Beranda / Romansa / Dijodohin / 5. Dibangunin

Share

5. Dibangunin

Penulis: ElleAine
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-11 11:18:59

Ngerasa ada yang beda hari ini, deh. Biasanya, nyokap kalau bangunin gue tuh dengan suara keras dan menggoyangkan tubuh gue lalu buka gorden yang bikin mata gue silau.

Mba pun begitu. Kalau misal nyokap sibuk atau sudah berangkat, beliau bakal nyuruh mba bangunin gue. Mba kalau bangunin gue, ya emang gak bersuara keras tapi dengan penuturan kata lembut, "Kak bangun, Kak udah siang. Kata Ibu ...." Mba akan jelaskan apa yang nyokap perintah.

Misal, " Kata Ibu, Kakak mau kuliah. Nanti telat. Ayo bangun." Atau apa lah. Setelah itu mba buka gorden lalu berucap lagi bangunin gue.

Di sini emang gitu, ya. Maksud gue, emang mbak kalau manggil gue itu "kakak" bukan "non". Karena nyokap yang nyuruh. Lebih enak kata nyokap kalau manggil gue kakak dari pada non.

Namun, kali ini yang bangunin gue beda. Tanpa bersuara hanya ada goyangan lembut di lengan gue dan gue ngerasa nyokap atau mba, duduk di tepi ranjang.

"Hmmm," gumam gue tanpa berniat bangun, malah narik selimut lebih ke atas.

"Bangun, sudah siang. Bukankah kamu mau ke kampus."

"Jam berapa sekarang?" tanya gue tanpa ngebuka mata. Gue masih ngantuk berat.

"Jam 8 lebih 20."

"Ah, masih jam segitu. Aku berangkat jam 10, kelas mulai jam 11. Nanti bangunin aku lagi jam 9 lebih aja, ok?" sahut gue bergumam lalu lebih memilih meringkuk. Mau lanjut tidur.

"Bangun sekarang atau tidak usah bangun sama sekali."

Eh, tunggu. Kok suaranya kaya berat gitu ya? Kaya bukan suara cewe. Gue membalikan badan jadi terlentang lalu memicingkan mata sedikit.

Demi apa? Gue terlonjak kaget. Benar, bukan nyokap atau mba tapi Mas Alvin. 

Walau Mas Alvin tidak menghadap ke arah gue, dia menghadap ke samping. Gue yakin itu Mas Alvin, garis wajah bagian samping dan postur tubuhnya meyakinkan kalau itu memang Mas Alvin.

Sumpah, ini beneran? Gue lagi gak mimpi 'kan?

Gue langsung bangkit lalu duduk di atas ranjang sambil mengamati kalau itu beneran Mas Alvin. Rasa kantuk seketika hilang.

Apa gak cukup kemarin waktu gue dihabisin sama dia? Kenapa sekarang segala muncul dalam mimpi gue?

Detik berikutnya gue langsung nepuk-nepuk keras pipi gue. Meyakinkan kalau ini hanya mimpi, tapi pipi gue terasa sakit.

Jadi, beneran ini bukan mimpi?

Mas Alvin bangkit lalu ngebuka gorden membuat sinar mentari masuk lewat pantulan kaca.

"Lihat, sudah siang. Anak gadis jam segini baru bangun!"

"Ibu mana? Kenapa Mas ada di sini?" Alih-alih menggubris perkataan Mas Alvin, gue malah bertanya.

"Tante sudah berangkat sendari pagi, makanya Mas yang bangunin kamu."

Aish, sejak kapan Mas Alvin datang? Kenapa nyokap gak nyuruh mba aja yang bangunin gue? Kenapa harus Mas Alvin segala? Ahh, ngeselin!

Gue menenggelamkan wajah ke dalam batal yang baru gue ambil di atas pangkuan.

"Buruan mandi. Mas tunggu di bawah!" Nada ucapannya terdengar tidak enak. Gak ada lembut-lembutnya

Gue mengangkat kepala lalu mengagguk. Walau sebenarnya enggan. 

Setelah itu Mas Alvin langsung jalan ke luar dari kamar gue. Menghilangnya tubuh Mas Alvin, gue yang merasa frustasi mengacak-ngacak rambut sendiri, menjejak-jejakan kaki dengan keras di ranjang.

"Kenapa dengan Mas Alvin? Kenapa dia seperti itu? Jalani saja dulu, tapi gak harus sampai seperti ini! Apa harus dia pagi-pagi sudah datang gangguin gue?" 

Saat gue lagi bergumam seperti itu dengan gerakan tubuh frustasi, tiba-tiba gue denger suaranya Mas Alvin, "Siapa yang nyuruh kamu bertingkah seperti itu? Apa kamu tidak dengar Mas nyuruh kamu apa?" 

Otomatis gue berhenti bertingkah lalu menoleh ke asal suara, Mas Alvin sedang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah datar tanpa ekspresi.

Gue cuma nyengir memamerkan gigi rapi gue dengan raut wajah cengengesan, " Hee, iya, ini Salsa baru mau mandi." Gue gerak-gerakin tangan kanan saat berucap dan selesai berucap langsung menurunkan kaki ke lantai dengan perlahan terus langsung berdiri.

"Mas keluar aja, nunggu di bawah. Nanti kalau Salsa sudah selesai, pasti Salsa ke bawah," pinta gue tersenyum sambil jalan menuju kamar mandi yang ada di sudut kamar. Gue sengaja nyuruh Mas Alvin karena takut liat wajah dinginnya yang seakan membekukan tubuh aktif gue.

"Mas akan turun kalau kamu sudah masuk kamar mandi!"

Astaga, mimpi apa gue semalam? 

"Ahh, begitu? Baik." Gue langsung ngibrit masuk kamar mandi dengan sangat terpaksa.

Hilang semua rasa semangat untuk hari ini. Tergantikan dengan rasa malas untuk beraktivitas 

Sengaja gue lama-lamain, dari mandi, milih baju mau pakai yang mana plus ganti bajunya pun lama. Dan pake skin care rutin, bermake up, semuanya sengaja gue lama-lamain.

Untuk apa coba? Berharap saat gue turun Mas Alvin sudah tidak ada. Dia 'kan dokter. Harusnya 'kan waktunya padat untuk bekerja di rumah sakit, jadi gue berharap saat turun Mas Alvin sudah pergi ke kerjaannya atau ke mana kek. Yang penting sudah tidak ada di rumah ini.

Kayaknya harapan gue terkabul deh, saat gue sedang turun di tangga, gue mengedarkan pandangan mencari keberadaan Mas Alvin dan gue gak lihat adanya Mas Alvin.

Bersinar kembali semangat gue, senyuman cerah pun gue lukisan 'kan untuk membingkai wajah gue di pagi ini.

Walau gue gak denger suara gerbang dibuka, gue yakin, mungkin Mas Alvin pergi saat gue sedang di kamar mandi. Jadi, gue gak denger suara gerbang.

Sambil turun menyelesaikan anak tangga yang masih tersisa beberapa biji lagi sampai lantai bawah, gue nyanyi dan joget-joget bahagia.

Akhirnya bisa terbebas dari manusia es, yang entah dinamakan berperan sebagai apa akhir-akhir ini? Kaka, ajudan, atau pengganggu?

Tapi tiba-tiba ....

"Mas Alvin," gumam gue saat baru sampe menepakkan kaki di lantai bawah.

Seketika senyum dan kebahagiaan gue lenyap kembali, permisah. Saat gue lihat Mas Alvin baru ke luar dari kamar tamu dengan pakaian formalnya.

"Kenapa Mas Alvin ke luar dari kamar itu?" tanya gue dalam hati.

Sedetik kemudian otak gue mengingat pakaian apa yang Mas Alvin pakai saat bangunin gue. 

Gue masih sangat ingat sekali pakain apa yang dipakainya. Ingatan gue masih tajam. Mas Alvin saat tadi hanya pakai celana pendek warna putih dan kaos oblong warna hijau. 

Lalu sekarang Mas Alvin pakai baju formal? 

Detik itu juga otak gue dipenuhi banyak pertanyaan. Apakah Mas Alvin semalam tidur di rumah ini? Benarkah semalam Mas Alvin tidak pulang? 

Nggak! Nggak mungkin Mas Alvin tidur di rumah ini tanpa ibunya, Tante Wanda. Seumur-umur, selama ini, hal itu belum pernah terjadi.

Baik Mas Alvin maupun Mas David bila tidur di sini selalu bersama Tante Wanda. Itu pun bila ada acara. Selain itu belum pernah terjadi hal itu.

Nggak mungkin 'kan Mas Alvin tidur di sini? Ya, nggak mungkin!

Bab terkait

  • Dijodohin    6. Marah

    Mata kami saling bersitatap sebentar, sebelum akhirnya Mas Alvin memutuskan tatapan itu karena jalan menuju meja makan. Saat jalan di hadapan gue, Mas Alvin gak nyapa apa gitu. Basa-basi gitu, paling nggak senyum tipis, bukan ngelewatin begitu saja. Padahal gue aja rela senyum merekah, walau hati kesal padanya. Dah gitu, saat dia jalan gak ngadep ke wajah gue. Jalan lurus gitu dan gue yakin, Mas Alvin gak liat kalau gue senyum padanya. Sia-sia buang tenaga dikit untuk senyum yang tidak dianggap dan tidak dihargai. Gue menghembuskan napas dengan berlalunya Mas Alvin, lalu teriak manggil mbak. "Iya, Kak, bentar," sahut mbak yang terdengarnya suara itu dari samping.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Dijodohin    7. Amarah Luntur

    Gue jalan sambil mati-matian nahan air mata. Coba bayangin aja, orang yang katanya kakak sendiri gak mau disentuh sama gue, jijik sama gue. Emang gue seburuk itu? Gue bukan bangkai atau kotoran. Gue manusia! Kalau gak boleh, bilang! Gak perlu cara nolak seperti itu. Sudah buang tenaga dan sudah nginjak harga diri gue. Kalau jijik sama gue, bilang! Gue gak bakal susah-susah berusaha hanya untuk cium tangannya. "Sialan!" umpat gue marah dalam hati. Sudah hilang rasa sabar gue selama ini, gue diam bukan berarti gue terima atas perlakuan dia selama ini. Dia baik, tapi dia songong. Kalau benci ke gue, ngomong! Gue gak masalah. Dan gue gak harus berpura-pura baik di depan dia.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Dijodohin    8. Bertemu Kak Meysha

    Mas Alvin turun dari mobil setelah sampai di area parkir kampus. Sebelumnya sudah gue larang nganter sampai sini. Tapi dia tidak mau menggubris. Gue siap-siap turun, tidak mau keburu dia mengitari mobil terus bukain pintu untuk gue. "Haa," gumam dia saat gue baru ke luar dari mobil. Entah apa maksud gumaman dia. "Makasih sudah nganter Salsa," kata gue. "Belajar yang bener," sahut Mas Alvin. Gue ngangguk-ngangguk terus salim ke dia, izin pamit. Dia ngusap-ngusap pala gue, pemirsa. Dede lemes. "Alvin ...." Tiba-tiba ada yang manggil nama Mas Alvin. Gue langsung noleh ke arah suara.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • Dijodohin    9. Empat Tahun Berakhir Putus

    PoV Meysha Aku tersenyum tipis dan melambai kecil ke arah pintu kafe yang baru saja dibuka oleh sosok pria gagah rupawan, bertumbuh tinggi, tegap, berpakaian kemeja hitam berlengan panjang yang dipadukan dengan celana pants warna abu-abu tua, dan sepatu pantofel berwarna hitam. Pria itu membalas senyumanku, senyuman dia mengembang, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membuat matanya mengecil membentuk seperti bulan sabit, dan tangannya juga melambai ke arahku. Dia melangkah cepat mendekat ke mejaku. Pria itu kekasihku—namanya Alvin Sanjaya—kami sudah menjalin hubungan selama empat tahun lebih. Pertemuan kali ini berbeda dari pertemuan biasanya. Biasanya kami bertemu untuk temu kangen, menumpahkan rasa rindu. Tapi kali ini, ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Dijodohin    10. Ketahuan Mas Alvin

    PoV Salsa Malam ini nih gue lagi clubbing bareng temen geng dan juga Bagas. Awalnya kami duduk di satu meja mesen cocktail. Tapi karena Clarin sama Maya udah turun ke dance floor, udah joget-joget binal gak karuan. Akhirnya gue ngajak Amel ikut turun. Awalnya si Bagas nglarang gue, nyuruh gue duduk ngobrol aja sambil ngerokok. Tapi gimana ya, gue gak kuat lihat Maya sama Clarin. Jiwa joget gue minta diluapkan. Gue joget-joget di antara beberapa laki-laki. Sengaja gue goyangnya yang nakal. Asyiknya tuh ada cowok nanggepin gue dan tangan dia melingkar di pinggang gue. Udah deh gue lupa semuanya, dunia malam memang asik buat ngilangin stress. Tapi tiba-tiba orang yang joget ama gue ditarik seseorang terus dipukuli. Gue kira ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Dijodohin    11. Mas Alvin Tutup Mulut

    Malam ini nyokap kelihatan seneng banget. Raut wajahnya terpancar kebahagiaan, buat hati gue menghangat. Sudah lama banget gak makan bersama bertiga yang di mana salah satunya pria. Dulu, waktu bokap masih ada, makan bersama seperti sekarang, sering dilakukan bahkan hampir tiap hari. Setelah bokap gak ada, makan bersama di meja makan hanya gue dan nyokap. Berduan saja. Makan malam ini spesial menurut gue. Liat Mas Alvin, gue kaya liat bokap. Memori kebersamaan bokap jadi berputar di otak gue. Jadi kangen bokap. Tuh kan gue sedih. "Lho, kok, Salsa nangis?" Mas Alvin bertanya sambil natap gue. "Makanannya pedas, ya, tapi menurut Mas nggak kok. Menurut Tante pedas gak?" "Nggak, bukan makanannya, tapi Mas yang bikin Salsa nangis." Yang awalnya hanya air mata yang keluar, kini diiringi dengan isakan kenceng. "Mas? Maaf, memang apa yang Mas lakukan sampai buat kamu nangis?" "Mas bik

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Dijodohin    12. Ke Makam Ayah

    Sebagai anak satu-satunya, nyokap tidak mau acara lamaran gue hanya biasa aja. Sesuai permintaan gue yang hanya minta di rumah lalu makan-makan aja. Tapi nyokap dan Tante Wanda malah nyewa ballroom untuk acara lamaran gue dan Mas Alvin. Sebenarnya gue sedikit ragu dengan lamaran ini. Gue masih bingung dengan perasaan gue sendiri. Gue belum yakin kalau gue sudah ada rasa suka sama Mas Alvin, tapi rasanya kalau gue di dekat Mas Alvin, merasa nyaman apalagi setelah kejadian gue ketauan di club, perilaku Mas Alvin sama gue jadi gak dingin lagi. Buat gue gak takut berada di dekat dia. Gue milih maju, mengiakan adanya lamaran ini yang terkesan mendadak, persiapan hanya beberapa hari saja. Itu karena nyokap. Jujur gue gak tega mematahkan kebahagiaan nyokap yang begitu bahagia mengetahui Mas Alvin mau lamar gue. Nyokap aja sampe ngasih gue tas yang sudah dia janjiin beberapa minggu lalu. Yang tiap kali gue mau berangkat kampus terus tanya ke m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Dijodohin    13. Lamaran

    "Cantik banget kamu, Sa." Clarin berkomentar. "Kayak bukan Salsa deh, ya ampun pangling sekali kakak gue." Amel ikut berkomentar. "Duh, ini calon istri Bang Vin." Sekarang Maya yang berkomentar. Baru saja gue selesai dimake up oleh MUA yang dipesan nyokap. Gue sangat berterima kasih dengan orang yang rias, mata bengkak gue jejak habis menangis bisa tertutupi dengan make up. "Sudah siap, sayang?" Nyokap masuk ke kamar menghampiri. Gue ngangguk. "Anak Ibu cantik banget." Nyokap mengusap lengan baru kemudian beliau ngajak untuk ke tempat acara. Sedari tadi gue udah deg-degan banget, sumpah. Padahal waktu ketemu Mas Alvin mengantar ke makam, gue biasa aja. Tapi sekarang jantung gue memompa tidak semestinya, bahkan lebih dari saat gue di make up. Susunan acara sudah mulai hingga akan di waktu intinya, yaitu menemukan gue dengan Mas Alvin. Saat sang MC wanita mengintro agar gue masuk ke dalam r

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03

Bab terbaru

  • Dijodohin    38. Mas Alvin Berpelukan dengan Clarin

    Mau dibujuk seperti apa pun, gw tetep gak mau melakukan pengobatan apa pun. Gak pa-pa hampir setiap hari merasakan sakit pinggang, badan lemas, muntah-muntah terus, gatal-gatal, dan wajah pucat, yang penting gw mau berjuang mempertahankan anak.“Mba, Salsa mau keluar bentar sama teman-teman,” pamitku sama Mba Diah.“Iya, Mbak. Tadi Mas Alvin udah ngomong kalau mbak mau pergi. Mbak hati-hati ya, jangan capek-capek,” jawab Mba Diah kemudian terdengar suara klakson mobilnya Amel.“Wah, wah, bumil cantik kali, udah siap jalan?” goda Maya.“iya, dong. Gw langsung bertingkah kecentilan “Yuk, berangkat!” seru gw langsung masuk ke mobil.Sudah dua bulanan cuma di rumah doang paling keluar kalau ke kampus itu juga baru-baru belakangan ini dan jarang masuk pula karena kondisi kesehatan gw yang kurang baik.Hari ini gw merasa agak baikan, makanya gw izin mau jalan bareng sama teman-teman. Awalnya sih temen-temen cuma mau main di rumah doang, tapi setelah gw ajak dan izin sama Mas Alvin akhirnya

  • Dijodohin    37. Hasil Test

    Rumah sudah ramai banyak orang, ada sahabat-sahabatku, nyokap, mertua dan juga ada Mas David.Clarin adalah satu-satunya orang yang paling marah saat dikasih tahu kabar kehamilan gw."Sa, kenapa sih lo gak dengerin omongan gw. Lo itu gk boleh hamil dulu, kenapa gak pake pengaman si!" kesal Clarin saat kami berempat video call. Wajahnya terlihat jelas kalau dia sangat marah."Rin, lo kenapa marah mengetahui kabar bahagianya Salsa? Dia hamil setelah nikah, bukan hamil di luar nikah, seharusnya kita turut bahagia bukan malah marahin Salsa. Aneh lo!" sahut Amel ikut terselut amarah.Gw yang malas berdebat dengan Clarin memilih mengakhiri video call sepihak. "Makasih ya, yang udah ikut bahagia atas kehamilan gw. Nanti besok gw pulang, gw akhiri panggilan ini ya, dahh."Tut. Panggilan video call berakhir sebelum ada yang menyahut. Gw membiarkan mereka bertiga berdebat. Gw kehilangan tenaga untuk ikut serta ngobrol bareng mereka dan gw bodo amat atas ketidak sukaan Clarin sama gw. Berusaha

  • Dijodohin    36. Kabar Bahagia dan Duka

    Semua dirayakan …. Punya orang tua baik dan berkecukupan, punya sahabat yang sefrekuensi dan baik, punya suami ganteng, mapan, baik, dan gak pelit, punya mertua baik dan peduli, punya ipar juga baik, dan juga mau dikasih keturunan, mau jadi ibu. Hidup gw hampir sempurna walaupun tanpa adanya bokap. Tapi gw pernah mendapatkan kasih sayang yang besar darinya. Itu artinya kehidupanku semuanya dirayakan. Akan tetapi, namanya hidup tidak mungkin tidak ada ujian. Dibalik kebahagiaan itu semua, ada hal yang membuat kebahagiaan itu sirna begitu saja. Seakan dengan ujian ini gw merasa jadi orang yang paling menderita di muka bumi ini. Dari banyaknya manusia di muka bumi ini, kenapa harus gw yang mendapatkan sakit ini? Gw baru saja bahagia, baru bisa ikhlas atas kepergian bokap, baru saja ingin memperbaiki diri, mendekat ke Allah. Tapi kenapa harus mendapatkan ujian seberat ini? Hasil pemeriksaan kandungan, gw memang benar hamil satu bulan. Rasanya bahagia sekali mendengar kabar itu. Tapi

  • Dijodohin    Honeymoon

    PoV SalsaHalo, Permisah. Ada kabar gembira nih. Kalau hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Gw mau honeymoon, Permisah.Gw seneng banget.Setelah melalui hari-hari yang melelahkan akhirnya itu semua berlalu gakk terasa dan gw mendapatkan nilai Uas yang cukup menyenangkan."Hati-hati di sana, ya," pesan nyokap tercinta."Ibu gak usah khawatir. Salsa perginya sama Mas suami, jadi bakal aman sentosa," jawab gw girang.Nyokap hanya tersenyum menanggapinya, sementara dua temenku heboh kegirangan.Mau gw tambahin lagi asyiknya nikah muda. Selain dapat uang jajan banyak dari suami, gw dapat juga waktu bersamaan sama teman-teman yang masih utuh. Maksudnya mereka semua masih lajang, jadi mereka bisa banyak waktu sama gw.Andai kalau mereka udah nikah, mereka pasti sibuk dengan rumah tangganya sendiri. Mereka dengan tulus mau mengantarkan gw ke bandara sampai flight. Seru pokoknya. Hidup gw seakan semua dirayakan. Punya nyokap baik, mertua baik dan punya teman yang super-super pedul

  • Dijodohin    34. Mengkhawatirkan Meysha

    PoV Alvin Hai, aku balik lagi. Mau cerita soal pernikahanku sama Salsa yang sudah berjalan tiga bulan lebih tapi tanpa adanya cinta di dalamnya.Ya, seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya. Hari-hariku selalu dihantui rasa bersalah sama Salsa, Meysha, mertuaku, dan ibuku.Aku sampai bingung sendiri gimana caranya buat ngilangin rasa bersalah ini. Aku ingin hidupku bahagia lagi seperti sebelum menikah. Setelah menikah hidupku banyak tipuannya, pura-pura bahagia di depan orang sekitar.Hari ini hari terakhir Salsa masuk kampus sebelum liburan akhir semester tiba dan itu artinya setelah itu kami berdua mau pergi liburan, lebih tepatnya pergi berbulan madu. Harusnya aku senang karena mau liburan, bisa melepas penat, tapi yang kurasakan malah tertekan.Salsa yang mahir menggoda, membuatku takut lepas kendali. Selama ini aku sudah frustasi sendiri menghindari Salsa supaya kami jarang berhubungan suami istri. Ini malah mau pergi berbulan madu yang artinya aku tidak boleh menghindar dem

  • Dijodohin    33. Uang Gajian

    Kata Mas Alvin, dia akan pulang jam tigaan. Karena jam tiga gw udah ada di rumah, jadinya gw nungguin kepulangan Mas Alvin di ruang Tv. Dan benar saja, jam tigaan Mas Alvin udah pulang.Langsung aja gw sambut kepulangan suami gw yang ganteng banget itu dengan senyuman hangat."Assalamualaikum," salam Mas Alvin saat baru buka pintu rumah."Wa'alaikumussalam, suaminya Salsa." Gw langsung meraih punggung tangannya untuk disalim lalu langsung mengalungkan tangan di leher Mas Alvin.Muach!Ah, oh my God. Terus saja seperti ini kalau dikecup manja sama Mas Alvin, jantung gw langsung berdetak kencang. Padahal yang dikecup kening tapi efeknya sangat luar biasa.Kami berpelukan mesra beberapa menit sebelum Mas Alvin ngajak gw untuk duduk."Mas pasti capek banget, ya? Mau dibikinin minum apa?" tanya gw lembut dan penuh kasih sayang. Walaupun gw anak nakal, tapi soal pelayanan untuk suami, akan gw beri yang sangat baik. Apalagi pelayanan di atas ranjang, tanpa ragu pasti gw akan memberikan yang s

  • Dijodohin    32. Mas Alvin tidak Pamit

    Gue terbangun karena bunyi hp yang cukup keras. Langsung aja gue raih hp yang berada di atas nakas dan ternyata hp gue berbunyi karena alarm. Langsung aja tak matiin terus gue tidur lagi karena masih ngantuk berat. Toh, nanti kalau Mas Alvin pulang dari masjid, dia akan bangunin gue. Jadi lumayan bisa tidur sebentar.Pintu digedor-gedor terus yang membuat gue terbangun dari tidur. Gue heran kenapa Mas Alvin harus gedor-gedor pintu. Kenapa gak masuk aja terus bangunin gue dengan lembut seperti biasa? Perasaan pintu gak gue kunci deh.Gue milih pura-pura gak denger gedoran pintu biar Mas Alvin masuk terus bangunin gue dengan penuh kasih sayang.Baru aja mau pura-pura masih tidur, di luar sana terdengar suara Mbak Diah. Jelas gue heran dong, kenapa yang gedor-gedor Mbak Diah? Langsung aja gue bangun, dengan gontai jalan menuju pintu.Benar adanya kalau yang gedor-gedor ternyata Mbak Diah bukan Mas Alvin. "Mbak Diah?" kata gue kaget.Mbak Diah tersenyum. "Neng baru bangun?" tanya Mbak Di

  • Dijodohin    31. Balasan Kado

    PoV Salsa Hai, guys. Hehe, bertemu lagi dengan gue, Salsabila. Gue tuh gak nyangka banget kalau Mas Alvin sebaik itu. Dia beliin gue mobil impian. Mobil, pemirsa. Coba bayangin, mobil impian gue! Nyokap gue aja gak mau beliin mobil karena trauma, takut gue kayak bokap. Namun, Mas Alvin pengertian banget. Dia kayak tau sebenernya gue juga pengen punya mobil pribadi, khusus buat gue, seperti teman-teman gue yang lain. Sayangnya karena ketakutan nyokap, buat gue harus menerimanya. Lalu sekarang gue dapat mobil tanpa harus nunggu gue udah kerja dulu? Ini sesuatu banget bagi gue. Gue yang berpikir akan beli mobil nanti setelah udah cari uang sendiri, nyatanya Allah baik banget, mengirim hambanya yang amat baik untuk gue. Makasih, Ya Allah. Gue terharu banget, sumpah. Pokoknya gue sangat-sangat bahagia tapi gue sangat merasa bersalah sudah menuduh Mas Alvin dan udah marah di hadapan dia. Sebagai tanda maaf dan tanda terima kasih, gue malam ini berdandan cantik dan juga berpakain s

  • Dijodohin    30. Masih Milik Meysha

    PoV Alvin Hai, aku kembali lagi dan mau cerita lagi. Saat aku sedang duduk di sofa ruang tamu di rumah, lagi menunggu Salsa pulang, tiba-tiba Salsa nelpon. Aku angkat telepon dia dan betapa kagetnya saat tiba-tiba Salsa mematikan sambungan telepon setelah tanya aku di mana. Aku khawatir, takut ada hal buruk menimpanya. Sama sekali aku tidak kepikiran kalau dia marah sama aku karena tidak jadi jalan bareng dia. Pikiranku memang sedang terbagi-bagi. Sedang tidak terlalu fokus. Langsung saja aku meluncur ke kampusnya Salsa. Sampai sana aku tidak menemukan Salsa. Aku makin khawatir, mana aku tidak punya nomornya teman-teman Salsa. Aku datang ke rumah mertua, berharap Salsa ada di sana. Nyatanya tidak ada. Aku makin panik, gelisah tak karuan tapi untungnya aku bisa pasang ekspresi wajah biasa di hadapan mertua. Aku tidak mau mertua ikut khawatir. Namun saat aku mau pamit pulang, tiba-tiba gerbang terbuka dan menampakkan istriku. Detik itu juga hatiku terasa plong. Senyum lebar ku

DMCA.com Protection Status