"Saya minta maaf atas ketidaknyamanannya."Begitu yang Rafael ucapkan saat dia terpaksa memboyong seluruh keluarga Nadine plus pengantin baru ke rumahnya, gegara akad nikah Sandy dan Sita berubah ricuh.Sejumlah warga yang mengenali Rafael sebagai orang kaya, pemilik DA Grup yang terkenal tajir melintir, mulai merangsek masuk ke area rumah Hermawan.Jika mereka tertib, Rafael tidak masalah. Persoalannya, beberapa berubah anarkis, mereka merusak gerbang, main terobos masuk rumah, hanya untuk bertemu, melihat dia dan keluarganya.Keluarga Rafael memang tidak menyembunyikan diri dari publik. Mereka kerap tampil di banyak acara yang dihelat untuk umum. Hanya saja Rafael memang tidak pernah ada, baru beberapa bulan ini dia kembali menduduki posisinya sebagai CEO di kantornya. Belum sempat bersua muka dengan media, apalagi memperkenalkan istrinya ke khalayak ramai.Terang saja kemunculan Rafael di tengah komplek perumahan kelas menengah menarik perhatian warga yang melek berita. Mereka ten
Satu tamparan mendarat di wajah David. Saking kuatnya, hingga bunyi kulit bertemu kulit terdengar nyaring untuk keduanya. Nadine menatap tajam pada David, napasnya memburu menahan amarah yang terpatik karena ulah David barusan."Kau lancang menciumku!" Suara Nadine berdesis penuh emosi tertahan.Sementara David hanya diam membatu dengan rasa perih serta panas menyebar dari pipi ke seluruh wajah. "Dengar David De Angelo. Kisah kita sudah lama tamat, tidak akan ada sequel dalam bentuk apapun. Kau harus ingat kalau kau sendiri yang mengakhiri hubungan kita bukan aku. Mulai saat ini, menjauh dariku. Aku tidak mau melihatmu lagi!" Nadine berbalik arah, dua tangannya mengepal menahan gebu hati yang ingin menghajar pria di belakangnya. Sekuat hati Nadine menahan, demi menjaga perasaan Mega. Dia yakin, perempuan itu sangat tertekan dengan kelakuan David."Kau dengar ucapanku, Nad. Akan ada kesempatan di mana Rafael sendiri yang bakal membuangmu, aku pastikan. Dan itu tidak lama lagi."Nadin
"Masuklah."Hampir tengah malam, ketika Sandy membawa Sita pulang ke rumahnya sendiri. Meski tinggal menyeberang jalan, nyatanya mereka perlu dikawal empat anggota sekuriti dari rumah Rafael.Untungnya kerumunan pemburu berita sudah menghilang, hingga keadaan sudah kembali aman. Sita tampak ragu ketika Sandy menggandeng tangannya memasuki pintu ganda besar hunian milik Sandy, ah salah, rumah mereka.Sita sesaat takjub dengan isi rumah Sandy yang juga mewah, setara dengan kediaman Rafael. Ruang tamu luas dengan sofa empuk, terlihat mahal. Pun dengan tirai yang menjuntai menutupi jendela yang tingginya menjangkau dua lantai. Dindingnya dicat hijau tosca, dengan lampu kristal besar tergantung di langit-langit ruang tamu. Sandy menuntun Sita menuju lift, alih-alih melewati tangga bercat hitam putih dengan aksen emas pada railingnya.Sita memang kesulitan bergerak. Perempuan itu memang belum berganti baju sejak akad nikah mereka tadi. Entah kenapa, apa dia suka dengan kebaya pengantinnya
"Hei! Aku masih hidup lagi!" Semua orang terperanjat melihat tubuh tengkurap di atas sofa itu perlahan bangun. Lebih terkejut lagi ketika sosok yang diteriakkan sebagai mayat oleh ART Rafael itu ternyata Rionald. Bukannya pria itu sedang bersama Dewi, kenapa sekarang ada di sini."Eh, tua bangka bau tanah, ngapain kamu di sini. Mana tampilan kayak gembel begini?"Kalimat se-sarkas itu cuma Paramita yang berani mengucapkan pada sang kakak."Kayaknya iya, aku sebentar lagi bau tanah. Mati saja aku," ucap Rionald asal.Semua orang yang setengah dilanda kantuk membelalakkan mata. Bagaimana bisa Rionald yang terkenal tegas, berkharisma kini tampak menyedihkan dan putus asa.Tampilan kumal dengan wajah mulai ditumbuhi bakal kumis. Rionald jauh dari kebiasaannya sehari-hari, yang klimis dan paripurna. "Kalau kau patah hati, pulang sana! Jangan ke sini!" cetus Arya galak. Pria itu masih mengenakan piyama, sama seperti yang lain. Bedanya, masih ada busa cukur yang tersisa di wajah. Ayah Raf
Seminggu setelah acara akad nikah Sandy, Rafael terpaksa membuka diri pada publik. Satu konferensi pers dia lakukan. Setelah kemarin dia juga disidang pak RT tempat tinggal Nadine. Tidak ada yang serius, pria itu hanya minta konfirmasi soal siapa Rafael sebenarnya. Dan Rafael sudah menjawab sekaligus minta maaf atas kekacauan yang ia timbulkan.Pak RT memang tidak menyalahkannya, hanya terkejut ketika warganya melapor kalau ada jutawan yang tinggal di lingkungan mereka. Dia juga tidak masalah dengan kehadiran Rafael toh pria itu tidak pernah menimbulkan perkara di kawasan tempat tinggal mereka.Kini, setelah publik tahu, makin heboh pemberitaan yang tersiar di luar. Semua kepo dengan sosok Rafael dan istrinya. Pria itu dengan lantang mengaku sudah menikah setahun yang lalu. Tanpa menyebut nama, tapi agaknya para pemburu berita sudah tahu soal siapa istri Rafael.Situasi berbalik saat ini. Jika kemarin bisik-bisik terdengar untuk menggunjing Nadine. Sekarang mereka tetap berbisik tapi
"Ada apa?"Rena terperanjat mendengar seseorang bertanya sangat dekat dengannya. Lebih kaget lagi ketika tahu siapa yang bertanya padanya. Rena sesaat memindai tampilan perempuan yang berdiri di depannya. Rena seketika diserang syok, pakaian yang dikenakan oleh si korban tadi sama persis dengan yang di pakai si wanita."Nad, sorry. Tapi orang tadi penampilan persis kamu." Rena bergidik ngeri melihat bagaimana keadaan si korban tadi."Memangnya orang itu kenapa? Kamu kenal?""Disiram air keras. Lukanya parah, wajahnya melepuh. Bahkan ada yang bilang tadi mungkin saja orang itu buta."Nadine seketika menutup mulut. Cukup ngeri dengan gambaran yang Rena ceritakan. Istri Rafael tadinya ingin pulang awal, tapi Rafael memintanya mengecek sesuatu, terpaksalah dia tinggal beberapa saat lagi.Mungkin saja, jika Nadine keluar awal, Eva sukses melukainya. Kalau Nadine baik-baik saja, lalu siapa korban yang sudah Eva ciderai?Rena dan Nadine masih berdiri di luar gerbang. Rena terlihat canggung,
Malam telah mencapai puncaknya, ketika Nadine tergoda untuk membuka mata, sebab haus yang mendadak menyerang. Perempuan itu seketika menyadari kalau Rafael tidak ada di sisi. Sayup-sayup dia mendengar suara sang suami dari arah balkon, seperti sedang bicara melalui telepon."Saya belum bisa datang. Sampaikan saja pada Delia kalau pekerjaanku masih banyak, tidak bisa ditinggal."Delia? Siapa Delia? Nadine balik memejamkan mata kala pintu balkon terdengar ditutup dengan Rafael perlahan ikut naik ke atas ranjang. Pria itu baru akan mendekap tubuh sang istri ketika Nadine tiba-tiba bangun."Kenapa?" Rafael kembali ikut bangun."Haus," sahut Nadine, berjalan ke ruangan lain di mana ada kulkas mini dan dispenser di sana.Tak berapa lama, Nadine kembali dengan cepat melanjutkan tidur. Pura-pura abai pada Rafael langsung mematikan ponsel begitu Nadine mendekat.Pria itu juga segera memeluk sang istri yang tidur memunggunginya. "Kali ini kebohongan apa lagi yang kau ciptakan."Haruskah Nadine
Banyak ujian yang harus dilalui oleh sebuah biduk rumah tangga. Banyak ragam, macam dan bentuk. Semua bertujuan sama, menguji penumpangnnya, sanggup bertahan atau tidak. Dalam setahun pernikahan Rafael dan Nadine, banyak rintangan sudah mereka hadapi, bahkan sejak proses pernikahan keduanya dimulai. Kali ini cobaan itu datang lagi, setelah mereka berhasil melaluinya beberapa waktu lalu. Rafael berjalan mondar mandir di satu kamar yang berada di lantai dua. Bukan kamar yang dia masuki bersama Rey tapi kamar lain. Tangan Rafael terkepal kuat, berusaha menahan emosi yang hampir meledak tidak terkendali. Di belakangnya, tepat di atas ranjang terbaring Nadine yang tidak sadarkan diri. Hampir lima belas menit wanita itu belum juga menemukan kesadarannya. Pesta masih berlangsung di lantai bawah, juga kebun samping rumah Sandy. Namun pria itu tidak berminat kembali ke sana. Kejadian beberapa menit lalu membuat Rafael dipenuhi amarah. Bagaimana dia tidak marah, saat membuka paksa kamar