, bagus. Satu lagi saat berjalan tangan Anda yang akan bergelayut manja di lengan Tuan Ed, posisi tangan harus lurus dipinggang Anda seperti ini!" Jinny yang melingkarkan tangannya ke lengan Raline."Coba Ra yang praktek, Jinny. Seperti ini, 'kah?" Raline melingkarkan lengan pada Jinny, tetapi kepalanya menunduk."Kepala Anda jangan ditundukkan, Nyonya!""Oya, maaf."Datang Eddriz dengan wajah garang dan kesal, "Tidak perlu praktek menggandeng tangan dia juga dong, ayo cepat ikut!" Eddriz langsung menarik tangan Raline."Auw, aduh!"Raline ditarik dengan paksa oleh Eddriz, tidak perduli gadis itu memakai high heels. Tangan Raline mencengkeram legan Eddriz agar tidak terjatuh. Disamping tidak pernah memakai sepatu hak tinggi, gaun yang dikenakan juga pas dibadan sehingga tidak leluasa bergerak bebas. "Jangan mencari perhatian, jangan menjawab hal yang tidak tahu. Cukup mengangguk dan tersenyum saja, mengerti?" pesan Eddriz sambil terus melangkah. Raline masih menyeimbangkan cara berjalan Eddriz yang cepat. Tidak menjawab apa yang perintahkan oleh suami dadakan. Laki-laki itu tidak memperhatikan Raline yang berjalan hampir setengah berlari. "Kalau ditanya menjawab?" Eddriz semakin mencengkeram tangan Raline dengan keras. "Hhhmm." Mungkin bagi wanita yang tidak mengenal bela diri pasti akan kesakitan. Namun, tidak bagi Raline karena cengkeraman itu dengan mudah akan bisa di lepas. Hanya sayangnya, Mereka tepat berada di depan tamu dan harus berpura-pura bahagia dan ramah. "Selamat malam dan selamat datang d
Bukan hanya kepala saja yang sakit karena terjun bebas dari tempat tidur. Raline juga mengusap bok*ngnya setelah mengusap kepala. Rasanya panas karena terjatuh dengan keras didorong dengan kaki menggunakan kekuatan penuh."Kamu tidak berhak tidur di sini, Arum. Aku sangat membencimu!" teriak Eddriz berjalan sempoyongan dan ingin naik ke tempat tidur.Raline langsung bangun dan terduduk. Melihat Eddriz sampai memicingkan mata. Laki-laki berumur itu memanggil nama mantan istri bukan nama Raline. "Ooo, mabuk ternyata Pak Tua ini," monolog Raline setelah memperhatikan gerak-geriknya.Raline tersenyum devil saat melihat Eddriz ingin naik ke tempat tidur, tetapi seolah kakinya sudah menginjak atas tempat tidur padahal masih jauh. Alhasil kaki itu hanya menyentuh pinggiran tempat tidur dan kaki kembali menginjak lantai."Kamu jangan menjauh seperti Arum, diam aku mau naik, bodoh!" Kaki Eddriz berkali-kali diangkat ingin naik di tempat tidur dan berkali-kali juga turun ke lantai lagi."Arum,
Ada bantal dan guling melayang ke arah Raline sebagai akibat jawabannya yang asal. Untung Raline langsung menangkis dan terjatuh tergeletak begitu saja bantal dan guling itu. Disertai nyengir kuda Raline karena ditatap tajam oleh pemilik kamar."Kamu siapkan di kamar mandi, aku mau mandi!" perintahnya kesal.Dengan gontai Raline berjalan menuju kamar mandi. Belum tahu yang harus dikerjakan untuk mempersiapkan kamar mandi seperti yang diinginkan. Eddriz Hanya mengingat posisi dan cara para pelayan kemarin saat mau mandi.Raline mengikuti semua cara pelayan mempersiapkan kamar mandi. Dari handuk yang diambil dari lemari yang ada di ujung kamar mandi. Mempersiapkan bath-up dengan sabun aroma terapi. Sampai sampo, sikat gigi, dan odol yang dipersiapkan dengan teliti, baik tempat atau arah letaknya."Semoga ini tidak mengecewakan, Ra belum pernah menyiapkan mandi mewah seperti ini," monolog Raline sendiri dan ke luar kamar mandi.Baru melangkah sampai pintu kamar mandi, Raline terdorong ma
Setelah drama memasang dasi pagi itu selesai, tiba-tiba Eddriz menghilang selama tiga hari. Tidak menapakkan batang hidungnya sekalipun. Hari-hari dilalui Raline hanya bersantai dan belajar menjadi seperti pelayang yang khusus melayani suami tuanya.Semakin akrab dengan dua pembantu yang ada di villa. Sering bercanda, makan bersama dan menikmati hari dengan suka cita. Hanya satu yang tidak bisa dilakukan adalah keluar dari villa karena bodyguard tetap menjaga villa dengan ketat dan dilarang ke luar.Kebahagiaan Raline seolah hanya sekejap mata saat malam hari ini Eddriz datang di waktu tengah malam dalam keadaan mabuk berat. Merancu dan selalu memanggil mantan istri yang tidak bisa dilupakannya."Mengapa kamu masih tidur di sini, Arum. Sana minggat!" teriaknya sambil menarik selimut yang Raline kenakan.Penampilan Eddriz terlihat acak-acakan. Dasi hanya melingkar di leher dan hampir terlepas. Kancing baju sudah terbuka sebagian. Jas hanya terpakai pada lengan sebelah kanan saja.Rambu
Raline segera turun dari tempat tidur melewati sisi lain Eddriz datang. Melihat laki-laki dewasa itu berpenampilan acak-acakan dan merancu tidak karuan. Selalu tentang mantan istri yang keluar dari mulutnya yang berbau alkohol."Aku sangat membencimu apalagi ketika melihat kamu menyajikan coklat panas pada selingkuhanmu itu, dasar brengsek!" teriak Eddriz sambil menunjuk Raline."Ooo, karena itu pak tua ini marah tadi pagi," monolog Raline mendengarkan rancuan Eddriz.Eddriz tanpa sadar melempar bantal dan guling ke arah Raline yang berdiri di sisi tempat tidur, "Wanita gila, mengapa hanya diam dan memandang seperti itu, mau aku colok matamu!"Raline hanya bisa melindungi diri dengan menangkis setiap bantal dan guling yang melayang ke arahnya. Setiap Eddriz mabuk pasti tidak akan sadar apa yang dilakukan. Mulai dari merancu, mencoba menyakiti dan berkata kasar. Sampai ingin selalu menumpahkan kegundahan hati dengan cara mengamuk dan memecahkan barang yang ada di kamar.Hampir satu bul
Eddris menyentuh punggung Raline saat membangunkan gadis yang tertidur di sebelahnya. Raline langsung mendesis karena tepat menyentuh luka. Mata Raline langsung berkaca-kaca menahan rasa sakit. "Apa yang terjadi?" Eddriz mengulang pertanyaannya. "Lupakan saja, tunggu akan Ra panggilkan dokter!"Raline berbalik badan sambil mengusap air mata. Rasa nyeri saat lukanya di sentuh hanya ditahan dengan diam. Tidak ingin membagi rasa sakit yang dirasakan pada laki-laki yang telah menyakiti tadi malam.Tidak hanya Dokter Daniel yang datang. Asisten Wibi dan pimpinan bodyguard Bang Jack Barron juga ikut masuk. Sedangkan Raline memilih duduk di meja makan sambil termenung.Rasa sakit dan penderitaan yang dirasakan Raline memang tidak seberat saat bersama dengan ayah tiri. Namun, dulu setidaknya ada dua sahabat yang selalu memberikan semangat. Sekarang ini benar-benar merasa sendiri sebatang kara.Ponsel milik Raline sampai sekarang dibiarkan mati. Sengaja tidak ingin lagi mengenal dunia luar s
Raline mendengar semua percakapan Eddriz, Asisten Wibi dan Dokter Daniel dari awal sampai akhir dibalik pintu. Awalnya tidak berniat menguping pembicaraan mereka. Hanya sekedar ingin mengetahui keadaan suami yang sedang dijahit telapak kakinya.Raline langsung teringat pada ayah tiri durjana. Jika benar akan diadakan pesta pernikahan yang sangat mewah. Pasti ayah tiri akan mendapatkan pukulan telak.Pasti menganggap sekarang bahagia dan bukan seperti hidup di neraka seperti yang diinginkan. Akan mempersiapkan hati untuk bersandiwara dengan baik. Ini seperti pernikahan mutualisme nantinya karena memiliki tujuan masing-masing.Setelah mulai jelas dan mengetahui mengapa laki-laki yang menjadi suaminya sering mabuk. Raline kembali duduk di tempat semula yaitu ruang makan. Bibi Asih langsung berlari mendekat, "Mengapa Anda kembali lagi ke sini, Nyonya?""Tolong buatkan sesuatu yang membuat pusing kepala ini hilang, Bibi. Kepala Ra rasanya mau pecah!""Waduh, apa ya obatnya, Bibi tidak tahu
Raline terdiam seketika saat mendengar Eddriz mulai emosi. Padahal dari tadi sudah bisa bicara manis dan terdengar ramah. Wajahnya kembali terlihat garang dan memerah karena mulai emosi."Ayo, sini dekat!" Eddriz kembali menurunkan suara setelah melihat wajah Raline yang terlihat takut."Hhmm.""Mulai sekarang Ra hanya boleh memanggil Abang saja, mengerti?""Iya.""Abang akan berterus terang, sebentar lagi Abang akan mengadakan resepsi pernikahan kita. Ingat pernikahan ini Abang anggap saling menguntungkan.""Apa maksud, Anda?" tanya Raline pura-pura tidak tahu rencana yang dibicarakan tadi dengan dokter dan asisten pribadi.Eddriz bercerita sekilas tentang rencana seperti tadi. Berjanji akan mengatakan tentang rahasia yang disembunyikan tentang ayah tiri. Akan dikatakan setelah acara resepsi dilaksanakan dengan sukses."Kapan resepsi itu akan diselenggarakan, Tuan. Eee, salah. Abang?"Eddriz tergelak dan mengusap rambut Raline, "Belum dipastikan, yang jelas setelah Abang bisa berjala
Mendadak tim dokter yang dipimpin oleh Dokter Daniel dan Dokter Atika melakukan operasi caesar pada Raline. Jika sang suami sudah bertitah, Raline harus mengikuti yang diperintahkan. Rasa sakit sebenarnya masih bisa ditahan, tetapi karena Eddriz yang tidak tega melihat istri kecilnya kesakitan, terpaksa harus melakukan operasi saat itu juga.Yang lebih parah lagi Eddriz ikut masuk di ruang opesasi caesar selalu gelisah dan sedikit mengganggu proses operasi. Raline yang memakai setengah anastesi membuat Eddriz semakin bingung. Dari dada ke bawah tidak merasakan apapun, sedangkan mulai dari dada, pundak, tangan ke atas tetap normal dan bisa digerakkan.Laki-laki tua itu terus membuat drama gegara melihat proses operasi yang baru pertama kali. Melihat dokter mulai membuka jalan bayi yang ada di bawah pusar, Eddriz tegang. Takut sang istri meringis kesakitan seperti awal akan melahirkan tadi."Bang, ada apa?""Itu mulai di buka, apakah Ra tidak merasakan sakit?""Tidak.""Benarkah?""Aban
Yang dikhawatirkan mengganggu ketenangan Raline tidak muncul hari ini. Asisten Wibi mendapatkan kabar jika pengusaha baru ayah Wisnu sedang melakukan lobi bisnis di kota Surabaya. Ada lima tim sukses Ayah Wisnu yang berangkat bersamaan akan bersaing melawan perusahaan Bushiry Group.Raline sedang berada di supermarket besar yang ada di lantai satu rumah sakit. Dikawal Jenny dan Bibi Asih kanan dan kiri saat memilih makanan ringan di etalase. Ada pengawalan ketat Bang Jeck dari kejauhan memantau setiap lalu lalang pengunjung.Ada seorang wanita datang mengenakan masker, kaca mata hitam dan berhijab pasmina. Awalnya memilih makanan ringan di samping Jenny. Tidak melakukan hal yang mencurigakan layaknya pengunjung yang sedang berbelanja."Jenny, makanan ini menurutmu varian apa yang paling enak?" tanya Raline."Yang super pedas itu yang paling bikin ketagihan, Nyonya.""Apakah pedas banget?""Tentu saja, Nyonya. Lihatlah tingkat kepedasannya level sepuluh."Tiba-tiba wanita yang mengenak
Rumah sakit hari ini disibukkan dengan persiapan istri pemiliki rumah sakit yang diduga akan melahirkan. Hampir jalan menuju kamar khusus untuk persalinan sudah di sterilkan dari pengunjung rumah sakit. Setiap sudut dan lorong dijaga ketat oleh security dan anah buah Bang Jack.Tidak hanya ambulance yang dikawal oleh Bang Jack. Satu mobil yang di dalamnya ada Jenny, Pak Basri dan Bibi Asih juga langsung dikawal. Asisten Wibi bertugas menjemput sahabat Raline yaitu kekasih hati Hanna dan kekasih kepala bodyguard Shafea.Sampai di rumah sakit brankar sudah siap siaga menunggu di depaan pintu rumah sakit. Bergegas masuk menuju kamar dan diikuti oleh tim dokter langsung berlari menuju kamar khusus. Eddriz ikut berlari disamping branker dan menautkan tangan Raline dengan sempurna.Raline terus mengusap perut yang terkadang menegang terkadang anteng. Wajahnya terlihat bingung selalu melihat sekitar orang-orang yang terlihat tegang. Termasuk wajah Eddriz yang terlihat sangat khawatir dan cem
Raline mengulang membaca rekan bisnis yang telah merebut perusahaan milik orang tua teman sekolah. Hampir tidak percaya membaca nama yang tertera dalam laporan itu. Nama Ayah Wisnu yang menjadi perebut perusahaan itu.Raline terpaku dan bingung membaca laporan dari Asisten Wibi. Pasalnya ayah tiri itu tidak pernah mempunyai pengalaman memimpin perusahaan. Tidak pernah juga berkecimpung di dunia bisnis dalam skala besar."Tunggu sebentar, Sayang. Abang juga hampir tidak percaya ini.""Coba panggil asisten Abang sekarang!""Baik, Abang hubungi dia sekarang menggunakan ponsel saja biar cepat."Kurang dari lima menit Asisten Wibi datang dengan tergesa-gesa. Sudah menduga tentang yang akan ditanyakan oleh atasanya terutama sang istri. Sehingga datang dengan membawa bukti dan kabar yang lebih lengkap lagi."Apakah laporan yang kamu berikan tadi benar adanya, Wibi?""Benar sekali, Tuan.""Ayah tiri Ra sekarang seorang pengusaha dari perusahaan itu?""Iya, sekarang ini dia sudah pindah di Jak
Bang Jack berlari medekati karyawan wanita yang pingsan. Wanita muda berumur kurang dari dua puluh tahun itu memejamkan mata. Terlihat wajahnya pucat dan tubuhnya lemah tak berdaya."Cepat panggil petugas klinik!" teriak Bang Jack."Sudah, Bang. Teman wanita ini tadi berlari menuju ke sana!""Bagus, kalian mundur, berikan udara yang cukup agar dia bisa bernapas dengan lega!"Yang awalnya tidak terlihat dari posisi Raline karena adanya kerumunan orang. Sekarang terlihat jelas wanita yang tergeletak tidak berdaya di lantai kantin. Raline menyipitkan mata karena seolah mengenal wanita yang pingsan itu."Ra sepertinya kenal wanita itu, deh, Bang.""Siapa, Sayang?""Entahlah, tetapi Ra lupa-lupa ingat. Siapa dia, ya?""Biarkan dia ditangani oleh dokter dulu, kalau penasaran nanti minta Jack atau Wibi untuk mengetahui identitasnya.""Iya.""Habiskan makannya, apa mau tambah lagi?""Tidak, Ra sudah kenyang."Raline dan Eddriz kembali ke kantor setelah selesai makan siang. Hanya dengan sekali
Asisten Wibi kembali mengirim vidio tentang Arum selama dua jam di dalam perusahaan. Dari CCTV terlihat wanita itu masuk ke kamar mandi. Tidak ke luar dari kamar mandi salama dua jam berlalu.Di dalam kamar mandi tidak ada CCTV. Sehingga bukti yang diberikan oleh Asisten Wibi hanya rekaman Arum masuk dan ke luar dari kamar mandi saja. Tidak ada yang tahu selama dua jam Arum melakukan apa saja."Sekarang ke mana wanita itu?" tanya Eddriz setelah Asisten Wibi selesai bercerita."Kami mengusir Nyonya Arum setelah dia menandatangani surat perjanjian, Tuan.""Surat perjanjian apa?"Asisten Wbi bercerita berniat melaporkan ke pihak yang berwajib tentang tindakan Arum hari ini. Harus ada efek jera agar tidak mengulangi lagi. Namun, wanita mantan istri itu memohon untuk tidak dibawa ke ranah hukum karena berniat baik..Asisten Wibi dan yang lain tidak mengetahui apa yang dimaksud niat baik Arum. Dengan menandatangani surat perjanjian di atas materai Arum melenggang ke luar perusahaan. Dengan
Eddriz memandang Arum dengan perasaan jijik dan kesal. Mantan istri itu terang-terangan menawarkan diri seperti wanita malam yang sedang menjajakan jasanya. Tiba-tiba teringat masa lalu yang dikalukan wanita mantan istri itu dulu saat berselingkuh."Kamu gila, aku bukan laki-laki yang doyan berselingkuh seperti kamu.""Aku tahu Bang Ed masih ada rasa cinta sama aku, jadi apa ...?" Arum tidak melanjutkan ucapannya saat Eddriz melambaikan tangan tanda tidak setuju."Stop, jangan dilanjutkan ucapan kamu, di sini tidak ada sama sekali nama kamu. Cinta masa lalu sudah aku kubur dalam-dalam, pergi dari sini!" Edrriz menunjuk dadanya sendiri."Bang Ed, please! aku ...!" Arum kembali tidak melanjutkan ucapannya karena mendengar suara seorang wanita yang memanggil dengan suara manja.."Abang!" teriak Raline pura-pura tidak mendengar percakapan suami dan mantan istrinya."Sayang, kemarilah!" Eddriz merentangkan tangannya menyambut Raline.Dengan sengaja Raline duduk dipangkuan Eddriz saling ber
Arum tetap tidak bisa dan dilarang keras masuk ke area resort milik Eddriz. Wanita mantan istri Eddriz itu dengan terpaksa ke luar dari area Ancol dengan kawalan ketat bodyguard pribadi Eddriz. Sambil komat-kamit mengucapkan sumpah serapah dan bahasa yang kasar seperti biasanya.Eddriz melihat semua yang dilakukan Arum dari kantor pribadi melalui CCTV. Hanya melihat sendiri tanpa didampingi oleh Raline. Sengaja tidak mengajak Raline agar istri tercinta bisa istirahat tanpa memikirkan apa pun terutama ulah mantan istri."Dasar wanita gila, ke laut saja sana!" teriak Eddriz ketika wanita mantan istri itu sesaat setelah di paksa ke luar dari area resort.Dengan menata hati dan menghilangkan emosi, Eddriz menyusul Raline yang sedang bersantai. Duduk di balkon sambil melihat deburan ombak dari samping resort. Tidak terlihat halaman depan terutama gerbang pintu utama sehingga Raline tidak melihat drama Arum yang ingin bertemu.Asisten Wibi mendekati Hanna yang sedang duduk berbincang dengan
Hanna terdiam sambil memandang wajah Asisten Wibi yang menunggu jawaban. Sayangnya, Hanna belum sempat menjawab pertanyaan cinta, ada suara Bang Jack menggelegar dari kejauhan, "Asisten Wibi!" teriaknya.Spontan Asisten Wibi dan Hanna menengok ke arah Bang Jack yang melambaikan tangan meminta untuk mendekat, "Ada apa?" tanya Asisten Wibi."Ada mantan istri Tuan Ed berjalan menuju ke sini!""Waduh gawat ini, Han. Tolong bantu Mas!""Ada apa, Mas?""Mantan istri Tuan Ed menuju ke sini, tadi Tuan Ed berpesan untuk mengusir dia!"Asisten Wibi berlari ke arah Bang Jack yang menunggu dengan cemas. Harus mencegah wanita mantan istri itu sebelum membuat ulah, "Mana orangnya?" tanya Asisten Wibi setelah berdiri disamping Bang Jack."Itu lihatlah!" Arum berjalan mendekati resort dengan dikawal asisten pribadi seorang wanita dan satu laki-laki yang tidak dikenal.Tidak hanya Bang Jack yang menunggu Asisten Wibi mendekat. Anak buah Bang Jack juga ikut menunggu perintah selanjutnya. Tindakan apa y