Share

Bab 32

Penulis: empat2887
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-04 17:06:00

Mang Ujang menyarankan, supaya semua ini diberitahukan kepada ketua RT komplek perumahanku. Tidak ada salahnya juga menurutku, kalau kami melaporkan semua ini. Karena memang kenyataannya, kalau kehidupan aku dan keluargaku terganggu gara-gara semua ini.

"Iya, Mas, apa yang disarankan Mang Ujang ada benarnya juga lho. Lebih baik kita lapor ke pihak RT, sebagai orang yang paling dekat di lingkungan kita. Siapa tau kalau kita lapor, Pak RT akan meningkatkan keamanan. Minimal diadakan lagi tuh yang namanya siskamling," timpalku merasa setuju dengan saran Mang Ujang.

"Tapi kalau menurut Mas sih untuk sekarang ini nggak perlu dulu deh, Dek. Tapi bukan berarti Mas tidak setuju dengan saran Mang Ujang, hanya selama kita masih bisa menanganinya sendiri, kita tidak perlu lapor dululah. Namun, jika memang sudah keterlaluan dan kita tidak dapat mengatasinya, baru kira lapor RT atau polisi sekalian." Mas Arsya menolak saran yanh diberikan oleh Mang Ujang.

Ia juga sambil memberi alasan yang simpe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 33

    "Iya, Bu. Karena kemarin ada kejadian yang tidak mengenakan, makanya Mira meminta Mas Arsya, supaya menyuruh tukang untuk meninggikan pagarnya." Aku menjawab pertanyaan, yang dipertanyakan mertuaku."Lho ... menangnya ada kejadian apa, Mbak?" tanya Siska, yang merupakan adik iparku.Ia terlihat begitu heran, saat mendengar penuturanku. Aku pun segera menceritakan apa yang telah terjadi, setelah aku balik dari kampung. Aku memberitahu mereka sedetail mungkin, biar mereka tahu apa yang terjadi kepada keluargaku akhir-akhir ini."Ya ampun, kok serem sih, Kak? Tapi kalian baik-baik saja bukan?" tanya Siska lagi."Iya, Mira, cucu-cucu Mama tidak kekurangan sesuatu apa pun kan?" tanya Ibu mertua."Alhamdulillah, Bu, Siska, kami tidak apa- apa," sahutku."Alhamdulillah," ucap mereka serempak.Setelah itu kami ngobrol ngalor -ngidul, kedua anakku pun bermain dengan Nenek dan juga Tantenya. Karena kebetulan kedua anakku masih pada libur sekolah. Sekitar dua jam Ibu dan juga adik iparku berada

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 34

    "Sudah-sudah, kalian nggak usah takut, Sayang! Ayo kita lihat siapa yang datang, kali aja itu saudara kita yang datang dari jauh!" ajakku kepada anak-anak, sambil menenangkan mereka.Padahal sebenarnya aku sendiri merasa takut, jika orang yang memencet bel itu adalah orang asing. Orang yang tidak kita kenal, atau bahkan orang jahat yang mau berniat jahat terhadap keluargaku. Tapi selain takut aku juga merasa penasaran, aku ingin tahu siapa yang memencet bel tersebut. "Kalau begitu Bunda aja yang lihat ya, Arka dan Azka tunggu di sini. Arka takut, soalnya," saran Arka."Kita melihatnya sama-sama aja, Kak, toh kita melihatnya juga dari CCTV, bukan harus keluar rumah langsung.""Oh iya, Arka lupa! Kan, sekarang rumah kita dipasang CCTV ya." Arka berkata sambil menepuk jidatnya."Iya dong, Nak. Ayo kita lihat," ujarku, sambil meraih handphone yang tergeletak di nakas.Setelah itu aku membuka handphone yang telah tersambung dengan monitor CCTV tersebut. Kami bertiga pun melihat siapa yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 35

    "Bibi nggak tau, Pak. Tiba-tiba saja ada yang memukul Bibi, saat Bibi memencet bel." Bi Minah menjawab pertanyaan Pak Suryo, sambil tetap memijit kepalanya."Kira-kira siapa ya, yangAku merasa kasihan kepada asistenku ini, kenapa bisa menjadi seperti ini. Siapa sebenarnya orang yang telah memukulnya itu? Padahal baru juga sampai, tetapi sudah mendapat teror, yang membuatnya sampai pingsan. Siapapun yang melakukan semuanya ini, tetap masih menjadi misteri yang tak kunjung terkuak. Tetapi aku tetap semangat untuk membuktikan siapa pelaku sebenarnya.Nanti aku akan mengecek CCTV, siapa tahu ada bukti yang akurat, tentang siapa yang membuat Bi Minah sampai pingsan. Aku akan memutar kejadian tersebut dengan menggunakan CCTV, yang menempel di tiap sudut rumahku. Bahkan jika terus seperti ini, sepertinya aku perlu menggunakan satpam untuk menjaga keamanan lingkungan rumahku. Karena hanya aku yang mendapatkan teror ini, sedangkan penghuni komplek lainnya terlihat baik-baik saja. Aku sampai

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 36

    "Iya, Bu Titi, alhamdulillah Mira sudah lapor Rt. Bahkan sudah lapor polisi juga dan katanya sekarang sedang diselidiki. Semoga saja segera tertangkap tuh penjahatnya," terangku.Aku memberitahu Bu Titi, tentang perkembangan kasus teror tersebut."Oh, sudah langsung dipolisikan ya, Bu Mira? Bagus si, biar ada kepastian siapa pelakunya." Bu Titi bertanya kembali."Iya, Bu, sudah. Biar nanti kalau ketangkap siapa pelakunya, dia akan ada efek jera buatnya. Soalnya kelakuannya sudah keterlaluan, sampai menganiaya orang segala. Biar kapok tuh penjahat," sungutku."Benar, Bu Mira, kamu memang sudah tepat melakukan semua itu," ujar Bu Titi lagi, yang dari tadi manggut-manggut mendengar penuturanku. Kami berdua ngobrol, sambil memilih sayuran dan bumbu yang dibutuhkan masing-masing. Orang-orang yang belum tau tentang kejadian yang menimpa asisten rumah tanggaku pun pada bengong, mereka memperhatikan aku dan Bu Titi yang terus asyik berbicara."Lho ... Bu Mira, Bu Titi, memangnya ada kejadian

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 37

    "Eh ... Iya maaf, Bu Mira, aku keceplosan," ucapnya sambil menutup mulut.Kini baik Bu Nia, Bu Titi dan Ibu-ibu yang lainnya pun tidak berkata apapun lagi, setelah aku berbicara seperti itu. Aku kembali fokus dengan apa yang akan aku beli disana dan setelah aku rasa cukup, aku pun segera membayar barang belanjaan tersebut."Bu-Ibu, aku pulang duluan ya," pamitku, setelah membayar barang belanjaanku."Iya, Bu Mira, hati-hati di jalan," ucap mereka serempak."Makasih ya atas perhatiannya. Aku duluan, assalamualaikum," ucapku, sambil berbalik dan menenteng plastik hitam yang berisi belanjaan."Iya, Bu Mira, walaikumsalam." Mereka kembali menyahut ucapan salam dariku.Aku pun segera pergi meninggalkan tempat belanja dan kembali pulang ke rumahku. Namun, pada saat sampai di depan rumah kosong, tidak sengaja aku melirik ke arah rumah kosong tersebut dan jelas sekali terlihat, jika jendela rumah tersebut terbuka sedikit. Tapi setelah aku memperhatikan rumah tersebut, jendela tersebut kemudi

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 38

    Aku berharap banyak, semoga Bu Titi memiliki nomer Pak Kusno tersebut."Oh ... Bu Mira butuh nomernya Pak Kusno ya. Sebenernya ada sih, Bu. Tapi aku hanya ada nomer istrinya, serta tidak tau masih aktif atau nggak. Soalnya sudah lama juga kami lost kontak. Maklum akhir-akhir ini aku dan suami sibuk sekali, jadi jarang berkomunikasi dengan beliau." "Aduh gimana ya?" tanyaku bingung, "maaf, Bu, apa bisa aku minta tolong?""Bisa dong, Bu Mira, memangnya Ibu mau minta tolong apa?" tanya balik Bu Titi."Itu, Bu, coba tolong hubungi istrinya Pak Kusno-nya! Apa nomernya masih aktif atau tidak? Atau kalau boleh Ibu kirim saja nomernya ke nomer Mira," pintaku."Oh ... Boleh-boleh, sebentar aku hubungi beliau," ujarnya, sambil mengutak-atik gawainya, kemudian ia pun meneleponnya.Terdengar bunyi dari telepon milik Bu Titi, yang sedang menghubungi seseorang. Aku pun terdiam dan menunggu, semoga saja teleponnya aktif."Ih ... kok, telepon whatsapp-nya nggak aktif ya, Bu. Nanti coba dulu pakai

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 39

    "Hallo, assalamualaikum," ucapku, setelah panggilan terhubung."Waalaikumsalam, maaf ini dengan siapa ya, soalnya nomernya baru dan belum ada di kontak saya." Suara seorang pria bertanya, pada saat aku selesai mengucap salam."Ini, Pak, aku Mira istrinya Mas Arsya, yang rumahnya berada di samping Pak Suryo. Di kompleks Puri Indah," sahutku."Oh iya, Bu Mira, maaf ya! Saya pikir nomernya siapa?""Iya, Pak, tidak apa. Aku juga minta maaf, sebab sudah mengganggu waktunya," ucapku lagi.Kemudian aku pun segera memberitahu maksud dan tujuanku."Jadi rumah yang berhadapan dengan Pak Suryo itu sudah ada yang mengontrak ya?" tanyaku."Iya, Bu," sahut Pak Kusno menegaskan." Tapi kok seperti tidak ada penghuninya ya, Pak. Soalnya setiap hari sepi dan selalu tertutup, seperti tidak ada kehidupan di sana," ungkapku."Ah masa sih, Bu? Mungkin ia seorang pekerja, Bu, yang berangkat pagi pulang malam," ujar Pak Kusno lagi menerka-nerka.Ternyata benar dugaaanku, jika rumah tersebut tidaklah kosong

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 40

    "Oh ... iya, Bi. Terima kasih ya, Bi," ucapku."Sama-sama," sahut Bi Minah.Aku dan Mas Arsya pun menemui komandan polisi, yang sedang menangani kasus peneroran ini. Sedangkan Bi Minah menyiapkan minum untuk tamuku tersebut."Selamat sore, Bu Mira dan juga Pak Arsya," sapa Komandan, yang berpenampilan seperti warga biasa, tanpa seragam kebesarannya."Sore juga, Komandan," sahut Mas Arsya."Bagaimana, Komandan? Apa sudah ada perkembangan?" tanyaku to the point.Aku langsung bertanya kepada tamuku, tentang kasus yang sedang diselidikinya. Aku merasa penasaran, dengan semua yang terjadi."Haa ... Haa ... Ha, Ibu rupanya sudah tak sabar ingin segera tau perkembangannya ya?" tanya balik sang Komandan tersebut."Hee ... I-iya,Komandan. Maaf ya, Komandan," sahutku salah tingkah karena malu."Jadi begini, Bu, Pak. Memang kebetulan, saya datang kesini juga karena ingin membahas tentang penyelidikan yang sedang saya tangani, tentang kasus peneroran keluarga Ibu dan Bapak." Komandan pun memberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02

Bab terbaru

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 46

    "Iya, Dek, jeruknya dari Bu Marni. Emangnya ada yang salah ya, kok kamu sepertinya kaget banget sih?" tanya Mas Arsya, sambil mengerutkan keningnya.Aku benar-benar merasa tidak percaya dengan penuturan suamiku, yang saat ini telah mendapat rezeki buah jeruk dari Bu Marni, orang yang merupakan otak dari semua teror yang dilakukan Susi, yang bahkan keberadaannya saat ini sedang dicari polisi."Nak, kenapa kamu terlihat kaget, saat suamimu mengucap nama Bu Marni? Memangnya kamu ada masalah ya sama dia" tanya Ibu, sambil menatap kearahku. Beliau juga terlihat heran, mendengar kekagetanku tadi."Betul, Nak, coba deh cerita sama Bapak. Ada masalah apa kamu sama Bu Marni, mungkin Bapak bisa bantu," timpal Bapak.Bapak, Ibu dan suamiku sampai mengerutkan keningnya. Mereka keheranan, kenapa aku bisa sehisteris itu berkata saat mendengar nama Bu Marni.Hingga kini membuat keluargaku melongo dengan sikapku itu. Mereka semua tidak mengerti, mengapa tadi aku bertanya dengan nada yang begitu kag

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 45

    "Asyik ada Nenek dan juga Kakek, kapan Nenek dan Kakek sampai rumah Azka?" tanya Azka, sambil menghambur kepelukan Ibu dan juga Bapak.Azka juga menanyakan hal yang sama, kepada Ibu dan Bapak. Ia begitu senang, saat melihat Ibu dan Bapak sudah berada dirumahku."Barusan, Nak. Bagaimana kalian sehat?" tanya Ibu balik."Alhamdulillah, Bu, kami dalam keadaan sehat. Bu, kenapa Ibu tidak mengabari dulu, kalau Ibu mau datang? Kan bisa aku jemput, kalau Ibu mengabari dulu?" tanyaku lagi.Aku merasa kaget, saat Ibu dan Bapakku sudah berada di rumah saat ini. Padahal mereka sama sekali belum memberi kabar kepadaku, kalau mereka mau datang saat ini. "Nak, semenjak kalian balik dari kampung. Ibu merasa tidak tenang, Ibu bahkan selalu bermimpi buruk tentang kalian. Makanya Ibu dan Bapak sekarang menyusul kesini," terang Ibu."Iya, Nak, apa yang dibilang oleh ibumu itu benar. Ibumu tidak bisa tidur tenang semenjak kalian balik ke kota," timpal Bapak.Benar-benar begitu kuat, ikatan batin antara

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 44

    "Boleh kok, Bu. Supaya Ibu juga waspada, serta dapat memberitahu kami, jika melihat dia dimanapun." Pak Junaedi memperbolehkan aku mengetahui siapa orang tersebut."Terus siapa orangnya ya, Pak?" tanyaku lagi.Aku terus saja mendesak, tentang siapa pelaku lain yang meneror keluargaku. Karena aku benar-benar merasa penasaran dengan semuanya ini. Aku juga tidak mau kecolongan lagi, biar aku terus waspada menghadapi kemungkinan apapun. Aku akan tetap siaga menghadapi semuanya, walaupun itu adalah kemungkinan terburuk didalam kehidupanku."Bu Mira ... orang yang bersekutu dengan Bu Susi itu adalah Bu Marni. Ia juga seorang pemilik rumah makan, sama seperti Bu Mira. Menurut Susi, Bu Marni adalah orang yang mendukung dan mem-fasilitas-i dirinya, selama melakukan peneroran terhadap Ibu dan juga keluarga. Bahkan Bu Marni juga, yang membayar sewa rumah Pak Suryo untuk tempat tinggal Bu Susi." Pak Junaedi membeberkan semua yang didengarnya, dari pengakuan Susi tersebut."Astagfirullah ... jadi

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 43

    Namun apa yang dilakukan Susi tidaklah ada artinya, para polisi tetap membawa Susi pergi dari hadapan kami dengan menggunakan mobil pribadi. Mereka melakukan semua itu, supaya tidak terlalu mencolok saat pengintaian tadi.Setelah para polisi pergi, sambil membawa Susi untuk diadili. Warga yang menonton pun ikut membubarkan diri, mereka pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga aku dan Mas Arsya, aku dan suamiku pun segera masuk ke dalam rumah karena waktu telah larut.Saat ini telah menunjukan waktu setengah dua belas malam. Aku pun tidak lupa mengunci pintu gerbang dan juga pintu rumah, kemudian kami segera masuk kamar dan tidur. Aku dan Mas Arsya tidak lagi membahas Susi atau siapapun, tetapi kami langsung tertidur pulas saking ngantuknya.***"Bu Mira, semalam itu siapa yang ditangkap?" tanya Bu Titi, dia sengaja datang ke rumahku saking penasarannya."Itu, Bu, teman masa kecil aku sewaktu di Kampung," jawabku."Kok dia bisa mempunyai rasa dendam yang begitu besar sih sama, Bu Mir

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 42

    Aku pun merasa kaget, saat mendengar curhatan Susi. Rupanya dari masa lalunya yang buruk itulah, hingga membuat hati Susi memiliki sifat iri dengki kepadaku. Karena ia merasa tidak seberuntung aku, makanya ia merasa iri terhadap kehidupanku yang menurutnya sempurna.Tetapi apa yang dilakukannya ini sudah sangat keterlaluan. Ia begitu tega membuat aku dan keluargaku merasa khawatir dan juga was-was. Bahkan hampir membuat asisten rumah tanggaku celaka. Lebih parah lagi, ia hampir saja membuat aku kehilangan nyawa, kalau saja Allah tidak menyelamatkan aku waktu itu.Hanya saja waktu itu tidak ada saksi, sehingga aku tidak bisa menuntutnya kejalur hukum. Tetapi saat ini, aku tidak akan pernah lagi membiarkannya lepas begitu saja. Aku tidak mau ia sampai terlepas dari jeratan hukum, yang memang sepantasnya ia terima."Susi, kok kamu tega betul sih? Padahal aku kan selalu berbuat baik kepadamu? Tapi mengapa ini balasan yang kamu berikan kepadaku?" tanyaku merasa tidak percaya dengan apa yan

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 41

    "Iya, Pak, siap. Aku dan juga keluarga akan mengikuti arahan dari bapak. Kami akan melaksanakan apapun, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan tadi siang." Aku menyetujui permintaan Pak Junaedi tersebut."Bagus, Bu. Kami juga sedang mengintai rumah Ibu kok," ujar Pak Junaedi.Aku pun merasa tenang, setelah Pak Junaedi berkata seperti itu. Sebab aku tidak takut lagi, jika ada yang akan berbuat onar kepada keluargaku."Terima kasih, Pak," ucapku.Setelah itu panggilan telepon pun terputus, aku dan Mas Arsya bersiap-siap. Sedangkan kedua anakku telah tertidur pulas. Pada jam sepuluh malam, seperti biasanya bel dirumahku berbunyi. Sepertinya si peneror sedang melancarkan aksinya. Aku dan Mas Arsya pun melihat semua kegiatan yang ada di luar sana, dari handphone yang sudah tersambung dengan CCTV. Didepan rumahku sudah terdapat seseorang, yang memakai pakaian serba hitam dengan penutup kepala serba hitam juga.Tidak berapa lama, dari arah belakang orang tersebut, sudah terdapat para pol

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 40

    "Oh ... iya, Bi. Terima kasih ya, Bi," ucapku."Sama-sama," sahut Bi Minah.Aku dan Mas Arsya pun menemui komandan polisi, yang sedang menangani kasus peneroran ini. Sedangkan Bi Minah menyiapkan minum untuk tamuku tersebut."Selamat sore, Bu Mira dan juga Pak Arsya," sapa Komandan, yang berpenampilan seperti warga biasa, tanpa seragam kebesarannya."Sore juga, Komandan," sahut Mas Arsya."Bagaimana, Komandan? Apa sudah ada perkembangan?" tanyaku to the point.Aku langsung bertanya kepada tamuku, tentang kasus yang sedang diselidikinya. Aku merasa penasaran, dengan semua yang terjadi."Haa ... Haa ... Ha, Ibu rupanya sudah tak sabar ingin segera tau perkembangannya ya?" tanya balik sang Komandan tersebut."Hee ... I-iya,Komandan. Maaf ya, Komandan," sahutku salah tingkah karena malu."Jadi begini, Bu, Pak. Memang kebetulan, saya datang kesini juga karena ingin membahas tentang penyelidikan yang sedang saya tangani, tentang kasus peneroran keluarga Ibu dan Bapak." Komandan pun memberi

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 39

    "Hallo, assalamualaikum," ucapku, setelah panggilan terhubung."Waalaikumsalam, maaf ini dengan siapa ya, soalnya nomernya baru dan belum ada di kontak saya." Suara seorang pria bertanya, pada saat aku selesai mengucap salam."Ini, Pak, aku Mira istrinya Mas Arsya, yang rumahnya berada di samping Pak Suryo. Di kompleks Puri Indah," sahutku."Oh iya, Bu Mira, maaf ya! Saya pikir nomernya siapa?""Iya, Pak, tidak apa. Aku juga minta maaf, sebab sudah mengganggu waktunya," ucapku lagi.Kemudian aku pun segera memberitahu maksud dan tujuanku."Jadi rumah yang berhadapan dengan Pak Suryo itu sudah ada yang mengontrak ya?" tanyaku."Iya, Bu," sahut Pak Kusno menegaskan." Tapi kok seperti tidak ada penghuninya ya, Pak. Soalnya setiap hari sepi dan selalu tertutup, seperti tidak ada kehidupan di sana," ungkapku."Ah masa sih, Bu? Mungkin ia seorang pekerja, Bu, yang berangkat pagi pulang malam," ujar Pak Kusno lagi menerka-nerka.Ternyata benar dugaaanku, jika rumah tersebut tidaklah kosong

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 38

    Aku berharap banyak, semoga Bu Titi memiliki nomer Pak Kusno tersebut."Oh ... Bu Mira butuh nomernya Pak Kusno ya. Sebenernya ada sih, Bu. Tapi aku hanya ada nomer istrinya, serta tidak tau masih aktif atau nggak. Soalnya sudah lama juga kami lost kontak. Maklum akhir-akhir ini aku dan suami sibuk sekali, jadi jarang berkomunikasi dengan beliau." "Aduh gimana ya?" tanyaku bingung, "maaf, Bu, apa bisa aku minta tolong?""Bisa dong, Bu Mira, memangnya Ibu mau minta tolong apa?" tanya balik Bu Titi."Itu, Bu, coba tolong hubungi istrinya Pak Kusno-nya! Apa nomernya masih aktif atau tidak? Atau kalau boleh Ibu kirim saja nomernya ke nomer Mira," pintaku."Oh ... Boleh-boleh, sebentar aku hubungi beliau," ujarnya, sambil mengutak-atik gawainya, kemudian ia pun meneleponnya.Terdengar bunyi dari telepon milik Bu Titi, yang sedang menghubungi seseorang. Aku pun terdiam dan menunggu, semoga saja teleponnya aktif."Ih ... kok, telepon whatsapp-nya nggak aktif ya, Bu. Nanti coba dulu pakai

DMCA.com Protection Status