"Hmm?"Kedua alis tebal Bisma semakin mengerenyit mendengar permintaan Adelia yang amat tiba-tiba. Mulutnya hampir terbuka hendak bertanya, tetapi setelahnya pintu lift terbuka dan membuat wanita itu segera menjauh darinya."Aku hanya sedang ingin keluar saja, Bisma. Tidak ada niatku untuk kabur dari pekerjaan, sungguh!" Adelia segera melangkahkan kakinya lebih cepat, tetapi ke arah lain yang kembali membuat dahi Bisma menekuk ke dalam."Aku ke toilet sebentar, nanti aku segera kembali!""Adelia ...."Dengan langkah terburu-buru Adelia segera menuju ke sebuah ruangan yang tak jauh dari ruangan tempatnya bekerja bersama Bisma. Ia mengabaikan panggilan pria yang nampak terheran-heran dengannya, dan segera mengeluarkan sebuah benda pipih yang sempat tak sengaja ditemuinya tadi pagi."Huh! Maafkan aku, Bisma. Aku terpaksa membohongimu!"***Kringg!Sebuah lonceng kafetaria berbunyi, menandakan pesanan masuk. Seorang yang nampak telah lebih dulu tiba, terlihat menyulut sebatang sebatang ro
Ardi terdiam membeku mendengar ancaman Adelia. Netranya melirik sekitar sesaat, seolah tengah mencari bantuan. Namun sayang pada detik ini ia tak bisa menghindar lagi dari Adelia yang semakin memojokkannya."Sial! Aku benar-benar sudah terjebak!"Ardi bergerak selangkah mundur seraya terus berpikir. Untuk saat ini ia tak bisa asal berbicara lagi, karena ternyata diam-diam Adelia sangat memperhatikan setiap detail yang ada di dirinya.Sepertinya selama ini Ardi telah salah. Wanita yang selama ini dianggapnya bodoh dan tak bisa melakukan apa-apa, ternyata jauh lebih pintar dan bahkan nekat melakukan sesuatu yang sangat di luar dari dugaannya."Kenapa kau hanya diam saja, Mas?" Adelia bertanya dengan sorot matanya yang tak berubah. "Yang aku bilang benar bukan?""Apa maksudmu? Aku—""Kau yang membuat Pak Bisma celaka hari itu, Mas! Aku tahu, dan bahkan aku bisa menunjukkan bukti lainnya!" Adelia semakin menekankan kata-katanya membuat Ardi berpaling sesaat."Agar kau tidak semakin lama m
Adelia merasakan punggungnya semakin bersandar pada dinginnya dinding yang ada di belakangnya. Jantungnya berdebar kencang, tetapi ia menolak untuk menunjukkan kelemahan di depan sang mantan suami yang semakin menunjukkan penekanan terhadapnya."Adelia, aku serius. Jangan pernah kau lanjutkan usahamu mencari tahu tentang pria itu atau pun mengaitkannya denganku!" Kilatan di netra Ardi semakin menajam seolah memancarkan ancaman yang nyata.Adelia lantas menarik napasnya panjang, mencoba menenangkan diri. Semakin dalam ia menggali, ternyata semakin banyak rahasia kotor yang tersingkap."Kau pikir aku akan berhenti hanya karena ancamanmu?" Suaranya tiba-tiba terdengar dengan cukup lantang."Aku tidak akan takut pada siapa pun lagi, Mas! Kalau kau pikir aku akan menyerah begitu saja setelah ini, kau salah besar!""Sialan! Kau menantangku?! Kau pikir aku tidak bisa nekat melukai—""Aku tidak peduli!" Adelia segera memotong ucapan Ardi dengan cepat. "Jika kau ingin mengancamku, lakukan saja
Senyum Bisma semakin mengembang melihat tekad Adelia yang begitu bulat. Ia semakin membawa wanita itu masuk ke dalam dekapannya dan memandangnya tanpa henti hingga mampu membuat Adelia salah tingkah dan mengalihkan pandangannya ke arah sekitar."Bisma, kau ... Kenapa kau melihatku seperti itu?" rajuknya pelan terbata-bata."Ini baru seperti Adelia yang kukenal! Aku bangga padamu, Sayang!"Bisma lantas mengusap ujung kepala Adelia dengan lembut, sebelum akhirnya kembali membubuhi beberapa kecupan singkat di sana. Wajah Adelia semakin memerah salah tingkah, tetapi setelahnya kembali menjadi khawatir karena terdengar Bisma mendesis seperti tengah menahan rasa sakit di matanya."Cukup sudah menggodanya, Pak CEO! Sekarang kita harus segera ke rumah sakit untuk mengobati matamu, sebelum kita bisa bersiap-siap untuk menjalankan misi dari Tante Bella nanti!"Tak bisa menolak, akhirnya Bisma pasrah mengikuti kemauan Adelia yang telah sangat khawatir padanya. Sebenarnya perih di matanya ini tak
Tokk! Tokk! Tokk!"Maaf, Bu Adelia. Ini ada titipan paket untuk Ibu."Kehadiran sebuah kotak yang cukup besar membuat dahi Adelia mengerenyit. Ia menatap Bisma sesaat seolah sedang bertanya pada pria itu di dalam hati, sebelum akhirnya mendekat untuk memeriksa langsung paket yang baru saja diantarkan untuknya.Selepas dari rumah sakit untuk memeriksa keadaan Bisma tadi, Adelia dan Bisma memang terpaksa kembali ke kantor untuk melanjutkan urusan pekerjaan mereka yang belum selesai. Beruntung tak ada permasalahan yang serius akibat serangan Ardi di mata Bisma, hingga akhirnya CEO NinatyLux tersebut bisa kembali melanjutkan aktivitasnya meski harus memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sedikit memerah."Ini dari siapa ya?" tanya Adelia dengan nada pelan tetapi penuh penasaran."Maaf, Bu. Untuk pengirimannya tidak terlalu dijelaskan di keterangan paket tersebut. Namun kata karyawan yang menerimanya, paket ini dari salah satu orang terdekat ibu.""Salah satu orang terdekat sa
"Wah, lihat! Siapa yang baru saja datang di sini!"Sebuah suara sambutan terdengar, membuat Adelia dan Bisma menoleh secara bersamaan. Kedua sudut bibir muda-mudi itu terangkat seiring dengan semakin dekatnya langkah seorang pria paruh baya bersama tongkat kayu khas yang berada di genggaman tangan kirinya."Biar ku tebak, kau pasti cucu Nora bukan? Wajah cantikmu mirip sekali dengan Bella selagi muda!" Suara tawa renyah terdengar membuat Adelia semakin tersenyum dan sedikit menunduk sebagai tanda hormat. "Terima kasih pujiannya, Tuan Brata. Saya Adelia, cucunya Oma Nora dan juga keponakannya Tante Bella. Kebetulan kedatangan saya ke sini untuk mewakili kehadiran Oma yang tidak bisa datang malam ini karena kesehatannya.""Ah, aku memang sempat mendengar kabar kesehatan yang tak begitu baik akhir-akhir ini. Namun kau tidak usah khawatir, untuk orang tua sepertiku dan omamu memang sering seperti itu. Terkadang kita sering sakit begitu saja, tetapi setelahnya bisa mendadak sembuh karena k
"Ah, kau ini memang selalu bisa memuji wanita! Maafkan cucuku, Bisma. Untuk orang yang baru mengenalnya, pasti dia terlihat seperti penggoda wanita ulung!"Tuan Brata akhirnya berbicara setelah merasakan keheningan yang semakin mencekam. Meski usianya sudah senja, tetapi ia tentu masih bisa menyadari arti tatapan tajam cucunya dan juga CEO baru NinatyLux tersebut. Tuan Brata tidak mau melihat api keributan muncul di hadapannya, apalagi baru beberapa saat yang lalu ia membahas tentang rencana kerja sama dua perusahaan yang sebenarnya sama-sama mempunyai visi dan misi yang tak terlalu jauh berbeda."Ya, apa yang dikatakan oleh kakek saya memang benar. Sebenarnya saya sama sekali tidak berniat untuk menggoda, saya hanya murni menggambarkan kecantikan Nona Adelia yang malam ini terlihat sangat anggun!"Bisma lantas berdeham dan mencengkram sekali lagi genggaman erat tangan Agler sebelum melepaskannya. Ia segera mundur menyelaraskan posisi berdirinya dengan Adelia, dan sedikit menarik nap
Tokk! Tokk! Tokk!"Adelia?"Suara ketukan pintu yang berulang berikut dengan panggilan namanya membuat seorang wanita terbangun dari tidurnya. Dengan mengusap wajahnya saat menyadari sinar matahari yang menerpa, Adelia nampak berat sekali untuk bangkit karena baru saja bisa terlelap beberapa jam yang lalu.Acara pesta semalam memang berlangsung cukup lama juga, apalagi setelahnya Tuan Brata kembali berbincang masalah bisnis meski Agler sudah pulang lebih dulu karena ada urusan penting yang harus dikerjakannya di luar sana."Adelia? Apa kau sudah bangun?""Ya ... Tunggu, Bisma. Aku baru bangun!"Dengan berusaha mengumpulkan semangatnya, Adelia mencoba beranjak. Sebelum membuka pintu ia menyempatkan diri untuk mengecek penampilan lebih dulu di depan cermin, dan sedikit menekuk bibirnya saat menyadari kondisi rambutnya yang sedikit berantakan.Ah, sepertinya tak ada waktu untuk Adelia merapikan rambut atau pun mencuci mukanya terlebih dahulu. Di luar sana Bisma terus mengetuk pintu sepert